Share

Jangan dijual, Sagara

Author: Suhadii90
last update Last Updated: 2024-04-25 21:57:53

Sagara menatap Hanna dengan lekat. Rupanya ekspetasinya di luar dugaan. Yang ia pikir Hanna akan setuju dengan niatnya yang akan menjual mobil kesayangannya itu.

“Tapi, Hanna ….”

“Sagara! Pakai mobil aku aja. Tidak perlu menjual mobil hanya karena jabatan kamu. Aku nggak mau sampai buat kamu tidak punya apa-apa setelah menikah dengan aku. Biaya lahiran? Uang yang kamu berikan ke aku kemarin itu sudah lebih dari cukup. Biaya lahiran nggak akan menghabiskan uang sampai lima puluh juta.”

Pria itu lantas menundukkan kepalanya saat mendengar ucapan panjang kali lebar dari Hanna. Mata itu kemudian menatap sang istri lagi dan menghela napasnya dengan pelan.

“Baiklah! Aku tidak akan menjual mobilnya. Mobilku bisa dipakai jika sedang keluar aja. Maaf, aku terlalu bereskpetasi tinggi. Aku pikir, papa kamu akan memberikan pekerjaan yang lebih layak dari ini. Makanya aku bawa mobilku aja,” ucapnya jujur.

Hanna mencoba menepuk bahu Sagara dengan pelan sembari mengulas senyumnya. “Seorang Caraka PraSagara, yang memiliki segudang prestasi dalam hal mendesign, dengan lulusan terbaik, memiliki gelar insinyur dalam usia muda memang nggak pantas menjadi seorang office boy. Papa emang jahat, Sagara.”

Hanna menundukkan kepalanya sembari menitikan air matanya. Pria yang tidak punya salah itu harus menjadi korban penyiksaan luar biasa oleh Krisna. Sudah merendahkan Sagara hanya karena menganggapnya sudah menghamili Hanna.

Sagara menarik tangan perempuan itu dan memeluknya sembari mengusapi punggung itu dengan sangat lembut. “Gelar bukan patokan untuk membuat papa kamu percaya, Hanna. Semuanya butuh pembuktian, dan aku belum bisa membuktikannya. Mungkin, kalau ada yang sulit untuk mereka buat, aku akan mencoba unjuk diri untuk membuatkannya.

“Jika masih gagal untuk menaklukan hati papa kamu, satu-satunya cara yaitu mencari dokumen asli perusahaan Papa. Di sana tertera pemegang saham adalah aku, karena aku juga anak tunggal, sama seperti kamu. Aku harap kamu bisa bersabar menunggunya.”

Sagara kembali melepaskan pelukan itu dan menatap Hanna dengan tenang. “Semua butuh proses. Asal kamu mau sabar, kita bisa melewatinya.”

Hanna menganggukkan kepalanya dengan pelan. “Iya, Sagara. Kamu … bukan hanya ingin menumpang hidup. Tapi, tanggung jawab sebagai suami aku yang bahkan kita belum saling mengenal lebih dekat.”

Sagara menerbitkan senyumnya. “Aku sudah mengenal kamu lebih jauh. Dari sikap dan sifat kamu sudah membuat aku ingin bangkit dari keterpurukan. Kamu sudah menyelamatkan aku, Hanna.”

“Kamu yang sudah menyelamatkan aku, Sagara. Yang tadinya mungkin sudah ada di neraka. Atas kebodohan aku yang tidak bisa mengambil keputusan setelah hati dan pikiran aku sudah dingin. Malah memilih mengakhiri hidup hanya karena malu dan tidak tahu apa yang harus aku lakukan.”

Sagara kembali mengulas senyumnya. “Yuk! Pulang. Udah jam sepuluh. Kita sudah terlalu lama di sini. Angin malam nggak baik untuk ibu hamil.”

Hanna mengangguk dan bangun dari duduknya. Kemudian kembali masuk ke dalam mobil. Melajukan mobil tersebut menuju rumah baru yang dibeli oleh Hanna.

“Sagara. Kalau Papa tanya rumah kita yang ditempati siapa yang beli, aku harap kamu mau berbohong dan bilang kalau itu rumah kamu, yaa.”

Sebab Hanna tidak mau Sagara kembali direndahkan oleh sang papa jika tahu yang membeli rumah tersebut adalah dirinya.

Terpaksa, pria itu menganggukkan kepalanya. Menuruti permintaan sang istri yang katanya harus berbohong. Mungkin, dalam hal ini bisa diartikan sebagai berbohong demi kebaikan jiwa dan batinnya agar berhenti direndahkan oleh sang mertua.

“Iya, Hanna. Harganya berapa, kamu beli rumah itu? Kamu belum menjawab pertanyaanku yang ini. Aku harap kamu mau berkata jujur padaku.”

Hanna menghela napasnya dengan pelan dan menatap sang suami dengan dalam. “Hanya lima ratus juta, Sagara. Rumah kecil walau berlantai dua itu karena ada yang menjualnya dengan cepat, makanya dikasih murah.”

Sagara menelan saliva dengan pelan. “Dulu … uang segitu bisa aku dapatkan hanya dua jam, Hanna. Menjual design pada owner yang akan mendirikan bangunan. Sekarang, aku nggak ada akses karena di-backlist oleh si keparat tua bangka itu.”

Hanna kembali mengusapi bahu suaminya itu. “Kamu pasti akan bisa mendapatkan akses untuk mendesign dan menjual hasil karya kamu lagi, Sagara. Untuk saat ini, kita hanya cukup sabar.”

Sampai akhirnya mereka tiba di rumah. Keluar dari mobil kemudian Sagara menatap mobilnya dan menghela napasnya dengan pelan.

“Jangan dijual, Sagara. Mobilku tidak terlalu mencolok dari mobil kamu. Kalau ada yang nanya kenapa kamu punya mobil tapi kerja sebagai OB, bilang aja kalau kamu juga kerja sampingan sebagai sopir taksi.” Hanna memberi ide agar Sagara tidak bingung lagi jika harus menjawab pertanyaan aneh yang akan ditanyakan semua karyawan.

Sagara terkekeh mendengarnya. Sembari berjalan dan menggenggam tangan Hanna, ia memikirkan ucapan istrinya tadi.

‘Kalau aku kerja sampingan jadi sopir taksi, kayaknya lumayan juga. Pulang kerja, langsung cari penumpang. Sabtu dan Minggu bisa seharian jadi sopir taksi. Bagus juga idenya Hanna.’

Sagara menatap Hanna yang tengah membuka ikatan rambutnya setelah akhirnya mereka tiba di dalam kamar.

“Hanna?” panggil Sagara kemudian.

Hanna menoleh pada sang suami. Melihat raut wajah Sagara yang menurutnya aneh lantas membuatn ya berpikir ke arah yang lebih jauh. Namun, ia segera menghilangkan khayalan itu. Sagara tidak akan mau menyentuhnya walau hanya sedikit.

‘Perempuan murahan sepertiku selalu memiliki pikiran kotor seperti itu,’ ucapnya dalam hati.

“Hanna?” panggil Sagara kembali.

“Heung? Kenapa, Sagara?” tanyanya sembari menyembunyikan ekspresi kekecewaan terhadap dirinya sendiri.

Pria itu menghela napasnya dengan pelan. “Aku mau cari kerja sampingan. Jadi sopir taksi, biar punya penghasilan lebih dan bisa dapat penghasilan setiap hari.”

Hanna menatap datar suaminya itu. “Nggak perlu, Sagara,” ucapnya lebih datar dari raut wajahnya.

“Tapi lumayan, Hanna. Aku bisa punya penghasilan lebih dan—“

“Kata aku nggak usah yaa nggak usah, Sagara! Kenapa sih, seneng banget merendahkan derajat kamu dengan ingin menjadi pekerja rendah seperti itu? Sengaja … karena punya istri rendahan kayak aku?”

Hanna yang terlalu sensitif itu terbawa emosi. Permintaan Sagara menjadi sopir taksi benar-benar membuatnya murka. Hanna yang mudah terbawa perasaan itu merasa kalau Sagara menganggap dirinya rendah sebab memiliki istri murahan seperti dirinya.

Sagara terdiam dengan mata menatap Hanna. “Bu—bukan itu maksud aku, Hanna. Karena aku nggak mau terlihat rendah, makanya aku mencari pekerjaan sampingan yang bisa menghidupi kamu,” ucapnya dengan sangat hati-hati. Sebab tak ingin membuat Hanna salah paham lagi atas ucapannya.

Perempuan itu menghela napasnya. “Tidak perlu, Sagara. Cukup jadi suami aku saja sebenarnya aku udah berterima kasih. Kalau kamu ingin keluar dari kantor Papa pun nggak masalah. Aku hanya butuh sosok suami yang bisa menjaga aku, bukan mencari suami yang bisa menafkahi aku dengan berbagai macam cara.”

Hanna menatap mata Sagara dengan mata berembun. “Kamu yang bilang sendiri, pernikahan ini hanya sebagai simbiolis mutualisme. Kenapa harus jungkir balik banting tulang demi menghidupi aku? Nggak perlu, Sagara. Aku yang akan menghidupi kamu,” ucapnya lirih.

Sagara menelan salivanya dengan pelan sembari menatap dengan dalam raut wajah Hanna yang memerah sebab air mata kembali turun di pipi perempuan itu.

“Ka—karena aku nggak mau sampai satu tahun masih hidup melarat, dan papa kamu mengambil kamu dari aku, Hanna.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dihamili Calon Tunangan, Dinikahi Pewaris Tunggal   Welcome Baby Twins

    "Kita lakukan tes terlebih dahulu. Susternya sudah saya minta untuk membawakan alat tes kehamilan juga," kata Dokter Azmi menjelaskan.Sagara tampak terkejut. Ia bahkan tak menyangka jika Hanna bisa secepat itu memberinya keturunan, kalau memang alat itu menunjukkan dua garis biru.Tak lama kemudian, Dokter Aris datang dan memberikan tespack kepada Hanna. "Silakan dicek terlebih dahulu, Bu Hanna. Kita periksa setelah hasilnya sudah keluar."Hanna mengangguk kemudian mengambil alat tes kehamilan itu. Lalu, masuk ke dalam toilet untuk segera melakukan tes kehamilan. Semakin cepat, semakin baik. Begitu menurutnya.Lima menit kemudian. Hanna keluar dari toilet. Sagara tengah duduk di samping sang anak yang sedang memakan buah apel yang sudah Sagara potong-potong."Positif, Dok." Hanna memberikan alat itu untuk diperlihatkan kepada Dokter Aris.Dokter Aris manggut-manggut. "Kalau begitu, kita lakukan USG terlebih dahulu. Agar tahu, sudah berapa usianya."Sagara juga ikut ke ruang USG. Pun

  • Dihamili Calon Tunangan, Dinikahi Pewaris Tunggal   Hanna Hamil?

    Sagara menelan salivanya dengan pelan. Kenangan terburuk yang pernah dia alami begitu menyakitkan hatinya. Di mana nasib buruk itu mengguncang dirinya, datang secara bersamaan.Namun, hasil yang kini dia dapatkan jauh lebih baik dari apa yang pernah dia miliki. Bahkan, orang-orang yang sudah merendahkannya kini bertekuk lutut padanya.Waktu sudah menunjuk angka sepuluh malam. Di mana acara pernikahan itu sudah selesai dilaksanakan. Para tamu yang datang sudah pulang ke rumah masing-masing.Pun dengan Sagara dan juga Hanna. Mereka memilih untuk pulang setelah acaranya selesai.Di dalam kamar hotel. Keduanya terlihat canggung karena tidak tahu harus dimulai dari mana.Andra pun mengirim pesan kepada Sagara untuk menanyakan perihal malam pertama yang harus dia lakukan.Andra: [Udah molor, belum? Apa jangan-jangan mau ngalahin gue!]Pesan terkirim.Sementara Indah masih berada di dalam kamar mandi. Seolah tak tahu, apa yang harus dia lakukan.Ting!Sagara: [Baru pemanasan. Tapi, karena el

  • Dihamili Calon Tunangan, Dinikahi Pewaris Tunggal   Posisi yang Sangat Lemah

    “Milla kenapa jadi begitu? Bener-bener sampul nggak bisa menjamin bisa dipercaya,” kata Hanna setelah kembali dari kamar mandi.Sagara mengendikan bahunya. “Lagi suka sama seseorang, kali. Makanya cari perhatian.”Hanna lantas menolehkan kepalanya kepada Sagara. “Kalau sukanya sama kamu, gimana?”Sagara tersenyum miring. “Yaa nggak gimana gimana, Sayang. Mau diganti lagi? Aku sih, terserah kamu aja. Karena aku nggak akan terkena rayuan apa pun kalau dia berani merayuku.”Perempuan itu hanya melirik Sagara yang berbicara dengan santainya. Sebab memang begitu kenyataannya. Tidak tergoda sedikit pun pada orang-orang yang berani menggodanya."Gak akan kelar, kalau diganti lagi dan lagi. Biar aja. Kecuali kamunya oleng."Sagara menatap Hanna kemudian menghela napas kasar. "Nggak akan. Janji, gak akan oleng. Aku gak mau kehilangan kamu. Daripada ladenin orang macam dia, lebih baik aku pindah jabatan aja, kerja di Lestari aja."Hanna terkekeh pelan. "Yaa bagus. Jangan sampai membuang berlian

  • Dihamili Calon Tunangan, Dinikahi Pewaris Tunggal   Jangan Dulu Pulang

    Waktu sudah menunjuk angka tujuh pagi.Di ruang makan. Sagara, Hanna, Mayang dan juga Suster Indah tengah sarapan bersama.“Jadi gimana, Sus? Tetap mau resign?” tanya Sagara setelah menyelesaikan acara makannya.Suster Indah menganggukkan kepalanya dengan pelan. “Bisa kita bicara, Mas Sagara?”Sagara mengangguk. “Temui saya di ruang kerja!” ucapnya kemudian beranjak dari duduknya. Setelahnya, diikuti oleh Suster Indah setelah pamit kepada Hanna dan juga Mayang.“Jadi gimana, Sus?” tanya Sagara setelah tiba di ruang kerjanya.Suster Indah memberikan catatan yang setiap hari ia tulis mengenai kondisi kesehatan Mayang.“Bu Mayang masih butuh pendamping, Mas Sagara. Dan sepertinya, harus selalu ditemani sampai selamanya. Kondisi kejiwaannya tidak sepenuhnya kembali. Dan memang, banyaknya pasien yang sembuh itu tidak sembuh permanen,” tutur Suster Indah menjelaskan.Sagara melihat catatan tersebut. Kemudian menghela napasnya dengan pelan. “Harusnya cari yang udah tua, janda atau perawan tu

  • Dihamili Calon Tunangan, Dinikahi Pewaris Tunggal   Kondisinya Belum Begitu Normal

    Sampai akhirnya mereka tiba di Indonesia. Setelah berjam-jam lamanya, tanpa ada transit terlebih dahulu. Akhirnya tiba di tanah kelahiran.Waktu sudah menunjuk angka tujuh malam. Waktu yang tepat untuk mereka makan terlebih dahulu sebelum kembali ke rumah. Makan di resto mereka, yang saat itu tidak terlalu ramai. Mereka memilih untuk makan di lantai tiga, ruang privasi sang pemilik resto.“Sayang. Rivano-nya tidurin di tempat tidurnya aja. Bawa ke sini,” teriak Sagara kepada Hanna yang tengah menyusui sang anak.“Iyaaa!” sahut Hanna kemudian.Sagara pun kembali menyesap kopi miliknya yang ia pesan lima menit yang lalu. Sembari menunggu makanan yang mereka pesan tiba.“Gue mau bahas project di Singapura. Kemaren, mereka pengen revisi motif yang ada di ujung deket kaca gitu. Katanya, terlalu rame dan warnanya juga kurang cocok dengan warna tembok kantor mereka.”Sagara manggut-manggut dengan pelan. “Sebenarnya gue lagi males bahas kerjaan. Karena gue masih cuti. Tapi, karena besok udah

  • Dihamili Calon Tunangan, Dinikahi Pewaris Tunggal   Ingin Mengajak Hanna Liburan

    Wisnu sudah tak tahan lagi dengan ucapan tak masuk akal Linda. Meminta agar Hanna dimasukkan ke dalam pemilik Lestari. Daripada meladeni ucapan aneh istrinya itu, ia pun memilih untuk pergi dari rumah itu.Linda mendengus kasar. Ia kemudian menghubungi Hanna untuk memarahi anaknya itu karena sudah berani berhenti bekerja.“Ma. Kan, udah Mas Adi yang menghidupi aku. Setiap bulan juga, aku selalu kirim uang ke Mam,” keluh Hanna dalam panggilan tersebut.Kebetulan sekali, perempuan itu sedang berada di rumah Hanna karena diminta untuk datang ke sana. Membantunya membuka semua kado dari para tamu undangan.“Kenapa dia?” tanya Andra yang juga ikut membantu membuka kado.Hanna mengendikan bahunya. “Kayaknya … mamanya Hanna matre, deh. Kedengerannya sih, Hanna ini diminta untuk kerja lagi.”"Ya elaaah! Si Adi gajinya udah puluhan juta juga. Masih aja kudu kerja. Beneran sih, kalau kayak gitu mah. Matre." Andra menepuk jidatnya.Hanna kembali duduk di samping Hanna, kemudian menghela napas pa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status