Share

BAB LIMA

Author: sugi ria
last update Last Updated: 2024-05-27 13:50:57

Bertempat di sebuah ruangan privat di satu restoran. Beberapa orang tengah bertemu, pembicaraan serius sepertinya sedang terjadi.

"Pastikan semua aman, aku ingin semua berjalan lancar macam biasa." Seorang pria bertitah dengan lelaki lain membungkuk mengiyakan perintah atasannya.

"Dia pandai sekali menyembunyikan diri."

"Berandalan itu, sangat tidak bertanggung jawab, tapi Kakek malah mewariskan semua padanya. Kita harus bisa menyingkirkannya."

Dua orang itu saling pandang untuk kemudian kompak mengangguk. "Stempel itu, kita harus mendapatkannya, sebelum anak itu menikah. Syaratnya akan terpenuhi jika dia sudah menikah, kedudukannya tidak akan bisa kita singkirkan dengan mudah jika sudah begitu."

"Jangan lupa. Dia masih harus melawan ayahnya, jika membangkang."

"Bukankah dia sudah menunjukkannya saat ini. Tenang saja, andai dia kembali, kita sudah punya alat untuk menjeratnya."

Dua pria tersebut tersenyum bersamaan. Senyum itu makin lebar ketika satu lelaki masuk sembari mengatakan pengiriman berhasil. "Lihat, tempat itu memang paling cocok untuk bisnis kita. Kita harus mendapatkannya bagaimanapun caranya. Jangan sampai dia memilikinya."

"Lakukan apa pun untuk menyingkirkan siapa saja yang menghalangi kita."

***

Pagi menjelang.

"Raf, bangun." Nadine menggoyang lengan Rafael yang tidur tertelungkup memakai kaos lusuh dan celana pendek senada. Setelah drama ala pengantin baru versi Rafael dan Nadine, mereka tidur di kasur yang sama dengan perjanjian no sentuh-sentuh.

Rafael bangkit dari tidurnya sambil menatap Nadine dengan datar.

"Kasurmu sangat nyaman."

Nadine tertegun mendengar jawaban Rafael. Pasal kasur pun, lelaki itu tampak menyedihkan.

Padahal maksud Rafael, kasur Nadine enak karena ada aroma wanita itu. Aroma Nadine mampu membuat tidur Rafael kembali nyenyak, setelah insomia hebat melanda lelaki itu.

Nadine menggelengkan kepala. Sepertinya dia harus berusaha menerima Rafael meski susah. Wanita itu tampak sudah mandi, beberapa kali tatapan matanya menatap cincin di tangannya, jika KW kenapa kilaunya begitu jernih, persis seperti berlian asli.

Cincin itu terlihat manis di tangannya, sama dengan milik Rafael yang entah kenapa tampak cocok di jari panjang sang pria. Helaan napas terdengar, dia sudah menikah sekarang. Meski benci karena caranya, Nadine seolah tak punya alasan untuk menyesalinya. Semua sudah terjadi.

Atensi Nadine teralihkan pada tas usang Rafael, juga beberapa benda yang rupanya lelaki itu berikan untuknya sebagai hantaran. Lumayan terkejut ketika Rafael memberinya mahar dalam bentuk euro yang jumlahnya cukup membuat semua orang terkejut.

Meski kemudian mereka kembali menghina Rafael. "Sudah miskin saja, sok-sokan kasih mahar banyak. Pasti utangnya di mana-mana."

"Raf, kamu gak kerja?" Punggung lebar lelaki itu menggeliat.

"Enggak. Aku hanya berangkat jika mereka memerlukan pengganti."

Suara serak Rafael membuat Nadine merinding. Suaranya sekilas sama dengan waktu lelaki tersebut minta maaf, meski terus menerobos masuk saat melecehkannya saat itu.

"Bilang aja pengacara. Pengangguran banyak acara."

Mengingat hal tersebut, kemarahan Nadine muncul kembali. Hingga dia menemukan obyek untuk melampiaskannya. Tak berapa lama teriakan Rafael terdengar ngilu dari dalam kamar Nadine.

"Kalau kamu gak kerja, kamu yang ngurusin kerjaanku di rumah."

Rafael Mendongak. Wajahnya tampak dingin.

Melihat wajah suaminya itu, dada Nadine bergemuruh. Namun, ia berusaha menguasai dirinya lagi dan memasang wajah jutek.

"Cuci bajuku sama seterika. Aku gak sempat melakukannya. Aku harus kerja."

"Nanti aku kerjakan." Secepat itu Rafael mengiyakan perintah Nadine.

Nadine keluar kamar, setelah membiarkan Rafael kembali rebahan di ranjang sang istri. Tidak kalah dengan miliknya di kontrakan tapi kasur Nadine bikin Rafael betah.

Dia melirik kristal pemberiannya yang disimpan Nadine di dalam laci meja riasnya. "Sampai waktunya, kamu akan sangat berguna untukku. Harus."

Lelaki itu memejamkan mata, hingga dering ponsel membangunkannya. Rafael berdecih pelan membaca pesan di ponsel Nadine. Setelahnya dia meraih ponsel yang dia sembunyikan di bawah bantal.

Satu laporan membuat lelaki itu mengubah mode wajahnya jadi serius. "Halo, berikan aku datanya." Dalam sekejap, laptop Nadine sudah Rafael otak atik, sengaja dia melakukan hal itu. Akan lebih mudah login dengan ID Nadine.

"Sangat mencurigakan."

"Heh! Kamu mau apa dengan laptopku?"

"Pinjam sebentar." Rafael sempat menutup data yang sedang dia periksa ketika Nadine sudah kembali menyerangnya. Amboi, hari pertama Rafael jadi suami Nadine berakhir macam pesakitan di rumah sakit.

"Awas saja sampai laptopku kenapa-kenapa! Kamu harus ganti nanti!" bentak Nadine sambil menarik paksa laptopnya setelah diutak-utik oleh Rafael.

Rafael hanya mengangguk seraya berdiri mendekati Nadine yang sudah bersiap untuk pergi kerja.

Tiba-tiba...

Nadine membeku tatkala keningnya disambar oleh Rafael dengan lembut. Eh! Apa-apaan orang ini!

Wanita itu langsung mendorong Rafael menjauh dari jangkauannya dan menatapnya tajam, "Jangan coba-coba melakukan itu lagi!"

Nadine, dengan wajah yang sudah memerah, langsung beranjak pergi dari tempat itu, sedangkan Rafael hanya menatapnya datar saat Nadine meninggalkannya.

Beberapa jam kemudian, di tempat kerja Nadine.

Wanita itu baru selesai menyiapkan bahan untuk meeting. Ketika dia mendengus kesal, dia perlu tanda tangan Eva sebagai atasannya untuk mengesahkan laporannya. Dia sedang enggan bertemu Eva secara personal.

Jabatan Eva memang lebih tinggi dari Nadine, tapi semua orang tahu, kinerja Nadine berlipat lebih baik dari Eva. Hanya karena Eva putri salah seorang pengusaha di negeri ini, perusahaan memberikan posisi bagus untuk wanita itu.

Langkah malas mengiringi Nadine menuju ruangan Eva. Cukup sepi ketika semua orang sedang sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Wanita itu memutar handle pintu ruang kerja Eva, ketika dia mendengar satu suara yang membuat Nadine urung masuk.

Dari celah pintu, bola mata Nadine membulat sempurna melihat apa yang terjadi di dalam sana. "C’mon baby, puaskan aku, setengah jam lagi meetingnya di mulai."

Degup jantung Nadine berlomba ketika dia mendengar siapa partner bercinta Eva. Nadine mundur dari ruangan Eva dengan dada berkecamuk penuh amarah dan kecewa. "Jadi ini yang selama ini terjadi?"

Bersamaan dengan itu, ponsel Nadine berkedip. Satu pesan masuk. "Nad, aku pikir kita dijebak hari itu." Wanita itu menoleh kembali ke ruangan Eva. Mungkinkah?

Dua orang dengan pikiran berbeda tapi sama tujuan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rosnini Samawil
bagus kalau dapat baca sampai akhir kisah .Menilai seseorang jangan mudah saja dg penampilan seseorang bisajadi ,itu test bagi seseorang.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Dihina Pengangguran Tak Berdaya, Ternyata Suamiku Kaya Raya   BAB 339 KEBAHAGIAAN

    "Sah?" "Sah!" Ucapan syukur terdengar melaung di ruang luas kediaman Rafael yang kini disulap jadi sebuah tempat berhias penuh bunga. Area di mana Rionald akhirnya bisa menikahi Dewi kembali. Pria itu tak bisa menahan haru kala melihat Dewi muncul diantar Paramita. "Ingat, Bang. Jangan sia-siakan kesempatan kedua yang sudah diberikan. Jangan sampai kamu sakiti dia lagi. Malu sama cucu yang sudah seabrek dan masih mau nambah lagi." Paramita memperingatkan Rionald yang langsung mengangguk. Diraihnya tangan Dewi, dipandanginya paras perempuan yang kini kembali jadi istrinya. Dalam pandangan Rionald, wajah Dewi masih sama cantiknya seperti tiga puluh tahun lalu. "Ingatkan aku jika aku berbuat salah, pukul kalau perlu." Rionald sungguh ingin memperbaiki semua. Dia hanya ingin menghabiskan sisa hidup bersama Dewi sambil merawat cucu kandung mereka yang lima bulan lagi akan lahir. Dewi mengangguk, dia sangat terharu juga tersentuh, setelah melihat kesungguhan Rionald yang ingin ber

  • Dihina Pengangguran Tak Berdaya, Ternyata Suamiku Kaya Raya   BAB 338 ORANG TUA YANG BAIK

    "Cedric Laurent De Angelo dan Celine Laura De Angelo. Intinya mereka adalah sumber kebahagiaan, bukankah surga itu tempat di mana semua orang merasa bahagia. Nama mereka juga bermakna pemenang. Walau perjalanan mereka sejujurnya baru saja dimulai." Nadine tak bisa berhenti tersenyum, menatap dua buah hatinya yang sedang tidur pulas, setelah tadi menjerit karena lapar. Seperti kata Rafael, ASI Nadine memang keluar lebih awal, hingga perempuan itu tak kesusahan pasal ASI. Anugerah lain yang tidak semua perempuan dapatkan. Sita contohnya, ASI-nya baru keluar di hari keempat, dan mulai lancar setelah satu minggu. Nadine sendiri langsung bisa duduk dan berjalan ke kamar mandi, persalinan normal memang lebih cepat pulih. Terlebih perempuan itu melahirkan tanpa jahitan sama sekali. Yang Nadine rasakan tinggal rasa perut yang masih tidak nyaman dan kesulitan jika akan ke kamar mandi. Langkahnya juga masih pelan, belum secepat keadaan normal. Karenanya dia masih memakai kursi roda jika

  • Dihina Pengangguran Tak Berdaya, Ternyata Suamiku Kaya Raya   BAB 337 TERIMA KASIH SUDAH BERTAHAN

    "Bayinya tidak menangis," gumam seorang staf tanpa sadar. Dirinya baru menyadari kesalahannya saat sang rekan menyenggol lengannya, dan reflek menutup mulutnya.Sementara Reva serta sang dokter langsung memeriksa, dan wajah keduanya seketika berubah pucat berbalut panik. Leher bayi laki-laki Nadine terlilit tali pusat. Bagaimana bisa, padahal USG terakhir tidak menunjukkan hal tersebut.Pertolongan lekas dilakukan . Tali pusat dipotong dengan oksigen segera diberikan. Namun bayi mungil itu tak jua memberi respon, sedangkan saudarinya terus menjerit melengking.Suaranya terdengar sampai ke ruang tunggu di mana hampir semua anggota keluarga De Angelo plus Hermawan dan Heni ada di sana."Pak, kenapa cuma satu yang menangis?" Heni bertanya dengan kecemasan level tinggi pada sang suami. "Berdoa ya, Bu. Semua mohon doanya. Semoga Nadine dan bayinya diberi keselamatan."Semua orang lantas menundukkan, berdoa dalam hati masing-masing. Bahkan David, orang yang tak kenal kata doa ikut trenyuh

  • Dihina Pengangguran Tak Berdaya, Ternyata Suamiku Kaya Raya   BAB 336 HAL BURUK

    "La? Malah sudah pecah. Bukaan baru empat.""Kita masih bisa tunggu, Dok." Reva mengangguk paham, sebagai dokter dia tahu kalau mereka punya waktu dua puluh empat jam setelah ketuban pecah untuk melahirkan bayi, tanpa ada efek samping yang membahayakan bayinya.Meski kehamilan Nadine lemah di awal tapi semakin ke sini, kandungan Nadine menunjukkan kekuatannya. Hingga tidak ada masalah jika mereka harus menunggu lagi, tanpa perlu tindakan sesar."Sabar ya, aku tahu rasanya sakit. Tapi percaya deh, yang sedang kamu perjuangkan melalui rasa sakit ini adalah hal yang tak ternilai harganya."Nadine mengangguk mendengar ucapan Reva. Selang oksigen dan infus sudah terpasang, sebab tadi Nadine mengeluh sesak. Saat itulah ponsel Reva berdering. Perempuan itu melihat siapa penelponnya. Hingga dia menjawabnya di situ, tanpa berpindah tempat."Kenapa, Re?" Tanya Rafael dari ujung sana."Abang cepet ke rumah dah, anakmu tidak sabar ingin segera melihat dunia," balas Reva bersamaan dengan Nadine

  • Dihina Pengangguran Tak Berdaya, Ternyata Suamiku Kaya Raya   BAB 335 PECAH KETUBAN

    "Kok makin kenceng, Re. Aduh sorry." Sita melotot melihat tangannya diremas reflek oleh sang kakak. Suasana mobil berubah panik. Reva yang menyetir bak orang gila turut menambah atmosfer Too Fast Too Furious di dalamnya."Re, slow, Re! Banyak nyawa di dalam sini." Paramita memperingatkan. Perempuan itu mendekap erat dua cucunya. Takut kalau Reva membuat kesalahan fatal."Tenang Ma, Reva punya lisensi balapan F1," Reva menjawab asal. Sebuah wireless blue tooth terpasang di telinganya. Perempuan itu tengah berkoordinasi dengan dokter di rumah sakit."Jangan ngaco kamu. F1 cuma buat kamu doang penumpangnya, ini se-erte penumpangnya." Paramita masih bisa berteriak di sela desis kesakitan Nadine. Perempuan itu dengan cepat kehilangan rona merah di parasnya."Santai Ma. Santai Nad. Jangan jejeritan. Nanti tenaganya habis. Kalau betul kontraksi mungkin itu baru satu atau dua. Aku bisa periksa tapi gak mungkin kan aku lakukan di sini, depan anak-anak pula. Jadi tahan ya, kita cus ke rumah s

  • Dihina Pengangguran Tak Berdaya, Ternyata Suamiku Kaya Raya   BAB 334 PREDIKSI LAIV

    Meski bahasanya masih belepotan, belum jelas pengucapannya, tapi Maira yang tadinya ditindih Laiv sampai menjerit melengking, bisa paham apa yang Nadine perintahkan. Bocah yang masih memakai baju tidur itu lekas berlari ke arah dapur, di mana Paramita tadi berada. Tak berapa lama perempuan itu datang dengam seorang ART mengikuti. "Bukan kontraksi kan?" Tanya Paramita. Dia dan sang ART memapah Nadine untuk duduk di sofa."Kayaknya bukan, Nadine cuma kaget, Maira di-smack down Laiv."Paramita melotot pada sang cucu sementara yang dimarah malah pasang muka innocent, tidak bersalah. Laiv kadang bisa kalem, kadang bisa ikutan tantrum macam Maira yang memang hobi ngereog."Maira, bisa tolong panggilkan Tante Reva di kamar. Bilang Tante Nadine perutnya sakit. Laiv tunggu di sini.""Peyut atit," kutip Maira sambil melangkah pergi seraya melompat kegirangan.Sepeninggal Maira, giliran Laiv yang ditatar Paramita. "Laiv, Sayang. Lain kali gak boleh kayak gitu lagi. Maira nanti bisa terluka. Bi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status