Nancy berhenti di depan Hazelt, santai melipat kedua tangannya di dada turut menatapnya rendah.
"Hazelt, mentang-mentang kamu istri Harper, kamu merasa seolah-olah sudah memberi dukungan untuk keberhasilan Harper ini, iya?" Nancy berjalan mengitari Hazelt, dagunya terangkat angkuh. Tatapan remeh Nancy menekan Hazelt yang sudah tidak siapa-siapa lagi. Ia merasa dirinya sangat kecil berhadapan dengan keduanya. "Siapa selama ini yang mendampingi Harper di publik? Siapa yang memberi selamat kepadanya? Bahkan kamu tidak tahu kapan suamimu diresmikan sebagai CEO di perusahaan!" Hazelt menggeleng lemah. Ia memang tidak tahu persis kapan peresmian Harper sebagai CEO. Karena Harper tidak mengundangnya ke acara peresmiannya. "Aku tidak memaksa kamu harus percaya kepadaku, Harper," ujar Hazelt tegas. Jelas Nancy sudah membohongi Harper. Tetapi, sekarang Hazelt kesulitan menunjukkan bukti kebenaran ucapannya. Karena ia tidak membawa surat perjanjiannya dengan asisten pribadi keluarga Rich Trover. "Pergilah dan jangan pernah kembali ke mansion. Semua ini sudah menjadi keputusanku, Hazelt! Percuma saja memintaku untuk menggagalkan surat perceraian itu," kecam Harper. Agaknya Harper tidak main-main dengan ucapannya. Hazelt tidak menjawab. Ia segera mengambil tasnya dari atas meja dan meninggalkan Vintage Town cafe. Hazelt tidak kembali ke mansion. Ia pergi dengan hanya membawa tas kecilnya dengan sedikit uang di dalam dompet. Ia tidak mau menurunkan harga dirinya dengan membawa barang-barang pemberian Harper. Segera, Hazelt membuat keputusan akhir untuk mengunjungi mansion keluarga Rich Trover. Keluarga itu tidak mungkin menolaknya, Tuan Rich Trover lah yang sudah menyelamatkan hidupnya di masa lalu, ketika ia dibuang keluarga ayahnya ke jalanan. Di depan mansion keluarga Rich Trover, ia terkejut melihat beberapa mobil mewah masuk ke mansion. Sepertinya keluarga Rich Trover sedang ada pertemuan dengan rekan bisnisnya. Hazelt menjadi ragu dengan niatnya tinggal di rumah orang kaya itu untuk sementara. Namun, mengingat dirinya tidak punya tujuan lagi, ia memberanikan diri menekan bel. Persekian detik, pintu pagar raksasa di depannya terbuka perlahan, disusul seorang security segera menghampirinya. Sejenak sang security hanya memandanginya dengan dahi yang mengerut. Hazelt pasrah saja apa yang akan dipikirkan pria itu tentang dirinya sekarang. Pria itu tidak langsung mengizinkannya masuk, tetapi memintanya untuk menunjukkan identitas dirinya. "Maaf, Nona, lain kali saja kemari. Tuan Rich Trover sedang makan malam dengan rekan bisnisnya. Beliau berpesan tidak menerima tamu selain dari para rekan bisnisnya." "Anda tidak perlu mengusirku, Pak. Saya Hazelt. Anda hanya perlu menyampaikan kedatanganku kepada Tuan Rich Trover dan nyonya Karen, mereka pasti mengizinkanku masuk," harap Hazelt penuh percaya diri. "Tetapi, saya perlu melihat identitas setiap tamu yang datang." Sialnya, semua kartu pengenalnya tertinggal di mansion Harper. Tidak ada yang bisa ia tunjukkan, pun ia gagal meyakinkan sang security. Hazelt menyurut mundur dan duduk merenung di sudut taman luar mansion. Entah menunggu sampai kapan, mungkin sampai salah satu keluarga Rich Trover keluar dan melihatnya di sana. "Hazelt." Seseorang yang memanggil namanya, menyentakkan lamunannya. "Nyonya Karen?" Kaget, gegas Hazelt menghampiri dan memberi hormat kepadanya. "Maafkan aku, Nyonya. A-aku---" "Hazelt, apa yang sudah terjadi padamu? Dari mana saja kamu selama ini?" Khawatir, nyonya Karen menarik dan memeluknya sangat erat. Di wajah nyonya Karen tergambar kebahagiaan yang besar saat melihatnya. Berulang kali memperhatikan dirinya dari ujung rambut hingga ujung sepatunya. "Kenapa selama setahun ini kamu tidak pernah memberi kabar kepada kami, Hazelt?" Nyonya besar bertanya karena benar-benar sangat kehilangan dan mengkhawatirkannya. Hazelt menangis. Ia tidak tahu harus memulai dari mana menceritakan penderitaan hidupnya selama setahun ini. Menyedihkan, jika harus mengaku sudah menikah dengan Harper Stone, diceraikan, lalu, sudah terusir dari mansion Harper beberapa menit yang lalu. Sekarang, hal yang wajar jika keluarga Rich Trover menolaknya. Dulu, ia menghilang begitu saja dari toko roti, tanpa berpamitan kepada keluarga Rich Trover. Kemudian,tiba-tiba kembali dengan keadaan dirinya yang menyedihkan. Semua yang terjadi kepadanya atas keinginan Harper. Pernikahan mereka juga sangat dirahasiakan. Ia diperlakukan tidak lebih dari istri tawanan di mansion Harper. "Maafkan aku, Nyonya. Waktu itu aku buru-buru harus pulang ke kampung untuk mengurus nenek," bohong Hazelt. "Sekarang beliau sudah meninggal, dan aku kembali lagi kemari. Apa Nyonya masih mengizinkan---" "Stt, jangan berkata begitu. Sekarang kamu masuk dan segera ganti pakaianmu." Nyonya Karen menuntunnya lembut masuk ke rumah. Nyonya Karen menunjukkan kehangatannya. Setelah kematian putri mereka di masa silam, keluarga Rich Trover tidak memiliki anak lagi. Ketika mereka bertemu dengan Hazelt, yang memiliki kemiripan wajah dengan putri mereka, keluarga Rich Trover menjadi sangat mengasihinya. "Pakaianmu sudah ada di kamarmu," ujarnya melepas tangan Hazelt setelah di tangga. "Sebentar lagi Tuan Muda Harper Stone datang. Jadi, kamu segeralah berbenah diri dan turun." Tuan Muda Harper Stone? Seketika Hazelt merasakan segalanya runtuh dan menimpa dirinya. Tubuhnya bergetar. Untuk apa Harper menyusulnya ke sana? Namun, Hazelt cuma bisa mengangguk patuh. Cepat-cepat berjalan menuju kamarnya. Tiba di dalam kamar, ingatannya kembali ke ucapan selamat dari Nancy tadi. 'Apa Harper datang untuk mempererat kerjasamanya dengan keluarga Rich Trover?' Seharusnya Harper membawa dirinya sebagai istrinya, tetapi pria itu memilih menceraikannya beberapa menit yang lalu. 'Atau, Harper mau membawa Nancy?' Membayangkan Harper datang bersama Nancy sudah membuatnya cemburu mati. Bagaimana lagi kalau benar melihat mereka datang? Semua keberhasilan Harper merupakan kerja keras Hazelt. Selama ini diam-diam Hazelt mempromosikan Harper, sampai memohon-mohon kepada asisten pribadi keluarga Rich Trover, agar membujuk Tuan Rich Trover mau berkerjasama dengan Harper. Mungkin kalau Hazelt yang meminta langsung kepada Tuan Rich Trover, ia tidak perlu sampai memohon-mohon. Tuan besar itu pasti segera menyetujuinya. Tetapi untuk menjaga nama baik dan semua rahasia Harper, Hazelt rela menyamar sebagai nyonya Stone. Hazelt mengangkat bibir gaun bawahnya menuruni tangga menuju ruang depan. Melihatnya turun, nyonya Karen segera membawa dan menyuruhnya duduk bersama mereka. "Aku duduk di sini saja, Nyonya," bisik Hazelt terasa canggung duduk bersama pasangan keluarga Rich Trover. Ia juga menghindari bertemu dengan Harper. Alih-alih harus menyambut mantan suaminya itu. "Ayo, ke sana saja, Hazelt. Kami baru saja mengumumkan kepulanganmu kepada tamu-tamu malam ini," ujar nyonya Karen setengah menyeretnya. "Jadi, kamu harus tetap di sini untuk menyambut para tamu bisnis keluarga kita." "Kepulanganku? Tamu bisnis kita? A-aku---" "Stt, iya. Sekarang berdirilah, Hazelt. Sambut Tuan Muda Harper Stone," potong nyonya Karen menunjuk ke arah pintu masuk mansion. DEGG Hazelt menatap lurus ke depan melihat mantan suaminya itu berjalan santai, dengan menggandeng mesra tangan Nancy. "Nancy!" desisnya tidak bisa menahan cemburu. "Huss, jangan bicara tidak sopan, Hazelt." Nyonya Karen memperingatkannya dengan menyikut pelan lengan tangannya. "Dia itu mungkin istri Tuan Muda Harper Stone." 'Istri?' Hazelt terdiam sejenak. Kemudian berpura-pura tenang dan tersenyum manis menyambut pasangan Harper dan Nancy. Bersikap seolah-olah tidak mengenali mereka. Harper tidak kalah kaget melihat dirinya berdiri bersama Tuan Rich Trevor dan nyonya Karen. Aura dingin dari tatapan matanya seakan-akan ingin menelan Hazelt hidup-hidup. ***Di mansion Rich Trover. Tuan Rich Trover dan nyonya Karen kaget melihat Hazelt membawa dokumen perusahaan.Mereka yang tengah bersiap berangkat keluar kota, guna menghindari media, kembali duduk."Harper mau membantu perusahaan Rich Trover, Pa. Jadi, malam ini kita bertemu untuk membahasnya," ujar Hazelt."Harus sekarang, Hazelt?" tanya Rich Trover."Iya, Pa. Atau, Papa saja yang menemuinya," kata Hazelt memberikan dokumen di tangannya ke Tuan Rich Trover."Tidak, Sayang. Kamu diantar Davies saja ke sana, ya. Kebetulan Papa dan Mama harus berangkat keluar kota sekarang." Tuan Rich Trover memeluk hangat Hazelt. "Maafkan, Papa. Tapi, untuk saat ini Papa harap kamu bisa membantu tugas Papa. Keadaan sekarang di sini tidak baik untuk Papa dan Mama.""Iya, Pa. Ada Davies yang dia menjagaku," ujar Hazelt, pamit.Davies mengekori Hazelt, dia merasa bersalah karena sudah berkhianat. Hazelt salah, dia tidak bisa menjaganya.Sepanjang perjalanan menuju mansion Harper, sampai tiba di sana, ha
Kemarahannya tidak termaafkan lagi. Harper kecewa dengan Hazelt. Dia tidak akan memberikan kesempatan kepada Hazelt, bisa menikmati kebahagiaan dengan siapapun kecuali dengannya.Rencana yang disusunnya begitu nekat dan rapi. Akuisisi perusahaan Rich Trover di bawah Hazelt hanyalah permulaan. Kematian Charlie juga hanya cara menyingkirkan satu penghambat jalannya.Langkah selanjutnya adalah menjatuhkan perusahaan pusat Rich Trover. Harper menghabiskan berhari-hari, untuk bisa mendapatkan rahasia detil tentang perusahaan pusat Rich Trover. Dalam tekanan, Davies yang berperan penting dalam mempermudah semua rencana Harper. Satu persatu dia berhasil melumpuhkan seluruh perusahan Rich Trover.Perusahaan Rich Trover yang dulunya berjaya, mulai goyah, investor panik. Berita itu segera tersebar, media dengan cepat membongkar kehancuran perusahaan Rich Trover.Harper menyaksikan semua ini dengan mata dingin. Dia tidak merasakan kepuasan. Hanya tekad yang membara."Hazelt akan menangis denga
Tiba di apartemen Bone, Harper masuk dengan berjalan santai.Charlie yang tengah sibuk dengan ponselnya, kaget tiba-tiba Harper sudah berdiri di depannya."Untuk apa kamu kemari?" tanyanya, wajahnya sedikit memucat karena kagetnya."Aku ingin mengucapkan selamat untukmu," jawab Harper menatapnya tajam.Charlie berdiri, tertawa kecil melihat sikap kekanakan Harper itu. Harper juga tahu, besok lah hari pernikahan mereka. "Kenapa mengucap selamat sekarang, Harper? Tidak mungkin kamu tidak tahu, besoklah hari pernikahan kami, bukan sekarang."Charlie mengambil gelas dan menuang wiski, memberikannya kepada Harper."Atau, ada yang ingin kamu bicarakan denganku?" tanya Charlie menunjukkan jam di pergelangan tangannya."Gagalkan pernikahan ini. Aku masih suami Hazelt." Harper to the point."Itu dulu, sekarang Hazelt calon istriku." Dahi Harper mengerut, bingung dengan ekspresi tenang dan ucapan Charlie. "Kamu tidak bertanya, Charlie?""Untuk apa, Harper? Tidak perlu! Kamu menikahinya selama
Mata Harper terpaku pada laptop di atas meja. Jari-jarinya mulai sibuk di atas keyboard, mencari informasi tentang perusahaan Rich Trover. Perusahaan besar yang sudah diakui diberbagai negara-negara besar. Harper nekat melakukan rencananya ini, karena perusahaan Rich Trover hampir tidak mempunyai kelemahan. Atau, sesuatu yang bisa dia manfaatkan untuk menjatuhkannyaNamun, tujuan utamanya adalah hanya akan mengakuisisi semua perusahaan yang bekerjasama dengan perusahaan dibawah kepemimpinan Hazelt saja. Dia ingin menunjukkan kemarahannya kepada Hazelt.Setelah beberapa jam menyelidik, senyum sinis terukir di bibir. "Aku menemukannya," ucapnya berguman sendiri. Harper menemukan perusahaan kecil, Greyson Corp, yang merupakan salah satu mitra kerja utama perusahaan Rich Trover, Trover industries. Saat ini Greyson Corp sedang mengalami masa sulit, rentan terhadap pengambilalihan."Tunggu saja apa yang bisa aku lakukan untukmu, Hazelt," desisnya menemukan letak peluangnya di Grayson Corp
Hazelt merunduk, memungut kartu undangannya yang terjatuh. "Itu benar, Harper. Aku akan menikah dengan Charlie. Kamu bisa membacanya di sini."“Kenapa kamu tidak memberitahuku?” Harper berteriak. "Kenapa kamu menyembunyikannya dariku, Hazelt? Setelah semua perjuanganku membuatmu bisa kembali padaku! Kamu mematahkan harapanku!""Untuk apa aku kembali padamu? Aku tidak mau jatuh ke kesalahan yang sama, Harper. Aku juga bisa bahagia," jawab Hazelt, berusaha menutupi kegugupannya. Sejujurnya, ia takut dengan reaksi Harper. Dalam hatinya, kehadiran Harper adalah ancaman bagi kebahagiaannya.Harper tertawa sinis. "Bahagia? Kamu pikir akan bahagia bersamanya? Kamu milikku, Hazelt. Kamu selalu menjadi milikku.""Aku bukan milik siapa pun, Harper. Aku bebas." Hazelt menahan tubuhnya, berusaha menunjukkan ketegaran di hadapan Harper."Kalau begitu, kamu tidak akan keberatan jika aku menunjukkan ini pada Charlie, kan?" Harper mencibir sambil mengeluarkan selembar kertas lusuh dari saku jaketnya.
Tampak Charlie menghela napas berat. Tatapannya tidak lepas dari wajah penasaran Hazelt. "Lupakan saja. Tidak perlu dibahas. Aku menerima apapun masa lalumu.""Tapi, aku butuh tahu, Charlie. Apa Harper yang mengatakannya padamu?""Harper tidak mengatakan apapun. Tapi..." Kalimat Charlie menggantung di udara, menekan dada Hazelt hingga sesak karena rasa penasarannya.Mata Hazelt membulat sempurna, menunggu tidak sabar. Gugup menempati setiap inci tubuhnya. Charlie menghela napas panjang. "Ada seseorang yang membongkar semuanya, Hazelt. Dia, Nancy.""Nancy?"desisnya hampir tidak terdengar.Nama itu mengejutkannya, ia tidak menyangka Nancy nekat melakukannya. Pantas saja kemarin dia mendatanginya."Hari itu, Nancy mendatangiku ke kantor. Dia memintaku agar mau berpura-pura menjadi kekasihnya di depan keluarganya.""Berpura-pura menjadi kekasihnya?" Hazelt ingat, Nancy juga meminta Harper melakukan hal yang sama. "Iya. Aku tidak tahu untuk apa dia melakukannya. Pun aku tidak ingin