Dijerat Mantan Suami Agar Aku Mau Kembali

Dijerat Mantan Suami Agar Aku Mau Kembali

last updateLast Updated : 2025-05-23
By:  Masrie NapitupuluCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
1 rating. 1 review
60Chapters
731views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

"Tidak ada kehamilan untuk persenggamaan ini, ingat!" Hazelt diceraikan oleh Harper, sesaat setelah suaminya itu berhasil menjadi CEO, dan berhasil mendapatkan kerjasama senilai 500 milliar dari keluarga Rich Trevor. Beberapa jam setelah diceraikan, Hazelt mendadak menjadi wanita konglomerat. Harper menyesal dan menarik surat perceraian mereka, namun sayangnya Hazelt sudah tidak menginginkannya lagi. Di hari pertunangan Hazelt dengan pria lain, Harper berhasil mengakuisisi semua perusahaan Rich Trevor yang dibawah kepemimpinan Hazelt. Harper membuat penawaran gila dengan Hazelt, akan mengembalikan semuanya asal Hazelt mau kembali kepadanya. ***

View More

Chapter 1

Bertemu Dengan Mantannya Suaminya

"Tidak ada kehamilan untuk persenggamaan ini, ingat!"

"Kita sudah menikah dan aku istrimu, Harper."

Hazelt berdiri di sisi ranjang, membiarkan tubuhnya yang tanpa sehelai benang terpampang di depan mata Harper.

"Aku tidak pernah menginginkanmu, Hazelt!"

Harper menjauhkan pandangannya seraya merapikan handuk yang melilit di pinggangnya. Perlahan berjalan menuju jendela, kemudian membukanya lebar-lebar. Udara subuh segar di musim dingin segera memenuhi ruangan kamar lantai tiga sebuah mansion.

Hazelt memandangi tubuh pria yang dipenuhi otot kuat dan liat itu, telah menikahinya setahun yang lalu. Dia sangat seksi dan tampan namun sikapnya sangat cuek dan dingin.

Pria itu menikahinya untuk mempertanggungjawabkan apa yang sudah dilakukannya di malam itu. Selama pernikahan mereka, baru kedua kali ini Harper menyentuh tubuhnya setelah di malam itu.

"Baiklah, kalau itu yang kamu inginkan, Harper. Tapi..."

Hazelt menggantung ucapannya, ia melilitkan kimono tidur untuk menutupi tubuhnya yang menggigil kedinginan. Berjalan menghampiri Harper dan berhenti tepat di belakang pria itu.

Hazelt bisa merasakan aroma maskulin yang segar, tercium dari tubuh pria setengah telanjang di hadapannya. Wanginya yang segar menyeruak masuk ke lubang hidungnya. Aroma tubuh inilah yang membuatnya tergoda, sampai kehilangan akal dan kesuciannya di malam itu.

Persekian detik ia hanya berdiri menunggu namun tidak sedikitpun pria itu mau berbalik badan, sekedar melihat dirinya yang berdiri di balik punggung kekar itu.

"Harper, kita bercerai saja!"

"Tidak bisa!" Penuh emosi Harper memutar badan cepat, matanya melotot menatap Hazelt. Pancaran matanya menyiratkan amarah yang besar.

"Apa artinya pernikahan ini jika kamu tidak menginginkan anak dariku?"

"Ya ampun, Hazelt, cukup berdebat soal anak! Aku tidak pernah menginginkan mereka ada di pernikahan ini!"

Harper membungkuk ke depan, tubuhnya yang tinggi besar seolah hendak akan menelan tubuh kecil Hazelt.

"Atau, kamu pikir, dengan memberikan anak padaku, maka semua harta kekayaanku jatuh padamu?"

"Atau, aku bakal mencintaimu setengah mati? Tidak, Hazelt!"

Hazelt menggeleng cepat, meremas sisi kimononya. Buru-buru menyurut ke belakang membuat jarak dengan Harper. Takut pria itu marah dan malah menyakitinya. Selama ini ia mengenal Harper seorang yang tempramen.

"Bagus! Cepat kenakan pakaianmu dan segera pergi ke kamarmu. Aku tidak mau ada yang melihatmu di kamarku."

Tentu Hazelt sangat sakit hati mendengarnya. Untuk apa Harper menikahinya kalau pria itu tidak mencintainya?

Di mansion cuma ada dirinya, Harper dan para pelayan. Apa yang dia takutkan sebenarnya?

"Aku ingin bicara." Hazelt berkata hampir tidak terdengar.

"Hmm."

Harper melirik jam di pergelangan tangannya. Kemudian menunjuk jam tangannya, sebagai isyarat tidak punya banyak waktu bicara dengannya.

"Ada yang sangat penting yang harus kamu ketahui." Hazelt meremas kedua telapak tangannya yang hampir membeku.

"Aku sedang di hotel tadi---"

"Sudah aku katakan jangan menunjukkan wajahmu di hotel! Kamu tahu apa yang terjadi kalau Nancy melihatmu di sana?"

"Justru aku ingin bicara tentang Nancy, Harper. Dia sudah berani berkata---"

"Cukup! Jangan coba-coba mengulanginya lagi, ingat!"

Hazelt terdiam membisu menatap Harper dalam kebingungan. Rasa sakit dan kecewa terus menerus ia terima dari Harper. Sedikitpun suaminya itu tidak pernah menghargainya.

"Aku akan menuruti semua keinginanmu, asal kamu memberikan satu saja permintaanku, Harper!"

Harper mendengus kesal namun dia terpaksa mengangguk kecil. Perlahan menyulut sebatang rokok dan menghisapnya dalam-dalam, sehingga gumpalan asap pekat terlihat memenuhi rongga mulutnya.

"Aku bosan di rumah terus, aku mau kembali bekerja di toko roti."

Seketika ruangan besar itu dipenuhi tawa terbahak-bahak Harper. Asap rokok yang memenuhi mulutnya berterbangan bebas di udara.

"Hazelt , aku sudah menghabiskan waktuku siang dan malam untuk mengumpulkan uang. Kamu cukup meminta berapa uang yang kamu inginkan!" Enteng Harper berkata, pria tersebut membungkuk ke depan dan menghembuskan asap rokok tebal ke wajah Hazelt.

Kemudian, mengeluarkan cek kosong dari laci meja di sampingnya. Melemparkannya ke wajah Hazelt.

Hazelt yang tidak terbiasa dengan asap rokok, akhirnya terbatuk-batuk. Seraya memegangi dadanya yang mulai terasa sesak, ia langsung panik merasakan di area lehernya seperti dicekik.

"Hentikan, Harper. Aku tidak bisa bernafas." Tangannya menggapai-gapai di udara. Cek kosong tadi ia biarkan terjatuh di lantai.

Cepat-cepat Harper membuang rokoknya dari jendela. Lalu, menjauh dari Hazelt. Sejenak membersihkan mulutnya di wastafel sebelum kembali menghampiri Hazelt.

"Uang pemberianmu selama ini sudah cukup untukku."

"Lalu, mengapa kamu ingin bekerja di tempat rendahan itu, Hazelt?"

Kedua alisnya terangkat. Tangannya bergerak cepat merapikan helai rambut yang menutupi wajah Hazelt. Lalu, mendorongnya pelan ke arah pintu keluar.

"Baiklah, aku tidak akan kembali bekerja ke toko roti, asalkan kamu mengizinkanku ke Vintage Town cafe malam ini."

"Silakan! Tetapi, jangan memintaku menemanimu makan malam. Selain aku tidak berminat, aku juga tidak mau membuang-buang waktuku." Harper melambaikan tangannya mengusir Hazelt.

"Rapikan pakaianmu sebelum keluar, Hazelt"

***

Setelah mendapat izin dari Harper, Hazelt pergi ke Vintage Town cafe.

"Hebat, ternyata kamu bisa datang juga , Hazelt." Senyum seringai Nancy menyambutnya. Gadis cantik berwajah oriental tersebut menunjukkan jam di pergelangan tangan kirinya. "Tepat waktu juga."

"Hmm, aku akan selalu menepati janjiku. Apa yang penting ingin kamu bicarakan?" Hazelt duduk membuat jarak dengan Nancy, dia adalah mantan kekasih Harper, juga merupakan rekan bisnis Harper.

"Aku ingin memberitahu kamu, kalau aku mau membawa Harper kunjungan kerja ke luar kota."

"Tidak bisa! Kamu perlu persetujuan dariku, Nancy! Dan, aku tidak setuju!"

"Ohh, apa penting persetujuan dari kamu, Hazelt? Bahkan Harper sendiri tidak menolak ikut bersamaku!"

"Harusnya kamu memikirkan tindakanmu ini sebelum melibatkan Harper dengan urusan pribadimu. Harper sangat sibuk di perusahaan sekarang ini, jadi kamu cari orang lain saja."

Hazelt menekan rasa cemburunya. Nancy bukan lawan yang pas untuknya. Gadis cantik itu bisa melakukan apapun yang diinginkannya, tanpa terkecuali merebut Harper darinya.

"Dia mantan kekasihku, jadi, aku memilih dia seorang yang menemaniku."

"Harper suamiku, Nancy, bukan milikmu."

"Dia hanya kasihan padamu, Hazelt! Setelah dia tahu kamu cuma gadis miskin dan dijadikannya taruhan. Jadi, Harper melihatmu tidak lebih dari seorang gadis malang yang butuh perlindungan."

"Apa itu yang dikatakan Harper padamu?"

"Yah, begitulah. Antara aku dan Harper, tidak ada hal yang perlu disembunyikan." Nancy tersenyum mengejek.

Sejenak terjadi ketegangan di udara. Hazelt menggertak gerahamnya. Mati-matian ia menutupi masa lalunya dari semua orang, malah dengan sengaja Harper ingin mempermalukannya.

Merasa sangat malu aibnya sudah terbongkar, Hazelt membuang muka, merasa sangat malu dan rendah berhadapan dengan Nancy. Sialnya, ia lupa membuat perjanjian dengan Harper waktu itu.

"Aku rasa pikiran kita sama, Hazelt. Lebih baik kamu bercerai saja dari Harper!"

"Itu bukan urusanmu, Nancy! Pernikahan kami baik-baik saja."

"Oiya, setahun menikah, tetapi tak kunjung hamil! Apa itu baik-baik saja?" ujar Nancy tersenyum miring.

Nancy membuka kancing blazernya dan menunjukkan perutnya yang membuncit. Gadis itu tampak mengelus-elus perutnya dengan senyum kepuasan.

"Hazelt, kamu istrinya saja tidak pernah disentuhnya, tetapi aku?"

"Apa maksudmu, Nancy?" Hazelt meneguk liur kesulitan.

***

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Purple Rain
Buku baru, wajib baca nih ... karya Kak Masrie pasti bikin candu, sayang kalau dilewatkan begitu saja ...
2025-04-10 19:04:46
1
60 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status