Beranda / Romansa / Dikejar Lagi Oleh Suamiku / Bab 6 Bayi Milik Suamiku

Share

Bab 6 Bayi Milik Suamiku

last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-07 09:05:08

Ketika turun dari mobil, aku dikejutkan sebuah kenyataan menyakitkan jika Mas Birendra telah memiliki seorang bayi tampan dengan Sarayu.

"Maafkan kami ya, Nak. Kami telah bersalah menikahkan kalian."

Ibu Tari memelukku sesampainya kami di rumah dan berulang kali meminta maaf. Aku diam membisu tanpa mampu berkata apapun pasalnya begitu banyak kejutan saat ini.

"Ayah tahu kamu pasti merasa sakit hati dan kecewa pada kami. Kami yang telah memaksamu menikah dengan Birendra," sesal Ayah Dani memperlihatkan wajah kecemasannya saat aku hanya mengangguk.

"Kamu marah sama kami, Nduk?" tanya Ibu Tari menggandengku untuk masuk ke rumah.

"Kalau boleh jujur tentu saja Hira marah, tetapi bukan sama ayah dan ibu. Jika tak mau menikahi Hira untuk apa Mas Bi mau melakukannya?" tanyaku menatap Mas Bi yang sedang menggendong bayinya.

Hati siapa yang tak marah dan kecewa sekaligus? Aku meminta pada Semesta agar aku dikembalikan ke masa lalu untuk menyatukan Mas Birendra dan Sarayu, tetapi aku tak menyangka jika diriku terjebak dalam pernikahan poligami. Lucunya aku yang menjadi istri kedua.

"Maaf Nak. Kami meminta maaf. Kami benar-benar tak tahu jika Birendra telah menikahi Sarayu tanpa sepengetahuan kami," ucap Ibu penuh penyesalan.

Di kehidupan dulu bahkan akan datang pun cinta dan hati Mas Birendra tetap tak bisa aku sentuh. Hanya Sarayu yang ada di jiwanya.

"Jangan menyalahkanku. Kamu bisa menolak tawaran ayah dan ibu untuk menikah denganku. Kamu saja yang tak tahu diri," sindir Mas Birendra dengan perkataan yang menyakitkan.

"Birendra! Iya ayah tahu telah salah sama kamu. Tapi di sini jelas kamu yang salah. Kenapa kamu harus menikahi wanita itu diam-diam? Bahkan sampai kalian memiliki anak!"

"Mas, hentikan. Abi nanti terbangun," ujar Ibu mengusap punggung ayah yang naik turun menahan marah.

"Jika ayah merestui kami. Tak mungkin Sarayu meninggal dan perempuan ini pun akan bahagia dengan pria lain!"

"Jangan sebut nama itu di depan kami lagi. Dia sudah mati!"

"Tanpa ayah sadari ayah dan ibu yang telah membunuh Sarayu!"

"Birendra!"

Dua pria di depanku membuat bayi itu menangis kencang karena suara keras dari Ayah dan Mas Birendra yang saling bersahutan. Mas Birendra berusaha menenangkan bayi mungil, tetapi tangisannya semakin kencang.

"Lihatlah. Abi menangis karena kalian," ucap Mas Bi menyalahkan kami.

"Berisik. Bawa anakmu keluar dari sini!" Ayah mengusir Mas Bi lalu pergi dari hadapan kami.

"Sini berikan pada ibu."

Tetap saja bayi itu menangis meski ada sebotol susu yang dibuatkan Bik Sum. Tiba-tiba saja ada rasa ingin menimang bayi tersebut.

"Bu, sini biar Hira yang menggendongnya."

"Tidak usah. Aku tak akan biarkan anakku berada di tangan pembunuh," timpal Mas Bi menepis tanganku saat hendak meraih bayi itu dalam pelukan ibu.

"Aku tak akan membunuhnya. Mas mau anak ini menangis terus?" tanyaku menatap tajam.

"Sudah Bi. Biarkan Hira mencoba menenangkan anakmu," sahut Ibu menyerahkan bayi mungil ke dalam dekapanku.

Meski ada rasa tak suka dari Mas Birendra. Aku tetap melakukannya. Naluri sebagai seorang ibu yang belum memiliki anak membuatku ingin memeluknya.

"Lihatlah anakmu, Bi. Dia terdiam seketika saat Hira menggendongnya."

Wajah bayi tiga bulan yang tidur dalam dekapanku begitu mirip dengan Mas Birendra. Aku menimangnya setelah menangis tiada henti dan baru terdiam saat berpindah tangan ke pelukanku.

"Jangan menangis lagi ya, Nak. Ada ibu di sini." Aku menimang bayi Mas Bi pelan dan memberinya pelukan.

"Aku tak sudi jika bayiku memanggilmu---"

Aku melihat Ibu mencegat tangan Mas Birendra saat hendak mendekatiku untuk mengambil kembali anaknya.

"Tenanglah, Mas. Meski aku seorang pembunuh menurut pemikiranmu, tapi aku bukan orang yang tega menyakiti bayi sekecil ini demi keegoisan semata."

"Pergilah ke kantor sekarang. Bukankah kamu ada rapat dengan calon pembeli dari Belanda?"

"Kamu tahu dari mana aku ada rapat hari ini?"

Aku menghela napas. Terkadang aku lupa jika diriku berada di tahun 2018 di mana saat itu Mas Birendra terlambat ke kantor untuk rapat dan berakhir dengan kegagalan.

"Ya aku tahu saja. Cepat pergilah sebelum terlambat. Mereka orang yang tepat waktu dan jangan sia-siakan pertemuan kali ini," sahutku santai sambil menimang bayi.

"Pergilah, Nak. Biarkan Hira dan ibu yang menjaga Abi untukmu."

Aku dapat melihat keengganan Mas Birendra meninggalkan anaknya dalam pengasuhanku, tetapi mau tak mau dia mengalah dan memilih kembali ke kantor hari ini.

"Jika terjadi sesuatu padanya. Aku akan membuatmu menderita di penjara," ancam Mas Bi sebelum masuk mobil.

"Sudah jangan didengar perkataan Birendra. Dia begitu karena mencemaskan anaknya," ungkap Ibu menyunggingkan senyum.

Aku mengangguk. Malas menanggapi perkataan Mas Birendra. Toh aku di kehidupan ini hanya lima bulan saja. Namun sebelum waktu itu berakhir, aku harus menemukan pembunuh Sarayu.

****

"Namanya Abisatya Legawa."

Ibu memberitahuku nama bayi yang lucu dan menggemaskan ini. Sayang tak ada sosok ibu yang menemani di setiap langkahnya kelak. Hati tersentuh ketika pertama kali melihatnya seperti ada ikatan batin.

"Apa ayah sudah menerima kehadiran Sarayu, Bu?" Pertanyaanku hanya dijawab gelengan kepala Ibu.

"Ayahmu itu aneh. Dia tak mau menerima Sarayu sampai kapanpun, tetapi mau menerima Abi. Lucu, bukan?"

"Bayi selucu dan setampan ini pasti ayah akan menerimanya, Bu. Lagipula ibu dan ayah butuh penerus keluarga. Hira belum tentu memberi kalian cucu, Bu."

"Kok kamu bicara begitu, Nduk. Ibu yakin suatu hari Birendra akan menerima dan mencintaimu sebagai seorang istri. Bersabarlah," ucap Ibu memberiku semangat.

Aku harus bersabar sampai kapan? Waktuku hanya sebentar di tahun ini. Selain mengungkap kematian Sarayu, apakah aku sanggup membuka hati Mas Birendra hanya untukku? Entahlah aku tak yakin.

"Ibu keluar dulu ya. Kamu di sini saja beristirahat selagi Abi tidur. Ini sekarang kamarmu dan Birendra," beritahu Ibu sembari keluar dari kamar.

Ketika aku masih kecil, Mas Bi selalu mengajakku ke kamarnya hanya untuk mengajariku belajar atau membacakan sebuah cerita dengan kisah yang lucu dan membuatku tertawa.

Kini pria itu menjelma menjadi sosok yang tak bisa aku kenali lagi. Dia berubah sejak kami dijodohkan. Tak ada lagi canda dan bila bertemu hanya perkataan ketus yang terlontar.

"Sayang, jika kamu jadi diriku. Apa yang akan kamu lakukan?" Aku menanyai Abi yang tertidur nyenyak di boks bayi.

Aku menyentuh jari kecilnya dan senyumku tersungging kala jemari milik Abi merespon tanganku.

"Tapi ibu tidak boleh menyerah dan lelah, bukan? Ibu akan mencari tahu kebenaran di balik kematian ibu kandungmu. Ibu tahu ayahmu tak akan menerima kehadiran ibu selamanya."

"Hanya ibumu yang ada di hatinya. Jangan khawatir, Abi. Ibu akan mengembalikan semuanya."

Aku menemani bayi kecil ini hingga tanpa sadar aku pun turut tertidur. Entah berapa lama mata ini terpejam hingga aku mendengar suara yang tak asing bagiku.

Di antara ambang kesadaran, ada pembicaraan seorang wanita dan pria di luar pintu kamar. Aku tak bisa membuka mata saking mengantuknya. Hanya beberapa kalimat saja yang masuk ke telingaku.

"Jangan sampai Mahira ingat dengan kecelakaan itu."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
dokter dungu yg mau diperlakukan begitu dan tetap bertahan. cinta boleh njing tapi bukan dg cara membiarkan diri dihina.
goodnovel comment avatar
Vyvel Laras
ktnya dokter kok goblok mau nikah dengan orang yg benci dengan dirinya
goodnovel comment avatar
Andre W Rico
Memangnya kenapa dgn kecelakaan tersebut?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 173 Biarlah Tetap Menjadi Rahasia [ Tamat ]

    Aku menatap cermin besar di kamarku. Gaun putih sederhana menyentuh lantai, menjuntai lembut mengikuti gerak tubuhku yang bergetar pelan. Jemariku dingin, padahal AC kamar sudah dimatikan sejak satu jam lalu. Bukan karena gugup, melainkan karena hati ini masih tak percaya—akhirnya aku menikah dengan Arya. Semesta mengabulkan permintaanku agar bertemu kembali dengan cara yang aneh bahkan aku tak bisa mempercayai. Mungkin kisahku dan Arya bagaikan sebuah cerita fantasi di dunia film. Sama halnya dengan diriku yang ditakdirkan untuk kembali ke masa lalu, begitu pula Arya yang meminta pada semesta agar dipertemukan kembali denganku. Doanya memang terkabul, tetapi ada konsekuensinya dari permintaan tersebut. Dia kehilangan ingatan sementara. ["Ketika aku terjatuh dari gedung itu. Satu doaku yang ingin Tuhan dengar. Aku ingin kembali ke masa lalu saat aku bertemu denganmu pertama kali."] ["Aku memang bertemu denganmu ketika kamu menangis di lorong rumah sakit. Aku tak ingat siapa dir

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 172 Bab Tambahan ( Ini Aku, Mahira )

    "Akhirnya selesai juga."Aku menatap pantulan diriku di kaca ruang operasi yang sudah sepi sembari bergumam. Topi bedah masih menempel di kepala dan masker medis tergantung longgar di leher. Kulihat diriku wajahku yang mulai lelah di pantulan cermin.Namun tak ada penyesalan saat aku mengambil sebuah keputusan tersebut, ini hidup yang kupilih—sebagai seorang dokter bedah dan sebagai ibu dari anak yang sedang menunggu di rumah.“Dokter Mahira." Suara suster Winda menyadarkanku dari lamunan.“Operasi tadi luar biasa. Anda sungguh hebat, Dok," pujinya yang membuat aku merasa tak layak menerima kalimat tersebut.Aku tersenyum tipis, mengangguk. “Terima kasih, Sus. Kalian juga hebat karena kita satu tim yang solid," kataku sembari memberi pujian pada mereka."Ini sudah operasi ketiga yang anda lakukan, Mahira. Sekarang pulanglah. Dokter Jaka yang akan menggantikanmu nanti," ujar dokter Agustin seraya melangkah memasuki ruang operasi."Iya Dok. Pulanglah, anda sudah terlihat lelah. Tenang

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 171 Perpisahan Yang Bahagia

    "Takdir itu tak bisa diubah dan akan menghampiri setiap insan manusia.""Ini sudah takdir ayahmu. Jangan merasa bersalah.""Allah menempatkan ayahmu di sisi-Nya."Kerabat ayah dan teman-teman sesama TKI datang ke pemakaman ayah. Mereka menguatkan aku di hari yang paling menyedihkan. Andai mereka tahu, aku tak bisa kuat seperti yang mereka katakan.Saat kabar itu datang—bahwa Ayahku dan Ayah Dani meninggal bersamaan dalam kecelakaan itu, rasanya seperti seseorang mencabut seluruh napas dari paru-paruku. Dan seakan belum cukup, Ibu Tari... koma. Antara hidup dan mati layaknya menggantungkan harapan kami di benang yang nyaris putus.Aku mengunci diri di kamar. Dua hari. Dua malam. Aku tidak bicara. Tidak makan. Bahkan air mataku pun seakan berhenti mengalir. Yang tersisa hanya kebisuan dan rasa marah—pada dunia, pada semesta dan juga pada takdir."Kenapa Ayah harus semobil dengan mereka?""Sebenarnya Ayah mau ke mana?"Aku tak menyangka jika ayah semobil dengan kedua orang tua Mas Birend

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 170 Inilah Takdir Yang Harus Aku Terima

    ["Mahira, kamu bisa ke rumah sore ini? Ada yang mau aku bicarakan denganmu."]"Rumah ayah Dani atau ke rumahnya Mas di jalan Cempaka?"["Datanglah ke jalan Cempaka."]Pagi ini aku mendapat notif pesan dari Mas Birendra. Dia menyuruhku untuk datang ke rumahnya. Katanya ada yang sesuatu yang hendak dia bicarakan. Aku langsung membalas pesannya dan mengiyakan permintaannya.Setelah menyelesaikan tugasku, aku segera melangkah pergi menemui Mas Birendra di rumahnya. Aku mengambil kunci mobil. Sudah dua bulan ini aku belajar lagi menyetir setelah pernah mengalami trauma."Selamat sore, Mbak Hira. Lama tidak ke sini.""Senang bisa melihat Mbak Hira lagi."Sesampainya di depan pintu gerbang rumah Mas Birendra, aku disambut hangat para pekerja di sini. Dulu sebelum Mas Birendra menikah dengan Sarayu, aku sering ke sini bersama ibu Tari hanya untuk beberes dan menyetok makanan, karena tempat kerja Mas Birendra lebih dekat daripada di rumah utama."Ah iya Pak. Hira juga kangen sama kalian," sapa

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 169 Takdir Yang Berbeda

    Aku berdiri di depan lift dengan jantung berdegup kencang. Wanita itu tersenyum, tetapi bukan ditujukan padaku melainkan pada dua sosok di belakangku. Aku menoleh dan melihat seorang pria bersama gadis remaja.Dia dengan langkah anggun. Tubuh ini menegang karena orang yang aku kenal ada di hadapanku sekarang. Ibu Fatma mengangkat tangan, melambai dengan semangat pada dua sosok yang juga membalas lambaian tangannya."Ibu Fatma!" seruku disertai langkah maju dengan penuh harap.Wanita itu berhenti dan alisnya berkerut. Tatapannya kosong seolah aku hanyalah orang asing di matanya dan menatapku dengan penuh kebingungan."Maaf, apakah kita saling mengenal?" tanyanya dengan suara tenang, tapi ada kehati-hatian di matanya.Dadaku seketika terasa sesak. Aku mengerjap dan mencari jawaban di wajahnya lalu berharap ada secercah pengakuan. Namun tidak ada dan ku tersenyum kaku, berharap dia sedang bercanda."Ibu tidak ingat aku?" suaraku terdengar ragu.Wanita itu menghela napas, menggigit bibirn

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 168 Apa Yang Terjadi Di Tahun Ini

    Aku melangkah masuk ke ruang lobi rumah sakit dengan sedikit rasa gugup. Saat kakiku berjalan lebih jauh, aku merasa ada sesuatu yang aneh. Dua kali aku dihidupkan kembali oleh semesta.Semua yang ada di gedung rumah sakit ini terlihat sama. Tak ada perubahan sama sekali. Aku menghela napas sembari terus berjalan menuju ruang UGD, tempat aku akan bertugas.Mataku menyapu ruangan yang penuh dengan staf dan dokter. Beberapa dari mereka tersenyum ramah, sementara yang lain sibuk dengan tugas masing-masing. Dua perawat senior mendekat, wajahnya lembut, menyodorkan tangan untuk berjabat. Aku kenal dengan mereka."Selamat datang di rumah sakit ini, Dokter Mahira.""Senang rasanya bisa berkenalan dengan anak dokter Dani.""Terima kasih Sus Mariani dan Sus Siska," sahutku seraya berjabat tangan dan mengetahui nama mereka dari name tag.Satu per satu staf memperkenalkan diri. Beberapa bersalaman dengan tatapan penasaran, mungkin mendengar kabar tentang aku dan pemilik rumah sakit ini. Namun ti

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status