Share

Bab 13

Saat ini, aula pesta sudah sangat ramai.

Di atas panggung, terlihat sekelompok wanita anggun yang mengenakan gaun sedang menarikan tarian tradisional.

Setiap ekspresi dan gerakan mereka penuh dengan pesona dan sangat elegan. Siapa pun yang melihat pasti akan terpana.

Di bawah panggung, duduk sekelompok orang kalangan atas yang berpakaian rapi.

Ada yang bersulang, ada yang mengobrol, dan ada yang diam-diam menikmati pertunjukan.

Luther mencari tempat untuk duduk. Dia meminum jus sambil menyaksikan pertunjukan.

Tepat ketika Luther menonton dengan seru, tiba-tiba terdengar sebuah suara yang menusuk telinga.

"Hei, ternyata kamu berhasil masuk, ya?"

Luther melirik sekilas, lalu mendapati Wandy yang duduk bersama Ariana dan lainnya.

"Huh, sial sekali. Kenapa kami terus bertemu denganmu?" maki Julie dengan kesal.

Ariana tidak berbicara dan hanya melirik dengan dingin. Kemudian, dia duduk di kursi barisan depan yang masih kosong.

"Hei, apa kamu benar-benar ingin mengikuti lelang amal ini? Memangnya kamu punya uang? Berani sekali kamu duduk di sini," sindir Wandy.

"Memangnya nggak boleh duduk kalau nggak punya uang?" balas Luther.

"Tepat sekali! Pecundang sepertimu nggak pantas duduk bersama kami," sahut Wandy dengan raut wajah menghina.

"Kamu dengar itu? Cepat pergi, aku mau duduk!" seru Julie seraya menendang kursinya.

"Gimana kalau aku menolak?" tanya Luther sambil menengadah sedikit.

"Kalau begitu, aku akan memanggil satpam untuk mengusirmu!" ancam Julie.

"Coba saja kalau berani," ujar Luther dengan tidak acuh.

"Oke, kamu sendiri yang bilang. Jangan salahkan aku kalau kamu malu nanti!" timpal Julie.

Tepat ketika Julie ingin memanggil satpam, Ariana tiba-tiba menghentikannya. "Sudahlah, biarkan saja dia duduk."

"Bu Ariana ...." Julie mengerutkan dahinya.

"Jangan ikut campur urusan orang lain," ucap Ariana dengan dingin.

"Huh! Anggap saja kamu beruntung hari ini!" Julie memelototi Luther, lalu memilih untuk mengabaikannya.

Saat ini, ponselnya tiba-tiba berdering. Ekspresi Julie langsung berubah saat mengangkatnya.

Raut wajahnya yang angkuh barusan seketika digantikan oleh kepanikan dan kegelisahan.

"Ada apa?" Ariana segera mendapati ada yang tidak beres.

"Bu Ariana .... Ada masalah! Aku baru mendapat kabar dari orang dalam, Keluarga Caonata sepertinya mengeluarkan Grup Pesona dari daftar kandidat," jelas Julie dengan gugup.

"Apa? Kamu yakin berita ini akurat?" tanya Ariana yang ekspresinya sontak berubah.

"Seharusnya akurat. Temanku kebetulan mendengarnya tadi," jawab Julie.

"Kenapa bisa begini?" Raut wajah Ariana tampak agak murung.

Bagaimanapun, dia telah bersusah payah untuk memasuki daftar kandidat ini. Dia bukan hanya menghabiskan sejumlah besar uang, tetapi juga meminta bantuan banyak orang.

Awalnya, Ariana mengira dia sudah pasti menang setelah memasuki daftar kandidat dan bertemu dengan Bianca.

Tanpa diduga, perusahaannya tiba-tiba disingkirkan begitu saja pada saat-saat terakhir. Bahkan, tidak ada tanda-tanda bahwa mereka akan dikeluarkan.

Sebenarnya, apa yang terjadi?

"Bu Ariana, bagaimana? Bukankah usaha kita sia-sia kalau begini?" tanya Julie yang merasa enggan.

"Biar kupikirkan dulu ...." Ariana mengernyit dengan kuat.

Menghasilkan uang adalah tujuan kedua dari menjadi mitra Keluarga Caonata. Tujuan utamanya yaitu meningkatkan statusnya.

Meskipun Grup Pesona berkembang dengan cepat, perusahaan ini tidak memiliki latar belakang apa pun.

Jika bisa berada di pihak yang sama dengan Keluarga Caonata, mereka tentu akan memiliki sokongan besar.

Kesuksesan pun hanya akan berada di depan mata mereka!

Sayangnya, semua itu tidak mungkin lagi sekarang.

Saat ini, si kepala pelayan tiba-tiba menghampiri Luther. Dia menyerahkan sebuah dokumen, lalu berkata, "Tuan Luther, Nona menyuruhmu melihatnya dan membuat keputusan."

"Hah?" Luther menerimanya dengan heran.

Benar, yang ada di tangannya sekarang adalah informasi tentang Ariana dan Grup Pesona. Sementara itu, pertanyaan Bianca adalah apakah dia harus mengeluarkan mereka dari daftar kandidat atau tidak?

"Apa yang dilakukan wanita ini?" gumam Luther sambil mengelus dagunya. Dia merasa kurang yakin.

Jelas, Bianca sengaja melakukan ini. Dia sengaja memberi Luther hak untuk membuat keputusan.

Setelah ragu sejenak, Luther akhirnya memilih untuk tidak mengeluarkan Grup Pesona.

Meskipun telah bercerai dengan Ariana, dia tidak berpikiran untuk membalas dendam kepadanya.

Bagaimanapun, mereka telah menjadi suami istri untuk 3 tahun. Luther tentu berharap Ariana bisa hidup dengan baik.

"Tuan Luther sudah yakin?" tanya kepala pelayan itu. Dia tahu bahwa majikannya tidak menyukai Ariana.

"Ya." Luther menganggukkan kepalanya.

"Baik, kami akan menuruti keputusan Tuan," ujar kepala pelayan itu sambil tersenyum. Kemudian, dia pergi dengan membawa dokumen tersebut.

Nyatanya, keputusan Luther ini membuat si kepala pelayan meremehkannya. Patut diketahui bahwa saat ini adalah waktu yang tepat untuk menyenangkan hati majikannya.

Sementara itu, di kursi bagian depan.

Luther tidak tahu bahwa Ariana dan sekretarisnya sedang mencemaskan masalah ini.

Dengan koneksi yang mereka miliki sekarang, akan sangat sulit untuk membuat Keluarga Caonata mengubah keputusan.

"Ehem ehem ...." Wandy tiba-tiba berdeham untuk menarik perhatian kedua wanita itu. Kemudian, dia berkata, "Ariana, aku bisa membantumu."

"Serius?" Mata Julie seketika berbinar-binar. Dia bergegas bertanya, "Tuan Muda Wandy, kamu punya cara apa?"

"Jujur saja, ayahku punya hubungan dengan Tuan Besar Keluarga Caonata. Asalkan ayahku bersuara, aku yakin Keluarga Caonata akan mempertimbangkannya," kata Wandy dengan angkuh.

"Baguslah kalau begitu!" Julie langsung bersemangat. Dia melanjutkan, "Kalau berhasil, Tuan Muda akan menjadi orang yang sangat berjasa untuk Grup Pesona!"

"Ya, aku akan segera menelepon ayahku." Wandy terkekeh-kekeh, lalu mengeluarkan ponselnya dan menghubungi nomor ayahnya untuk menjelaskan secara singkat.

"Aku sudah mengerti. Kalau ada waktu, aku akan membicarakannya dengan Tuan Jericho," ujar Elwin dengan tidak acuh dan mengakhiri panggilan.

Wandy pun mengira masalah ini sudah beres sehingga tidak sabar untuk mendapat pujian. Dia berkata, "Ayahku sudah menyetujuinya. Kalian tenang saja, kita akan segera mendapat kabar baik."

"Baiklah. Kami tenang kalau Tuan Muda Wandy yang mengatakannya." Julie menghela napas lega.

"Terima kasih, Tuan Muda Wandy." Ariana berterima kasih kepadanya.

"Hanya masalah kecil." Wandy melambaikan tangannya dan pura-pura bersikap murah hati.

Kemudian, dia mengalihkan pandangannya yang provokatif kepada Luther.

Luther hanya meminum jusnya karena malas menghiraukan orang-orang itu.

Saat ini, ponsel Ariana tiba-tiba berdering.

Begitu dilihat, itu adalah panggilan dari Manajer Umum Grup Caonata.

"Halo, Bu Ariana? Aku punya kabar baik untukmu. Atasan kami telah memilihmu sebagai mitra bisnis Keluarga Caonata!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status