"Kalau kamu mau cari mati, silakan coba saja," kata Luther dengan tanpa ekspresi dan tatapan yang dingin."Huh! Dasar nggak tahu diri. Hari ini aku akan membuatmu merasakan kehebatan Empat Tinju Ilahi," teriak Wuslan dengan marah. Namun saat dia hendak bertindak, tiba-tiba terdengar suara lain lagi."Tunggu sebentar!"Di dalam Sekte Halilintar, seorang pria tua berambut putih yang mengenakan pakaian mewah dan memiliki aura ilahi melangkah maju dua langkah dan berkata dengan lantang, "Pak Wuslan, kemampuanmu memang bagus, tapi kamu masih bukan saingan Gerald. Air di sini sangat dalam, kamu nggak bisa mengendalikannya. Biar aku saja yang mengurusnya."Membunuh Gerald adalah perintah rahasia dari Paviliun Lingga. Siapa pun yang bisa berhasil menjalankan misi itu akan mendapat hadiah besar. Kesempatan langka seperti ini tidak boleh dilewatkan begitu saja.Wuslan mengernyitkan alis dan berkata dengan kesal, "Pak Cahyo, apa kata-katamu ini nggak meremehkanku? Sekte Empat Simbol kami sudah me
"Apa yang terjadi? Di mana Pak Wuslan? Kenapa tiba-tiba menghilang?""Aneh. Tadi dia masih ada di sini, dalam sekejap mata langsung nggak ada.""Apa dia melarikan diri? Mungkinkah Pak Wuslan punya kemampuan khusus?"Semua orang melihat sekeliling dan saling berbicara, sama sekali tidak menyadari betapa berbahaya situasinya. Mereka hanya merasa aneh, bagaimana mungkin Wuslan yang tadi masih terlihat begitu gagah malah tiba-tiba menghilang?"Di mana Pak Wuslan? Ke mana Pak Wuslan pergi?""Guru! Guru!"Para murid dan tetua dari Sekte Empat Simbol mulai mencari-cari. Namun, tidak peduli seberapa keras mereka memanggil, tetap tidak ada jawaban.Di antara berbagai sekte, hanya ada beberapa orang yang menyadari kebenarannya."Nggak perlu cari lagi, guru kalian sudah mati," kata Cahyo dengan nada muram. Orang lain mungkin tidak tahu, tetapi dia yang merupakan seorang master bisa melihatnya dengan sangat jelas. Setelah kedua tinju tadi bertabrakan, tubuh Wuslan menggembung dan langsung meledak
Serangan jarum beracun dan pisau terbang yang terus-menerus menghujani Luther. Dalam sekejap, Luther menjadi target semua orang."Susun formasi!" Saat sudah hampir dekat dengan Luther, Cahyo tiba-tiba berteriak. Beberapa ahli dari Sekte Halilintar segera menyebar dan mengepung Luther. Entah sejak kapan, ada selembar jimat emas di tangan mereka masing-masing."Pedang emas, serang!" Setelah memberi perintah itu, Cahyo langsung melempar jimat emas di tangan mereka. Para ahli Sekte Halilintar juga segera melakukan hal yang sama. Lima lembar jimat emas pun menyerang Luther dari berbagai arah.Setelah itu, pemandangan yang aneh pun terjadi. Jimat yang awalnya terlihat ringan tiba-tiba bersinar terang dan langsung berubah menjadi lima pedang emas raksasa yang menyerang dengan ganas setelah dilempar dari tangan para ahli dari Sekte Halilintar. Pedang emas ini bisa memotong besi dengan mudah dan memancarkan aura dingin penuh dengan kekuatan membunuh yang mengerikan. Bahkan seorang master pun ti
Melihat lima pedang api raksasa yang turun dari langit, Luther tetap tidak menghindar. Dia hanya perlahan-lahan mengangkat tangannya dan menepuk ke atas."Duar!" Sebuah gelombang energi yang kuat menyembur dari telapak tangannya dan segera menelan pedang api raksasa itu."Bum bum bum!" Terdengar suara ledakan dari lima pedang api raksasa itu seolah-olah meledak secara bersamaan dan berubah menjadi kembang api yang berhambur ke segala arah."Apa? Kenapa bisa seperti ini?" kata Cahyo dengan terkejut.Para ahli dari Sekte Halilintar pun saling memandang dengan ekspresi kaget. Daya ledak dan rusak dari pedang api jauh melebihi pedang emas dan serangan tadi juga menggunakan seluruh tenaga mereka tanpa ragu-ragu. Menurut perkiraan mereka, Gerald juga pasti akan terluka parah meskipun bisa menahan serangan ini. Namun hasilnya, bukan hanya tidak terluka, Gerald bisa menghancurkan serangan mereka dengan mudah dan hanya menggunakan satu gerakan saja."Terus ubah formasi!" Meskipun terkejut, Cahy
Sebelumnya, para murid dari Sekte Kosmos masih merasa tidak puas, tetapi mereka akhirnya memahami perbedaan kedua sekte ini setelah melihat teknik dari para ahli Sekte Halilintar yang tak terduga tadi. Harus diakui, kekuatan Sekte Halilintar memang sesuai dengan reputasinya."Pak Cahyo, Formasi Lima Arah Kematian dari Sekte Halilintar ini benar-benar membuka mataku. Sepertinya tanpa bantuan dari kami, kalian pun sudah bisa membunuh Gerald," kata Martina yang mendekat sambil tersenyum dan memberi hormat pada Cahyo. Awalnya, dia masih berpikir untuk merebut reputasi, tetapi dia mengurungkan niatnya yang tidak realistis itu setelah melihat pemimpin Sekte Empat Simbol terbunuh.Cahyo meletakkan kedua tangan di punggungnya dan berkata sambil mengangkat kepalanya, "Gerald memang sangat hebat. Kalau nggak menggunakan Formasi Lima Arah Kematian, kami benar-benar nggak bisa menandinginya. Tentu saja, dia juga bisa bangga bisa mati di bawah Formasi Lima Arah Kematian."Pedang emas dan pedang api
"Bum bum bum bum ...." Terdengar suara ledakan yang beruntun.Kekuatan guntur yang kuat langsung tertelan, pisau angin satu per satu hancur, dan hujan es langsung mencair saat menghadapi bayangan telapak tangan raksasa Luther. Semua serangan dari Sekte Halilintar langsung hancur. Bahkan senjata rahasia dari Sekte Kosmos pun terpental dan berdenting saat jatuh ke tanah."Apa?" Melihat serangan Formasi Lima Arah Kematian tidak berguna, Cahyo langsung bengong. Kedua kakinya yang lemas langsung terjatuh duduk di tanah dan ekspresinya terlihat ketakutan.Para ahli dari Sekte Halilintar pun gemetar dan wajah mereka pucat pasi. Serangan intens tadi sudah menguras seluruh kekuatan mereka, sekarang mereka sudah tak bertenaga dan sama sekali tidak bisa melawan lagi. Mereka hanya bisa menunggu mati terbunuh saja."Cepat! Cepat lari!" teriak Martina dan langsung melarikan diri. Saat ini, dia bisa merasakan situasinya sangat berbahaya. Jika terkena serangan bayangan telapak tangan Luther, mungkin m
Senjata milik Roman adalah sebuah pedang yang bernama Pedang Iblis dan merupakan salah satu dari tiga pedang terkenal di dunia. Pedang ini bukan hanya bisa meningkatkan daya serang, juga memiliki dua jenis elemen yaitu dingin yang menyengat dan api yang membara. Setiap elemen ini memiliki daya hancur yang luar biasa. Makin kuat penggunanya, makin besar kekuatan yang dikeluarkannya."Klang!"Saat Roman melangkah maju, Pedang Iblis sudah keluar dari sarungnya dan sebuah gelombang api yang panas langsung menyelimuti seluruh pedangnya. Api itu bergemuruh dan membakar semua tanaman di sekitarnya hingga hangus."Ombak Api Pertama!" Roman menggerakkan pergelangan tangannya, lalu mengayunkan pedangnya yang berapi ke arah kepala Luther."Boom!" Terdengar suara ledakan.Pedang api itu tiba-tiba membesar dan membentuk sebuah cahaya pedang yang sangat besar. Cahaya pedang itu memiliki panjang sekitar sepuluh meter serta lebar tiga meter, diselimuti api yang berkobar, dan mengeluarkan kekuatan yang
Menghadapi serangan Roman yang gencar, Luther hanya mengangkat pedang untuk menangkis dan membiarkan lawannya menyerang.Di mata semua orang, tampaknya Roman yang terus menekan Gerald dan menguasai situasinya. Jika terus menyerang dengan ganas, Roman akan segera menang."Astaga! Apa nama teknik Tuan Roman ini? Kenapa bisa makin kuat serangannya?""Dilihat dari situasinya, Gerald mungkin nggak akan bisa menahannya lagi kalau terus diserang seperti ini.""Kenapa kalau dia Putra Kirin? Sudah menghabiskan waktu sepuluh tahun, pasti nggak akan bisa menandingi genius seperti Tuan Roman!""Tuan Roman, semangat! Bunuh anak itu!"Melihat Roman yang gagah berani di depan, semua orang merasa terkejut dan kagum. Beberapa murid dari Sekte Empat Simbol pun bersorak dengan keras untuk menyemangati Roman."Mati! Mati kamu!" Roman tertawa terbahak-bahak sambil mengayunkan pedangnya dengan makin cepat, sehingga serangannya makin ganas dan membuat orang merasa pusing."Gerald, bukankah sebelumnya kamu sa
"Tuan Gerald begitu murah hati, Anna benar-benar nggak tahu harus bagaimana membalasnya," kata Anna sambil mengelus permukaan kotak giok yang halus dengan ujung jarinya secara lembut. Saat menatap Luther, matanya yang berkaca-kaca terlihat penuh dengan perasaan bersyukur.Luther tersenyum dan berkata dengan tenang, "Hanya membantu saja, Nona Anna nggak perlu terlalu memikirkannya. Lagi pula, benda ini memang berjodoh dengan Pangeran Nivan, aku hanya menjadi perantaranya saja.""Apa ada yang Tuan Gerald inginkan? Asalkan mampu, Anna pasti akan memenuhinya," kata Anna sambil tersenyum."Aku nggak menginginkan apa pun. Aku hanya berharap Pangeran Nivan bisa membantuku dengan sepenuh hati saat aku dalam kesulitan nantinya," jawab Luther."Ternyata begitu, aku mengerti," kata Anna sambil menganggukkan kepala. Ternyata Luther tidak mengincar harta, melainkan ingin Nivan berutang budi.Dengan kedudukan Nivan yang saat ini, sebuah utang budi jauh lebih berharga daripada harta apa pun. Jika Niv
Mendengar perkataan itu, tangan Luther yang sedang memegang bidak putih langsung berhenti. Setelah itu, dia perlahan-lahan meletakkan bidaknya dan berkata sambil tersenyum, "Aku kira Nona Anna datang untuk bermain catur. Nggak disangka, ternyata tugasmu untuk membujukku."Anna tersenyum, lalu berkata dengan tanpa ragu, "Hehehe .... Tuan Gerald begitu cerdas, mana mungkin nggak tahu tujuan kedatanganku. Pangeran Nivan pernah menyelamatkan hidupku dan memperlakukanku seperti tamu terhormat, aku tentu saja harus membalas budinya. Aku harus membantunya menyelesaikan masalah, aku harap Tuan Gerald nggak merasa terganggu.""Nona Anna bisa bicara begitu terus terang, sungguh sifat yang langka. Mana mungkin aku merasa terganggu," kata Luther sambil tersenyum. Dia awalnya mengira Anna akan berpura-pura mengatakan kata-kata manis, tetapi Anna ternyata begitu terus terang. Hal ini memang membuatnya terkesan.Anna terus meletakkan bidaknya, lalu berkata sambil tersenyum, "Tuan Gerald, sejujurnya,
Kediaman Nivan sangat besar sampai seperti sebuah labirin. Meskipun Luther memiliki denah bangunannya, dia tetap harus meneliti jalannya saat bergerak di dalamnya. Bagaimanapun juga, denah dan kenyataan tetap memiliki sedikit perbedaan.Di bawah bimbingan pelayan wanita itu, Luther berbelok sana sini selama sepuluh menit baru akhirnya sampai di sebuah paviliun kecil yang memiliki taman. Paviliun itu luas dan penuh dengan kicau burung serta wangi bunga. Suasananya juga tenang dan damai, tempat persembunyian yang sangat baik."Tuan Gerald, silakan beristirahat di sini. Kalau ada perlu, silakan panggil aku kapan pun," kata pelayan itu sambil memberi hormat pada Luther dan tatapannya terlihat lembut serta kagum. Dia sudah menyaksikan penampilan Luther di arena latihan tadi dan tahu pria ini adalah tamu kehormatan Nivan juga. Jika bisa merebut hati tokoh yang begitu hebat, mungkin nasibnya akan langsung berubah."Nggak perlu, kamu boleh pergi sekarang. Aku nggak butuh dilayani," kata Luther
"Pedang yang begitu cepat! Pengamatan yang sangat tajam!""Nggak disangka, jurus andalan Jenderal Benton bisa dihancurkan begitu saja. Sungguh tak terbayangkan!""Aku kira Jenderal Benton bisa membalikkan keadaan kita, tapi pada akhirnya dia tetap kalah."Melihat pedang besar yang patah dan ekspresi Benton yang terlihat terkejut, semua orang pun mulai berbisik-bisik. Mereka semua tahu jelas betapa kuatnya Benton. Sebagai seorang ahli grandmaster tahap sempurna, Benton hampir tak terkalahkan saat memegang pedang besarnya. Namun, pada saat kritis, jurus Benton malah dipatahkan dengan satu tebasan pedang Luther.Kekalahan Benton yang begitu mendadak dan mengejutkan, banyak orang yang merasa sayang. Mereka mengira dia hanya kurang beruntung, padahal dia memiliki peluang untuk menang.Namun, di mata ahli yang sebenarnya, keadaannya sama sekali berbeda. Dengan kondisi Benton yang sedang melancarkan jurus pemungkas dan tubuh yang sedang terikat, Luther malah masih mampu melayangkan serangan p
Benton menggenggam erat Pedang Bulan Sabit dengan kedua tangannya, lalu mengeluarkan teriakan keras seperti guntur yang meledak di tengah hari, membuat udara di sekitarnya bergetar hebat.Dengan satu putaran langkah, tubuhnya seolah-olah berubah menjadi banteng liar yang mengamuk, menerjang langsung ke arah Luther tanpa ragu.Pedang berat di tangannya tampak ringan seperti bulu, diayunkan dengan dahsyat, memotong udara hingga mengeluarkan suara siulan tajam, seakan-akan hendak merobek semua yang ada di depan mata.Dengan kekuatan dahsyat, pedang itu dihantamkan ke arah Luther dari atas kepala. Serangan itu hampir mencurahkan seluruh tenaga Benton. Di sepanjang lintasan tebasan pedang, debu di tanah pun tersapu oleh pusaran angin yang tercipta, membentuk pilar-pilar debu yang beterbangan.Benton tahu Luther bukanlah orang biasa. Jika ingin menang, dia harus mengambil inisiatif lebih dulu."Teknik yang bagus," ucap Luther dengan tenang, menghadapi serangan dahsyat dari Benton.Tubuhnya m
Yoku tahu bahwa Luther kuat, tetapi dia tidak menyangka sekuat itu. Sejak awal pertarungan, meskipun posisinya kurang unggul, Yoku tetap merasa kekuatannya tidak kalah dari Luther.Sebab di matanya, Luther hanya menggunakan teknik tubuh yang lincah dan gaya bertarung gerilya. Pemuda ini tidak pernah benar-benar bertarung secara frontal.Yoku pun mengira bahwa selama dia bisa menemukan celah, suatu saat dia pasti bisa mengalahkan Luther.Namun, ketika Luther mengerahkan kekuatan sejatinya, barulah Yoku sadar dirinya telah salah besar.Ternyata, Luther bukan tidak bisa bertarung langsung, melainkan sengaja menahan diri dan menjaga harga dirinya. Begitu Luther berhenti merahasiakan kekuatannya, dia bisa mengalahkan lawannya dengan mudah.Tanpa perlu menggunakan teknik khusus, hanya mengandalkan kekuatan, kecepatan, dan refleks, semua itu sudah cukup untuk menghancurkannya.Singkatnya, kesenjangan mereka terlalu besar, sampai tak bisa lagi ditutupi dengan teknik apa pun.Saat ini, bukan ha
Permintaan duel dari Yoku langsung membuat suasana di arena latihan membara.Di sekeliling arena, para prajurit mulai saling berbisik dengan antusias."Wakil Jenderal Yoku 'kan salah satu pendekar paling terkenal di pasukan kita. Jurus-jurusnya sudah menumbangkan banyak musuh di medan perang. Aku sudah lama banget nggak lihat dia bertarung," kata seorang prajurit muda dengan wajah penuh kekaguman."Betul, Wakil Jenderal Yoku kaya akan pengalaman tempur, kekuatannya luar biasa. Kalau dia turun tangan, sepertinya Tuan Gerald bakal kerepotan," sambung prajurit senior di sebelahnya.Mereka semua memang mengakui kekuatan Luther, terutama setelah pertarungan sebelumnya di mana dia mengalahkan lima prajurit elite dengan mudah. Namun, di mata mereka, sehebat apa pun Luther, dia tetap bukan tandingan Yoku.Sebagai seorang master, Yoku unggul dalam segala hal. Baik itu kekuatan, ketahanan, maupun pengalaman tempur, dia jauh lebih hebat daripada para ahli bela diri.Bahkan sebelumnya, Nivan juga
"Pangeran, para prajurit yang kulatih ini hanya ahli dalam teknik membunuh. Kalau sampai mereka menyakiti tamu kehormatan ini, takutnya akan sulit diatasi," kata Benton dengan nada halus, tetapi maksudnya sudah sangat jelas.Jika tidak punya kemampuan, sebaiknya jangan ikut campur atau diri sendiri yang akan menderita.Di sampingnya, Yoku tak berkata apa-apa, tetapi sorot matanya pada Luther juga penuh dengan sikap meremehkan. Anak muda berkulit halus dan tampak lemah seperti ini tentu tidak bisa dibandingkan dengan mereka yang setiap hari berlatih keras.Kemungkinan besar, pemuda ini hanya anak bangsawan yang dekat dengan Pangeran dan datang ke sini untuk mencari perhatian."Kalian ini memang nggak bisa menilai." Nivan menggeleng sambil tersenyum. "Kalau kalian benar-benar bisa melukai Tuan Gerald, akan kuberi kalian hadiah emas. Tapi, aku takut kalian nggak punya kemampuan seperti itu."Mendengar hadiah emas, para prajurit pun langsung bersemangat. Mata mereka berbinar, seolah-olah i
Saat sedang makan, Nivan bahkan sengaja memanggil dua wanita cantik untuk menemani Luther. Sejak zaman dahulu, para pahlawan selalu sulit untuk menolak pesona wanita cantik. Terkadang, seorang wanita yang luar biasa cantik lebih menarik daripada harta langka, kekuasaan, dan status.Namun, Luther terlihat tetap tenang terhadap pelayanan seperti ini. Dia terlihat tidak senang, tetapi dia juga tidak menolaknya secara terang-terangan. Menghadapi para wanita cantik yang duduk di sampingnya, dia tetap bersikap sopan dan menjaga jarak. Tidak masalah baginya untuk minum sedikit, tetapi tidak boleh berlebihan.Namun, Nivan memiliki pandangan yang berbeda terhadap tindakan Luther yang jelas tidak tertarik pada kecantikan wanita yang biasa saja. Setelah dipikir-pikir, dia merasa hal ini wajar juga. Dengan latar belakang seperti itu, Luther tidak mungkin akan tertarik dengan wanita cantik biasa. Sepertinya dia harus mengorbankan wanita cantik kebanggaannya untuk menguji reaksi Luther.Setelah sele