Kakak beradik Wong tersebut bertemu di sebuah private club milik Travis, club di mana Travis membeli Cecilia dari ibu tirinya.“Apa kau begitu menganggur, sampai kau punya waktu mengganggu Cecilia?” Marcus tidak basa-basi setelah masuk ke ruangan yang sudah Travis sediakan untuk menjamu kakaknya.“Memangnya Cecilia bilang apa?”“Dia tidak bilang apa-apa. Tapi aku sudah cukup mengenalnya untuk langsung tahu seseorang mengganggunya. Kalau bukan Krystal, tentu saja kau.”Travis mendengus tertawa. “Kakak benar-benar telah dibuat mabuk kepayang oleh seorang pelacur!” ejeknya.Marcus mengabaikan ejekan Travis, mencicipi minumannya dengan tenang.“Aku suka idemu,” kata Marcus. “Aku memang sudah lama ingin membatalkan pertunanganku dengan Krystal.”Ucapan Marcus membuat Travis tersentak.“Sebenarnya itu juga ideku ketika aku meminta kau menjual Cecilia padaku,” lanjut Marcus sambil tersenyum simpul.“Ya ampun! Ha-ha! Bodohnya aku!”Travis tergelak seraya menggebrak meja, sementara Marcus hany
“Tolong selamatkan Jackson demi saya.”“Jackson?”“Ya. Tolong selamatkan Jackson. Saya tidak akan bisa tenang, dan saya bertekad akan terus merongrong Tuan, selama saya tidak tahu bagaimana kabar Jackson.”Marcus – dan bahkan tangannya yang sedang mengangkat garpu – sejenak membeku seolah waktu sedang berhenti.Marcus memiringkan kepala, lantas menatap Cecilia dengan satu alis berjengit, seakan pria itu tidak percaya dengan apa yang tadi dia dengar.Cecilia baru saja memintanya melindungi laki-laki lain, dengan sangat gamblang, dan setengah mengancam!Cecilia sadar Marcus tidak senang dengan permohonannya, dan Cecilia tahu bahwa seharusnya dia sendiri yang berusaha menyelamatkan Jackson yang telah berkorban untuknya.Namun – persetan dengan rasa malu dan harga diri – Cecilia mengakui bahwa dia tak berdaya dan hanya dapat mengandalkan Marcus.“Saya takut Tuan Travis menyiksa Jackson sampai mati ….” Suara Cecilia gemetar menahan tangis. “Jackson … pemuda yang baik …. Sejak kecil dia sel
Cecilia tertegun mendengar ucapan Marcus yang terdengar begitu menggoda sekaligus mengandung bahaya.“Momen paling indah bagi kita berdua?” ulang Cecilia setengah tidak percaya.“Ya. Kau akan tampil bak putri mahkota dalam balutan gaun pengantinmu. Dan semua orang pasti akan mengagumi kecantikanmu yang sayangnya hanya dimiliki olehku,” sahut Marcus bangga.Marcus mengecup pipi Cecilia, kemudian membawa Cecilia ke dalam kamar.“Apa sebenarnya tujuan Tuan menikahi saya?”“Kurasa tujuanku sama saja seperti orang-orang yang memutuskan untuk menikah. Aku ingin kau mendampingiku secara eksklusif. Dan aku ingin kau melahirkan anak-anakku.”Cecilia terdiam. Hatinya terluka. Kata-kata Marcus terdengar begitu merendahkan dirinya.“Jadi pada dasarnya Anda hanya ingin terus menjadikan saya boneka seks dan pabrik bayi Anda.”“Apa yang salah dengan itu? Banyak perempuan yang menginginkan posisimu. Mereka menawarkan diri untuk melayaniku setiap malam dan menjadi ibu anak-anakku, bahkan walaupun mere
Melihat wajah Paman Lam yang penuh kehangatan, air mata Cecilia berlinang tanpa disadari. Paman Lam sudah berusia 70 tahun lebih, dan sudah agak sulit berjalan. Keriput halus terukir di sekitar matanya serta di sepanjang garis senyumnya, dan matanya yang menatap Cecilia dengan berkaca-kaca memancarkan kasih-sayang. Aura Paman Lam agak mirip dengan ayah Cecilia yang Cecilia ingat sewaktu Cecilia masih kecil, yakni aura seorang pria yang telah matang, yang dipenuhi ketenangan dan kelembutan. Cecilia pun semakin merindukan ayahnya. “Ayah …” bisik Cecilia pilu. Ini hari pernikahannya. Namun Cecilia merasa begitu kesepian dan merana. Paman Lam mengambil sapu tangan dari saku jas untuk menghapus air mata Cecilia. “Nona … meski aku bukan keluarga Tuan Marcus … tetapi aku telah mengenalnya sejak Tuan masih belia,” ucap Paman Lam. “Aku yakin, Tuan Marcus akan membuat Nona bahagia.” Paman Lam menepuk-nepuk bahu Cecilia. “Tuan Marcus pria yang baik. Nyonya Maggie Wong mendidiknya dengan sa
Tepat di saat Jackson baru tiba dari apotek dan hendak masuk lift, dia berpapasan dengan Marcus yang juga baru meninggalkan aula pesta.“Kau mau kembali menemui Cecilia?” tanya Marcus, menghadang Jackson di depan pintu lift.“Y-ya, Tuan ….”Marcus melirik bungkus kertas dari apotek yang Jackson bawa.“Itu untuk Cecilia?”Jackson mengangguk.Marcus merebut bungkusan itu dari tangan Jackson. “Biar kuberikan padanya,” kata Marcus tegas. “Kau pulang saja.”Jackson terdiam. Jantungnya berdebar kencang karena diliputi rasa cemas. Dia lupa bahwa di dalam bungkusan itu ada testpack.‘Bagaimana kalau Kak Cecilia benar-benar hamil?’ Jackson bertanya-tanya dalam hati. ‘Kuarasa sebaiknya Tuan Marcus tidak tahu soal itu.’“Maaf, Tuan, ada obat lain di dalam bungkusan itu yang saya beli bukan untuk Nona Cecilia.”“Obat lain?”Marcus malah membuka bungkusan itu dan melihat isinya. Ada obat pereda sakit kepala dan sebuah kardus sepanjang pena. Tulisan di kardus itu jelas terbaca oleh Marcus.“Alat te
Setelah resepsi berakhir, Marcus kembali ke kamar suite untuk melepas lelah.“Bagaimana kondisi Cecilia?” tanya Marcus pada Bibi Susan yang ditugaskan menjaga Cecilia bersama dua orang pengawal.“Nona … maksud saya, Nyonya … sekarang sedang tidur lelap, Tuan,” jawab Bibi Susan.“Dia sudah makan?”“Sudah, Tuan.”“Terima kasih sudah menjaga Cecilia. Bibi pulanglah. Suruh dua pengawal lain untuk terus berjaga di depan pintu kamar, karena mungkin saja Cecilia masih akan berusaha kabur saat aku lengah.”Sejenak Bibi Susan terdiam menatap Marcus.“Tuan, sebelum saya pergi, saya ingin mengucapkan selamat atas pernikahan Tuan dan Nyonya,” ucap Bibi Susan. “Sejujurnya Nyonya Cecilia … wanita yang baik. Dari sikap dan tutur katanya … saya tahu Nyonya Cecilia wanita penyabar dan penyayang.”Pujian Bibi Susan tentang Cecilia menimbulkan rasa bangga di hati Marcus.“Setulus hati saya berharap, Tuan dan Nyonya akan jadi pasangan yang saling mencintai dan langgeng sampai penghujung usia.”Marcus men
“Selamat pagi, Bos.” Daniel Leung, asisten Marcus di Hong Kong, menyambut kedatangan Marcus di kantor. “Para tamu baru saja mengabari bahwa mereka terpaksa mengubah janji temu dan meminta Anda makan siang bersama pukul 1 siang nanti.”Biasanya Marcus akan langsung menggerutu begitu mendengar agendanya mendadak diubah oleh tamu-tamunya. Namun, Daniel menyadari, suasana hati Marcus sedang sangat bagus pagi itu. Marcus menanggapi kabar itu dengan santai.“Oke. Kau sudah pesan tempat untuk meeting dengan mereka?” tanya Marcus.“Tentu, Bos,” jawab Daniel.“Good,” kata Marcis.“Apakah Anda sudah sarapan, Bos?” tanya Daniel. “Perlukah saya belikan sandwich dan kopi?”“Tidak,” tolak Marcus. “Istriku sudah masak untukku.”Daniel tertegun melihat bosnya yang biasanya dingin itu kini meringis girang.“Ehm.” Marcus berdeham. “Ternyata menyenangkan juga punya istri.”“Syukurlah kalau Anda senang.” Daniel mengangguk. “Saya permisi dulu.”Setelah Daniel meninggalkan ruangan Marcus, Marcus menyalakan
Seperti pagi kemarin, pagi ini pun Cecilia masak sesuatu yang sederhana lagi. Menu kali ini adalah sup jamur dan roti bawang putih.Marcus bersiul riang melihat hidangan di atas meja makan.“Kau benar-benar malaikatku, Cecilia!” Marcus mengecup pipi Cecilia. “Bagaimana kau bisa tahu apa yang terlintas di pikiranku?”Ucapan Marcus membuat Cecilia merasa tersanjung dan malu, tapi Cecilia berusaha untuk menyembunyikan perasaannya dan tetap berwajah datar.“Apa hari ini Anda akan pulang malam lagi?” tanya Cecilia.“Hm, sepertinya begitu,” jawab Marcus.“Apa Anda akan selalu pulang larut malam selama kita di sini?”“Sepertinya begitu.” Marcus mengangguk. “Tapi kuusahakan aku pasti pulang.”Cecilia mendelik. “Anda usahakan pulang? Memangnya biasanya Anda bertemu klien sampai tidak pulang?”“Ya, biasanya kalau bekerja di sini aku memang begitu, aku lebih sering menginap di kantor,” ujar Marcus ringan.“Atau menginap di hotel bersama teman kencanmu,” gumam Cecilia.Marcus mendengus tertawa.“