Setelah resepsi berakhir, Marcus kembali ke kamar suite untuk melepas lelah.“Bagaimana kondisi Cecilia?” tanya Marcus pada Bibi Susan yang ditugaskan menjaga Cecilia bersama dua orang pengawal.“Nona … maksud saya, Nyonya … sekarang sedang tidur lelap, Tuan,” jawab Bibi Susan.“Dia sudah makan?”“Sudah, Tuan.”“Terima kasih sudah menjaga Cecilia. Bibi pulanglah. Suruh dua pengawal lain untuk terus berjaga di depan pintu kamar, karena mungkin saja Cecilia masih akan berusaha kabur saat aku lengah.”Sejenak Bibi Susan terdiam menatap Marcus.“Tuan, sebelum saya pergi, saya ingin mengucapkan selamat atas pernikahan Tuan dan Nyonya,” ucap Bibi Susan. “Sejujurnya Nyonya Cecilia … wanita yang baik. Dari sikap dan tutur katanya … saya tahu Nyonya Cecilia wanita penyabar dan penyayang.”Pujian Bibi Susan tentang Cecilia menimbulkan rasa bangga di hati Marcus.“Setulus hati saya berharap, Tuan dan Nyonya akan jadi pasangan yang saling mencintai dan langgeng sampai penghujung usia.”Marcus men
“Selamat pagi, Bos.” Daniel Leung, asisten Marcus di Hong Kong, menyambut kedatangan Marcus di kantor. “Para tamu baru saja mengabari bahwa mereka terpaksa mengubah janji temu dan meminta Anda makan siang bersama pukul 1 siang nanti.”Biasanya Marcus akan langsung menggerutu begitu mendengar agendanya mendadak diubah oleh tamu-tamunya. Namun, Daniel menyadari, suasana hati Marcus sedang sangat bagus pagi itu. Marcus menanggapi kabar itu dengan santai.“Oke. Kau sudah pesan tempat untuk meeting dengan mereka?” tanya Marcus.“Tentu, Bos,” jawab Daniel.“Good,” kata Marcis.“Apakah Anda sudah sarapan, Bos?” tanya Daniel. “Perlukah saya belikan sandwich dan kopi?”“Tidak,” tolak Marcus. “Istriku sudah masak untukku.”Daniel tertegun melihat bosnya yang biasanya dingin itu kini meringis girang.“Ehm.” Marcus berdeham. “Ternyata menyenangkan juga punya istri.”“Syukurlah kalau Anda senang.” Daniel mengangguk. “Saya permisi dulu.”Setelah Daniel meninggalkan ruangan Marcus, Marcus menyalakan
Seperti pagi kemarin, pagi ini pun Cecilia masak sesuatu yang sederhana lagi. Menu kali ini adalah sup jamur dan roti bawang putih.Marcus bersiul riang melihat hidangan di atas meja makan.“Kau benar-benar malaikatku, Cecilia!” Marcus mengecup pipi Cecilia. “Bagaimana kau bisa tahu apa yang terlintas di pikiranku?”Ucapan Marcus membuat Cecilia merasa tersanjung dan malu, tapi Cecilia berusaha untuk menyembunyikan perasaannya dan tetap berwajah datar.“Apa hari ini Anda akan pulang malam lagi?” tanya Cecilia.“Hm, sepertinya begitu,” jawab Marcus.“Apa Anda akan selalu pulang larut malam selama kita di sini?”“Sepertinya begitu.” Marcus mengangguk. “Tapi kuusahakan aku pasti pulang.”Cecilia mendelik. “Anda usahakan pulang? Memangnya biasanya Anda bertemu klien sampai tidak pulang?”“Ya, biasanya kalau bekerja di sini aku memang begitu, aku lebih sering menginap di kantor,” ujar Marcus ringan.“Atau menginap di hotel bersama teman kencanmu,” gumam Cecilia.Marcus mendengus tertawa.“
Makan siang Marcus sudah siap. Cecilia tersenyum puas menenteng satu set rantang lima tingkat berwarna kuning dan bergambar anak ayam. Rantang plastik itu dipinjamnya dari bibi pengurus rumah tangga.“Bibi, terima kasih sudah membantu saya masak dan sudah meminjamkan rantang, besok akan saya kembalikan,” kata Cecilia kepada si bibi.“Tidak, Nyonya! Justru saya minta maaf! Andai saya tahu Nyonya hendak membawakan menu makan siang Tuan, tentu akan saya bawakan kotak makan dari tempurung kura-kura peninggalan ibu saya!”“Rantang ini juga tidak apa-apa.” Cecilia tersenyum lebar. “Saya pergi dulu, Bibi.”Ketika Cecilia membuka pintu penthouse Marcus yang ditempatinya selama mereka tinggal di Hong Kong, Hana baru keluar dari lift.“Nyonya!” seru Hana. “Maaf aku sangat terlambat!”“Nona Hana? Ada apa?”“Ayo masuk lagi!” kata Hana sambil menuntun Cecilia ke dalam penthouse.“Kenapa?”“Nyonya memang cantik, tapi ... pakaian Nyonya untuk bertemu Tuan ... ehm.”“Pakaianku?”“Pokoknya Nyonya masu
“Apa kau bilang? Supaya kau bisa menghabiskan waktu lebih leluasa bersamaku?”Marcus tersenyum, tetapi secara keseluruhan raut wajahnya mengekspresikan luka yang mendalam.“Katakan saja yang sejujurnya, bahwa kau ingin pulang karena Jackson,” desis Marcus berang. “Kau pasti sudah tidak sabar ingin kabur dengan Jackson, bukankah begitu?”“T-tidak … itu tidak benar ….” Suara Cecilia bergetar ketika menampik semua tuduhan Marcus.Marcus hampir tertawa. “Lalu untuk apa Jackson menyewa sebuah flat dua kamar, padahal dia tidak punya keluarga ataupun kekasih? Dan di hari pernikahanmu, selain membeli obat untukmu, Jackson juga membeli testpack. Bukankah hal-hal itu sangat mencurigakan?”“Jangan tanyakan padaku! Itu kehidupan pribadi Jackson! Tidak ada hubungannya sama sekali denganku!”“Bohong … dan bohong … dan bohong lagi.” Marcus beranjak ke pintu dan mengunci pintu ruangan itu. “Kau berusaha menipu orang yang salah, Cecilia.”Marcus terdiam menatap Cecilia. Kini raut wajahnya datar saja,
“Kenapa tiba-tiba Anda mengajak saya bekerja sama membebaskan Kak Cecilia dari Tuan Marcus?” Jackson menatap Travis penuh curiga. “Apa yang sebenarnya Anda inginkan?”“Sejujurnya aku hanya mengerjakan perintah dari Krystal Lee, mantan tunangan kakakku, untuk menghancurkan rumah tangga Marcus dan Cecilia,” jawab Travis santai. “Daripada Krystal membayar gangster lain, aku menawarkan diri untuk melakukannya.”Setelah apa yang dia alami, Jackson tak bisa mempercayai Travis begitu saja. Adik Marcus itu seorang psikopat. Isi kepalanya tidak bisa ditebak.“Tapi … bukankah dulu Anda menyuruh Kak Cecilia merusak hubungan Tuan Marcus dengan Nona Krystal? Lalu kenapa sekarang … Anda justru mengerjakan perintah Nona Krystal untuk menghancurkan rumah tangga Kak Cecilia dan Tuan Marcus?”“Tak usah banyak cincong! Kau mau apa tidak? Jika kau tidak mau kerja sama denganku, biar aku suruh anak buahku melenyapkan Cecilia, sesuai permintaan Krystal.”Jackson tertegun. “Nona Krystal … meminta Anda … unt
Sepulangnya dari klinik Dr. Choi, Marcus terus mengikuti Cecilia seperti seekor anjing peliharaan.Cecilia duduk di sofa, Marcus pun duduk di sebelahnya. Cecilia pergi ke dapur untuk ambil minum dan makanan ringan, Marcus ikut ke dapur untuk sekadar melihat apa yang Cecilia lakukan. Bahkan, saat Cecilia mandi, Marcus pun masuk ke kamar mandi dan berdiri menonton Cecilia sembari memegangi handuk seperti gantungan pakaian.Anehnya, selama pria itu mengikuti istrinya, dia tidak banyak bicara.“Kenapa kau terus mengikutiku?” tanya Cecilia heran. Saat itu dia sedang menonton film di ruang tengah. “Karena kau bosan?”Marcus hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Kemudian dia angkat bahu karena tak bisa menjawab.“Sayang, apa yang kau lakukan saat kau tak bekerja?” Akhirnya Cecilia mematikan tv dan mengajak Marcus berbincang.“Olahraga, sauna, pijat,” jawab Marcus singkat. “Kadang aku minum-minum dengan adikku, tapi itu juga sangat jarang.”“Pantas saja staminamu sangat bagus.” Cecilia
Marcus menyadari, kehamilan Cecilia membuat emosi wanita itu lebih labil daripada biasanya.Kadang Cecilia bersikap dingin terhadap Marcus sepanjang hari, dan jika Marcus bertanya bagaimana perasaannya, Cecilia tidak mau jawab.Atau Cecilia hanya akan mengatakan, “Jangan khawatir, aku baik-baik saja,” dengan nada datar seperti mesin.Dia jelas tidak baik-baik saja. Morning sickness-nya cukup parah. Tidak ada nafsu makan.Bibi pengurus rumah tangga kerap mendengar Cecilia menangis sendirian di kamar. Hana, sekretaris Marcus, selalu berkunjung setiap siang untuk memeriksa kondisi Cecilia. Dan sesuai laporan bibi pengurus, Cecilia selalu mengurung diri di kamar.Dr. Choi menyarankan Marcus membawa Cecilia berlibur ke tempat yang Cecilia sukai. Maka, Marcus mengambil cuti. Dia pun menyiapkan sebuah kejutan untuk Cecilia.“Sayang, bangunlah!” Marcus menepuk pipi Cecilia.“Pukul berapa sekarang?” tanya Cecilia lirih dengan mata yang masih terpejam.“Pukul enam,” jawab Marcus bersemangat.“K