Di tengah kepadatan lalu lintas ibukota, dengan kepiawaiannya mengemudi, Rakha berulang kali menghindar dari sebuah kendaraan SUV berwarna merah, yang kerap mengikutinya."Dare?" lirih Rakha.Sofie yang mendengar pertanyaan Rakha itupun segera menjawabnya, "Itu sepertinya mobil Adrian.""Adrian dare?" "My ex," jawab Sofie."Hee? Ngapain dia ngikutin?" tanya Rakha."Wakaranai," jawab Sofie."Hmm Mbak, nanti kita berhenti dulu ya," ucap Rakha kemudian."Mau apa?""Kita makan malam dulu, yuk. It's my treat, I'm starving," jawab Rakha.Gomennasai, I had to lie. Sebenarnya aku nggak lapar, tapi aku nggak mau mantan Mbak ngikutin terus, gumam Rakha dalam hati."Oke, dinner yang cepat ya, Kha," ucap Sofie."Hai'," jawab Rakha cepat.Rakha segera mengarahkan kendaraannya ke sebuah area kuliner outdoor bernama The Village in Town, sebuah pujasera menjajakan aneka ragam kuliner, baik Timur maupun Barat. The Village in Town merupakan surganya penikmat kuliner karena memiliki variasi kuliner dun
Malam semakin larut, perjalanan mengantarkan pulang Sofie akhirnya telah sampai di tujuan. Dengan wajah yang lelah dan menahan kantuk, Sofie masih berusaha untuk tersenyum ke arah Rakha yang senantiasa mendampinginya."Makasih ya, Kha. I owe you lots!""Don't mention it, Mbak. You owed me nothing," jawab Rakha."Jazakallah khayran. Assalamualaikum," pamit Sofie."Wa jazakillah khayr. Wa'alaikumsalam."Ketika Sofie membuka pintu pagar rumahnya, tiba-tiba sang bunda memanggilnya."Sof, minta Rakha tunggu sebentar!""Eh kenapa, Bu?"Tetapi sang bunda malah kembali masuk ke dalam rumahnya, sebelum sempat mendengar pertanyaan Sofie. Dengan hati penuh tanya, Sofie memukul jendela mobil Rakha yang masih menunggu hingga Sofie masuk."Kenapa Mbak?" tanya Rakha."Disuruh ibu tunggu sebentar. Aku juga nggak tahu kenapa," jawab Sofie dengan memberikan gestur ketidaktahuannya.Untuk itu, Rakha mematikan mesin dan menunggu di luar mobilnya. Dilihatnya jam telah menunjukkan pukul setengah sebelas, l
All right! Sof, are you ready for the presentation?" tanya Ryan."Siap," jawab Sofie dengan tegas."Kalau begitu, saya tunggu di Forum," ucap Ryan, yang kemudian berjalan menuju Forum."Di Forum? Ngapain disana?" tanya Sofie setengah berteriak.Ryan pun menghentikan langkahnya dan membalikkan badannya, lalu menjawab, "Pokoknya saya tunggu di Forum. Oiya, sekalian nanti sama Michael dan Alex, mereka juga mau lihat.""Mateng! Ngapain Michael sama Alex pakai acara ikutan?""Sof, kamu ini memang ya. Ya jelas, mereka mau lihat. Ini kan proyek terbesar tahun ini dan kalau kamu sukses, bonus akan menanti," jawab Ryan."Saya tunggu di Forum in ten minutes," lanjut Ryan dan kembali berjalan menuju Forum.Kaki Sofie pun mendadak lemas, karena ia belum menyiapkan dirinya untuk menghadapi dua petinggi Chokusen. Berbeda dengan Rakha yang tidak mengetahui siapa dua orang yang disebut tadi."Hmm Mbak, memangnya siapa Michael sama Alex?""CEO and COO," jawab Sofie."Yuk buruan. Jangan bikin mereka nu
"Aku minta cerai! Ceraikan aku secepatnya!" Dua kalimat yang merubah kehidupan Sofie, seorang ibu rumah tangga dengan satu putra. Sebuah skenario kehidupan yang tidak pernah terbayangkan oleh Sofie, bahwa dirinya akan menjadi salah satu korban perselingkuhan dari sebuah pernikahan. Mimpi membangun kehidupan bersama, hingga akhir hayat dengan Ardian, pria yang telah memberinya seorang putra, ternyata benar-benar hanya mimpi. Setelah tujuh tahun membina rumah tangga, Ardian mengungkapkan bahwa ia telah berselingkuh. "Ada seseorang yang aku cintai, dia janda akibat KDRT," tutur Ardian bak petir di siang bolong. Mendengar pengakuan Ardian, Sofie hanya mematung, tanpa bereaksi apapun. Hal ini membuat Ardian merasa jika Sofie tidak lagi mencintainya. "Sof....""Sof? Sof?! Apa Ar?! Kamu mau ngaku kalau kamu selingkuh?! Selingkuh sama janda? KDRT?!" hardik Sofie dengan hati yang hancur berkeping-keping. "Anu Sof, begini... de...," ucap Ardian terbata, tetapi belum sempat ia menyelesaika
Malam penuh kesedihan dan kemarahan, telah berganti menjadi pagi yang cerah, penuh dengan harapan baru. Teorinya begitu, tetapi sayangnya tidak terjadi pada Sofie. Di pagi yang cerah ini, ia harus merasakan sakit kepala yang teramat sangat, dikarenakan kelelahan psikis yang dia alami semalam. Untuk itu, Sofie hanya berbaring di atas tempat tidurnya dan berharap sakitnya menghilang.Sayangnya, teriakan Raffa yang memintanya untuk segera bangun membuat sakit kepalanya menjadi."Ibu, ayo bangun! Ayo, temenin aku makan!""Ibu, ayo! Aku sudah lapar!" rengek Raffa sambil menggoyangkan badan Sofie.Dengan kepala yang terasa berat dan juga mata yang tidak mau diajak kompromi, Sofie berusaha untuk bangun. Sayangnya, kepalanya terasa semakin sakit, bagaikan dihujamkan ke dinding berulang kali."Fa, maafin ibu. Kepala ibu sakit sekali, Raffa bisa kan turun sendiri. Nanti minta tolong eyang untuk ambilin makanannya, kalau nggak ada eyang, kan bisa minta tolong bi Eni. Ibu mau istirahat dulu," uc
Belum selesai kalimat yang Ardian ucapkan, ayah Sofie pun segera memotongnya, "Kamu minta maaf untuk apa? Sebutkan kesalahanmu dulu!" Ardian pun membeku, saat mendengar pertanyaan sang mertua. Lidahnya kelu, suaranya tercekat, semua itu karena sebenarnya ia sadar benar akan kesalahan yang telah ia perbuat, tetapi di saat yang sama, egonya sebagai seorang pria juga muncul, sehingga Ardian berucap, "Saya tahu, saya bukan suami yang sempurna untuk Sofie dan saya meminta maaf untuk itu.""Kamu belum menyebutkan kesalahanmu. Sekarang, bapak mau tanya. Kenapa Sofie tiba-tiba pulang sambil menangis di saat seharusnya ia dan Raffa sudah tidur?"Jantung Ardian pun berdegup dengan kencang, kali ini ia sungguh tidak dapat menjawab sang mertua dengan jawaban yang menyejukkan. Tetapi, tiba-tiba Sofie muncul dari dalam sambil membawa minuman dan kemudian, ia duduk di seberang Ardian, lalu berucap, "Kok nggak dijawab? Tinggal jawab aja, saya sudah punya istri baru. Janda anak satu, gitu aja kok rep
Sebuah penawaran dari ayah Sofie yang sangat tidak disangka oleh Ardian, membuat dirinya terkejut sehingga tidak dapat berkata apa. Bahkan ibunya pun sama terkejutnya dengan Ardian."Mas rela, Sofie dipoligami?!""Poligami itu Sunnah, Rasulallah telah mencontohkannya untuk menghindari fitnah. Bukankah itu lebih baik, agar Rafa tidak kehilangan ayahnya," jawab sang ayah.Sementara itu, Ardian masih belum menemukan kata-kata yang tepat untuk menjawab pertanyaan mertuanya. Bahkan kini pikirannya menjadi bercabang, setelah usulan poligami dari ayah Sofie.Di satu sisi, ia masih berat untuk melepaskan Sofie karena kebaikan dan perhatian yang Sofie berikan selama lima tahun pernikahannya, bukan itu saja, Sofie juga turut andil dalam perekonomian keluarga dengan bekerja secara remote sebagai ilustrator sebuah buku cerita anak-anak."Pak, saya coba bicarakan dulu dengan Sofie. Saya tidak ingin mengambil keputusan yang akan berakhir dengan pertengkaran yang lebih dalam," acap Adrian yang berusa
Sepulang dari rumah orang tua Sofie, di dalam perjalanan menuju tempat tinggalnya bersama Karina, Ardian mengajukan gugatan cerainya terlebih dahulu di pengadilan agama Jakarta Utara. Walaupun ada setitik keraguan di dalam hatinya akan keputusan untuk benar-benar mengakhiri pernikahannya dengan Sofie, tetapi setiap ia teringat akan Karina yang manja dan selalu bergantung padanya, maka banyangan Sofie menghilang dengan seketika.Tetapi, disaat ia harus menuliskan gugatan cerainya terhadap Sofie, ia pun kembali membeku, seolah ada sisi dari dirinya yang terdalam, yang menolak keputusan itu. Keraguan pun kembali menyelimuti, tangannya tidak dapat menuliskan alasan dirinya menggugat cerai Sofie. "Apa gugatannya? Apa alasannya? Duh, kok jadi bingung?!" lirih Adrian yang kebingungan akan tuntutan yang harus ia tuliskan, karena selama pernikahannya dengan Sofie, tidak pernah sekalipun Sofie melepaskan kewajibannya untuk menghormati dan melayaninya.Semua kebutuhannya selalu disediakan oleh S