“Medina?” “Hei, lama tidak bertemu. Apa kabar?” sapa Medina menyapa Kaivan. “Kabarku baik. Bagaimana denganmu?” tanya Kaivan. “Kabarku juga baik. Tidak sangka akan bertemu kamu di sini. Apa yang kamu lakukan di sini? Sedang antar siapa?” goda Medina membuat Kaivan tersenyum seraya mengusap tengkuknya. Di sisi lain, tirai dibuka dan Khayra tidak melihat keberadaan Kaivan lagi di sofa. Tetapi dia melihat Kaivan yang sedang berbincang dengan perempuan dan posisinya beberapa meter dari Khayra. Saking serunya berbincang, Kaivan tidak sadar kalau Khayra sudah keluar dengan mengenakan gaun pilihan pria itu. “Ambil yang ini saja, bantu saya berganti pakaian kembali,” ucap Khayra pada pelayan toko. Dan mereka pun menuruti Khayra untuk kembali berganti pakaian. Beberapa menit kemudian, Khayra keluar dari ruangan ganti dan dia pun memilih duduk di sofa dengan menikmati minuman yang tersaji. Kaivan tampaknya masih asyik berbinc
“Um, kamu bilang kalau Kakek setuju dengan pernikahan kita. Apa aku boleh tahu alasannya? Mengingat awalnya keluarga kamu menolakku,” tanya Khayra. Saat ini, Kaivan dan Khayra sedang berada di jalan menuju kota Bandung, menuju ke rumah Sarah. “Kenapa kamu menanyakan hal itu?” tanya Kaivan. “Tidak apa-apa. Aku hanya tanya saja,” ucap Khayra. “Aku juga penasaran, kenapa Kakek berubah pikiran dengan begitu cepat.” Kaivan tersenyum kecil. “Kamu cukup menikmati saja menjadi Nyonya Kaivan Dirgantara, sisanya tidak perlu dipikirkan,” ucap Kaivan begitu misterius. “Baiklah,” jawab Khayra yang malas berdebat panjang lebar dengan pria itu. “Kalau mengantuk tidur saja, nanti akan aku bangunkan kalau sudah sampai,” ucap Kaivan. “Memangnya kamu tahu alamat rumah tante Sarah?” tanya Khayra. “Tidak, tapi ini kan masih di tol dan belum sampai kota Bandung, jadi tidur saja, nanti aku bangunkan kalau sudah sampai
“Jadi kalian benar-benar akan menikah?” tanya Iwan yang merupakan suami Sarah. Sarah dan Iwan memang sudah menganggap Khayra seperti putrinya sendiri, ditambah mereka memang belum dikaruniai seorang anak. Saat ini, Kaivan sedang di introgasi oleh Iwan yang berperan sebagai Ayah pengganti untuk Khayra. “Benar, Om. Saya akan menikahi Khayra,” jawab Kaivan tanpa merasa gentar. Iwan diam cukup lama. “Bagaimana denganmu, Khayra. Tidak ada paksaan dalam hal ini, bukan?” tanya Iwan. “Ya, Om. Saya sudah yakin untuk menikah dengan mas Kaivan,” jawab Khayra. “Baiklah. Kalau kalian berdua sudah berkata demikian, maka Om dan Tante hanya bisa mendukung dan mendoakan kalian,” ucap Iwan melihat ke arah Sarah yang menampilkan senyuman kecil. Sarah terus saja memandang Khayra dengan tatapan khawatir. Sebenarnya Iwan dan Sarah tidak setuju dengan pernikahan putri angkat mereka. Mereka sangat mengkhawatirkan Khayra, apalagi kembali be
“Aku Genny, ibunya Kaivan!” kata wanita dari seberang sana. “Ini benar dengan Khayra?” Pertanyaan itu membuat Khayra diam beberapa saat. “Benar, aku adalah Khayra, Tante.” “Baguslah. Aku tidak akan berbasa-basi lagi. Luangkan waktumu besok, karena aku ingin bicara denganmu. Temui aku di restoran Harmoni waktu makan siang.” Setelah mengatakannya, Genny langsung menutup panggilannya tanpa mengatakan apa pun lagi. Khayra hanya bisa menghela napasnya. Ternyata ujiannya selalu saja ada. Saat ini, Khayra berada di dalam kamarnya yang ada di rumah Kaivan. Dia dan Kaivan sudah kembali ke Jakarta sore tadi. “Kira-kira apa yang akan dibicarakan Tante Genny padaku?” gumam Khayra. “Sepertinya aku harus mencari cara untuk bisa mengambil hatinya.” Ketukan di pintu menyadarkan lamunan Khayra. Dia beranjak dari duduknya dan membuka pintu/ “Mas Kaivan?” seru Khayra. “Ayo kita makan malam. Bagaimana kalau di halam
“Kamu darimana?” tanya Kaivan saat Khayra kembali ke kantor. “Aku baru saja keluar makan siang,” jawab Khayra. “Sendiri? Tumben sekali,” ucap Kaivan. “Kita sedang ada di kantor. Bisa kita bahas nanti saja di rumah?” tanya Khayra. “Kenapa memangnya? Apa kamu sangat tidak mau kalau semua orang kantor mengetahui hubungan kita?” tanya Kaivan dengan tenang. Khayra hanya diam dan tidak berkata apa-apa. “Aku ingin semua orang tahu hubungan kita,” ucap Kaivan dengan tegas. Khayra teringat perkataan Genny kalau Kaivan akan kembali ke perusahaan keluarganya. Yang berarti, pria itu akan keluar dari perusahaan ini. “Bisakah kita bicarakan hal ini di rumah,” ucap Khayra sekali lagi dan itu membuat Kaivan tidak bisa memaksanya lagi. “Baiklah. Kalau begitu, kembalilah bekerja,” perintahnya. Khayra menundukkan sedikit kepalanya dan beranjak pergi menuju mejanya. Syukurlah semuanya belum kembali dari ma
“Khayra, katakan padaku! Kabar yang kemarin. Kamu dan Pak Kaivan? Apa benar kalian berhubungan?” tanya Sunny. Saat ini, Khayra sedang berada diinterogasi oleh rekan kerjanya di pantry. Di sana ada Sunny dan Nita. “Kamu tau, kehebohan kemarin, sudah tersebar di seluruh penjuru perusahaan. Lihat, dasyatnya tembok di perusahaan ini, mereka bisa berbicara,” ucap Nita. “Ya, berita itu benar. Aku dan pak Kaivan sedang menjalin hubungan,” ucap Khayra. “Apa kamu sedang bercanda?” tanya Sunny terlihat syock. “Kamu gak lagi ngelantur, kan? Kamu sadar, kan? Dia ini pak Kaivan loh, bos galak di perusahaan,” ucap Nita. Khayra tersenyum di sana. “Memangnya kenapa kalau dia bos galak?” tanya Khayra. “Kamu beneran mau sama pak Kaivan?” tanya Sunny. “Ya, mau gimana lagi,” ucapnya hanya mengedikkan bahunya. “Kamu bukannya baru putus dari Yuda? Kemarin yang mendatangimu, dia itu Yuda, kan?” tanya Sunny. Kedua rekannya itu benar-benar dibuat penasaran. “Kalian lihatlah keluar pantry, ada yang
“Ma, Pa, kalian melihatku dari sana, bukan? Aku berharap kalian selalu mendukungku, aku sudah lelah menjadi orang baik, dan aku juga sudah lelah jadi orang yang selalu dimanfaatkan. Maaf, karena kali ini, aku tidak bisa menuruti perkataan Mama dan Papa.” Khayra duduk di antara dua makam. Dia memandangi nama kedua orang tuanya yang tertulis di batu nisan. Dia meletakkan dua buket bunga di atas pusaran dua makam itu. Kemudian, bangkit dari duduknya dan beranjak meninggalkan pemakaman. Saat sedang berjalan, dia berpapasan dengan seorang pria tua yang berjalan dengan pincang. Khayra menghentikan langkahnya dan menoleh ke sosok tadi, dia merasa mengenal sosok pria tadi.“Sepertinya pria itu tidak asing,” gumam Khayra.Khayra mengurungkan niatnya untuk pulang. Dia berjalan mengikuti langkah pria tadi yang cukup asing baginya.Langkah Khayra terhenti saat melihat sosok pria tadi berhenti tepat di depan makam kedua orang tua Khayra.Khayra terus mengamati sosok itu sekaligus mengingat siap
“Kamu pergi kemana seharian kemarin?” tanya Kaivan yang begitu saja membuka pintu kamar. Khayra menoleh ke arahnya. Dia baru saja bangun dari tidurnya. “Aku pergi ke pemakaman orang tuaku,” jawab Khayra. “Sampai larut malam?” tanya Kaivan. “Ya, aku butuh waktu untuk menenangkan diri. Bagaimana pun, sebentar lagi kita akan menikah dan aku masih trauma dengan masalah yang sebelumnya menimpaku. Aku butuh waktu untuk menenangkan diri,” jawab Khayra. “Benarkah seperti itu?” tanya Kaivan. “Ya.” Kaivan menganggukkan kepalanya. “Bersiaplah, kita berangkat ke kantor bersama. Pulang kerja nanti, kita ada janji untuk fiting baju pengantin,” tutur Kaivan. “Baiklah,” jawab Khayra. Kaivan kembali menutup pintu kamar dan meninggalkan Khayra di dalam kamar sendiri. Wanita itu mengusap wajahnya gusar. Dia kembali mengingat kejadian kemarin. Tidak disangka, ternyata banyak sekali hal yang baru