Share

Bertemu Ferdi

Penulis: icher
last update Terakhir Diperbarui: 2021-12-23 20:01:05

Tidak sampai sepuluh menit, kami sudah sampai di depan sebuah rumah bercat abu-abu dan putih yang tampak minimalis. Tapi, rumah ini sudah dilengkapi dengan teknologi canggih. Mungkin, karena pemiliknya seorang yang hebat dalam bidangnya juga. Dari luar pagar, kulihat Nia berbicara pada layar kecil di sudut pagar. Tak lama kemudian, pintu pagar terbuka. Nia kembali masuk ke mobil dan menyetir masuk ke pekarangan.

Tepat saat mobil Nia berhenti di depan pintu rumah minimalis itu, pintu rumah terbuka. Terlihat sosok tampan dengan celana pendek di bawah lutut, dan kaos oblong hitam berdiri di ambang pintu. Aku dan Nia segera turun dan menghampirinya.

"Hai, Fer. Kita nggak ganggu, kan?"sapa Nia sambil menepuk pangkal lengan pria itu dengan santai.

"Nggak lah, aku lagi free job sih beberapa hari ini. Kenapa? Mau ngasih aku kerjaan? Lumayan nih, buat nambah-nambah kesibukan," jawabnya seraya tertawa pada Nia.

"Alah, kamu ga kerja berbulan-bulan pun paling cuma mengurangi dari nol koma sekian dari kekayaanmu itu," sindir Nia dengan candaan.

"Haha... Bisa aja, nih!" 

"Oh ya, aku sampai lupa, masih ingat nggak sama idola kamu waktu SMA ini?" tanya Nia dengan menaik-naikkan alisnya pada Ferdi.

"Hmmm... Winda?" tebaknya setelah sesaat ragu. Mungkin aku terlihat berbeda, dulu SMA masih natural. Sejak menikah aku sudah mulai mengenal beberapa macam produk kecantikan dan rutin merawat diri di salon kecantikan. Aku ingin selalu membuat Mas Heru juga bangga memilikiku sebagai istrinya. Dan tak malu jika membawaku di berbagai macam pertemuan kerja atau bertemu teman-teman mainnya.

"Hai, Kak Ferdi," sapaku mengulurukan tangan padanya. Dia pun menyambut dengan senyuman yang merekah dari sudut bibirnya.

"Wah, tambah cantik aja nih sekarang. Nggak terasa ya, udah lama banget nggak ketemu," pujinya padaku.

"Eehh... Eeehh... Kok pada ngobrol di sini? Kami nggak di ajak masuk, nih? Lama-lama kaki aku pegel juga, nih berdiri," protes Nia.

"Astaga... Iya-iya... Sorry, aku lupa. Ayo, silahkan masuk!" ajaknya pada kami.

Kami masuk ke dalam rumah dengan interior yang bisa dibilang cukup wow untuk rumah yang terlihat biasa aja dari luar. Aku merasa takjub memandangi sekeliling ruangan itu. 

Setelah dipersilahkan duduk, kami ditinggal sebentar oleh Ferdi. Lalu ia datang kembali dengan membawa tiga kaleng minuman dingin.

"Sorry ya, aku cuma punya ini di rumah," ucapnya saat memberikan minuman itu padaku dan Nia.

"Its oke. Namanya juga perjaka tua!" ledek Nia diiringi gelak tawanya.

"Jadi, Kak Ferdi belum menikah?" tanyaku penasaran.

"Belum. Kan, aku nungguin kamu!" jawabnya sambil menatapku dengan serius.

Deg...

Ada apa ini? Memang dia jauh berbeda dengan dirinya yang dulu, tapi bukan berarti aku lantas menyukai gombalannya kali ini, kan? Bagaimana pun aku masih bersuami. Dan aku ke sini semata-mata hanya karena ingin meminta bantuan darinya.

"Aku bercanda..." lanjutnya santai dan meneguk minuman kaleng di tangannya.

"I-iya, Kak. Santai saja!" jawabku.

"Nggak usah panggil Kak lagi sama aku, kita bukan lagi senior dan junior," bantahnya.

"Oh, oke kalau gitu. Jadi, udah bisa kita mulai belum nih tentang maksud dan tujuan kami datang ke sini?" tanyaku pada Ferdi.

"Nah iya, aku hampir lupa. Gini, Fer, Winda mau memberi pelacak pada handphone suaminya. Karena menurut Winda, suaminya itu mencurigakan akhir-akhir ini. Seperti ada wanita lain!" ucap Nia pada Ferdi.

"Wanita lain?" tanya Ferdi heran.

" Itu baru dugaanku saja, aku belum punya bukti apa-apa. Makanya aku minta tolong Nia carikan seorang yang ahli, ternyata itu kamu," jawabku dan kembali meminum seteguk air dalam kaleng itu.

"Apa ada orang terdekat yang mungkin kamu curigai?" tanya Ferdi penasaran.

"Ada..."

"Siapa? Kok kamu nggak bilang apa-apa sama aku dari tadi?" sela Nia tak kalah penasarannya.

"Bukannya tadi aku udah bilang sama kamu? Kok belum tua udah pelupa sih?" ledekku pada Nia.

"Oh ya, siapa? Kenapa aku bisa lupa?"

"Mamiku..."

"Aku curiga Mami sudah menggoda Mas Heru, karena jika Mas Heru yang menggoda Mami, itu nggak mungkin banget!"

"Maksudmu, Ibu kandungmu? Hah, konyol sekali ada seorang Ibu yang menggoda suami anaknya sendiri?" tanya Ferdi tak percaya.

Tentu saja, hal ini sulit bisa diterima oleh akal sehat. Logikanya saja, mana mungkin seorang Ibu yang akan menggoda dan merebut suami anak kandungnya sendiri? Aku rasa, jika pun ada itu hanya satu banding seratus. Dan Mami termasuk yang satu itu. Karena memang dari caranya memandang Mas Heru saja selalu berbeda. Makanya aku tidak pernah mau jika Mami mengajakku keluar dan berbelanja. 

Karena, pernah satu kali aku mengiyakan ajakan Mami, berujung dengan berlama-lamanya Mami di rumah kami. Hingga akhirnya menginap dengan alasan terlalu lelah jika harus kembali ke apartemen. Sepanjang malam Mami selalu mengganggu tidurku dan Mas Heru dengan alasan-alasan konyol, kecoa lah, tikus lah, temenin ke dapur lah. Aku yang memang malas berurusan dengan Mami, enggan menanggapi. Tapi Mas Heru yang baik hati, mana tega dia membiarkan hal itu terjadi di depan matanya.

Aku menarik napas panjang, lalu.menghembuskannya kasar, dan mulai menceritakan bagaimana hubunganku dengan Mami pada Ferdi. Aku ingin dia mengerti alasan aku menaruh curiga yang dalam pada Ibuku sendiri. Setelah selesai menceritakan secara garis besar kisahku dan Mami, aku menunggu respon apa yang kira-kira akan diberikan oleh Ferdi.

"Pantas saja kamu sangat mencurigainya. Jika itu aku, pasti aku juga berpikiran yang sama denganmu," ucapnya mengejutkanku.

"Jadi, apa ada alat yang aku sebutkan tadi, Fer?" tanya Nia pada Ferdi.

"Tentu. Tunggu sebentar, aku akan mengambilnya ke dalam," ucap Ferdi sambil berlalu meninggalkan aku dan Nia.

"Beb, apa dia bisa dipercaya? Bisa diandalkan?" tanyaku penasaran pada Nia.

"Kamu tenang aja. Dia biasa bekerja sama denganku di berbagai macam kasus. Dia itu jago, cuma gayanya aja tuh yang selengekan. Mungkin, karena masih sendiri." jawab Nia sambil memperhatikan ponselnya.

Aku pun memilih untuk diam, dan memeriksa gawai yang dari tadi kusimpan. Biasanya aku selalu memeriksan sosial mediaku setiap ada kesempatan. Karena jujur saja, aku adalah tipe wanita yang tak bisa jauh-jauh dari ponsel dengan teknologi canggih ini.

Aku fokus menggulir layar ponselku, sampai jariku terhenti pada postingan suamiku di akun i*******m-nya. Dia baru saja mengunggah sebuah gambar, beberapa dokumen di atas meja dan dua gelas minuman, dengan caption "Rapat Penting," di bawahnya. Aku merasa tidak asing dengan meja dan background foto itu. Entah mengapa instingku langsung mencari akun i*******m Mami. Aku mulai memperhatikan satu persatu foto yang pernah Mami unggah. Dan, ketemu. Satu gambar memperlihatkan dengan jelas, meja dan background yang sama dengan gambar di i*******m Mas Heru barusan.

'Ya Tuhan. Kuatkan aku jika semua ketakutanku ini menjadi kenyataan,' desahku lemas.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dikhianati Manager Diperjuangkan Dokter   Ucapan Terima Kasih

    Terima ksih tak terhingga aku ucapkan pada semua pembaca setia karya-karyaku di Good Novel. Baik itu yang membaca dengan koin gratis dan harus sedikit berjuang + bersabar agar bisa membaca kelanjutan bab nya, maupun yang bela-belain top up koin demi bisa buka bab bergembok. Selama ini aku selalu mengatakan terima kasih untuk pembaca royalku, itu bukan sekedar untuk pembaca yang buka bab dengan koin hasil top up. Tapi kata-kata itu juga aku tujukan pada pembaca pejuang koin gratis dan untuk semua yang sudah royal meluangkan waktunya untuk membaca hasil ketikan jari jemariku ini. Aku mohon jangan ada lagi yang salah paham dan berkecil hati. Siapa pun kalian, dimana pun kalian berada, meski hanya buka bab pertama dari novelku saja, aku sudah mencintai kalian. Sayang sekali novel ini sudah harus tamat. Tapi, terus dukung dan baca karyaku yang lainnya, ya. Semoga aku secepatnya bisa menambah daftar karya terkontrakku lagi di Good Novel. Sekali

  • Dikhianati Manager Diperjuangkan Dokter   Wanita itu kuat

    Pov AuthorWaktu begitu cepat berlalu, dan saat ini di dalam ruangan bersalin Winda sedang berjuang untuk melahirkan anak keduanya. Winda baru masuk sekitar 15 menit yang lalu. Kondisi saat ini jauh berbeda dengan saat ia melahirkan anak pertamanya dulu. Anak kedua ini lebih di permudah prosesnya. Winda ditemani oleh Hanan di dalam ruangan. Sementara itu, di luar sudah menunggu Mami Mery, Diana, Cantika, Jason, Nia, dan juga Ferdi. Anak mereka titipkan pada orang tua Ferdi."Oma, apa Bunda baik-baik aja?" tanya Cantika sambil memeluk Mami Mery."Iya, Sayang. Bunda baik-baik aja kok di dalam. Itu Bundanya kan sedang berjuang ngelahirin dedek bayi. Kita berdoa sama-sama, ya. Semoga Bunda dan dedek bayi sehat dan selamat," jawab Mami Mery sambil menciumi putri semata wayangnya. "Oma dan Om Jason kok ga punya adek bayi kayak Bunda? Itu, Tante Nia sama Om Ferdi juga mau punya bayi lagi." Cantika yang lucu dan menggemaskan berkata dengan polosnya."Sayang, Oma udah tua

  • Dikhianati Manager Diperjuangkan Dokter   Kaulah yang terbaik untukku!

    Pagi-pagi sekali aku sudah bangun dan menyiapkan sarapan untuk Mas Hanan dan Cantika. Hanya menu sederhana saja hari ini yang bisa aku buat, karena ternyata stok di kulkas tidak mencukupi lagi untuk membuat bubur ayam favorite Mas Hanan dan Cantika. Jadilah pagi ini aku hanya membuat nasi goreng spesial ala-ala cheff rumahan. Di rumahku sudah ada seorang asisten rumah tangga yang mulai bekerja seminggu yang lalu. Dia adalah ibu-ibu yang aku temui sedang mendorong gerobak menjajakan pisang yang ternyata juga punya orang lain. Hanya demi bisa membeli beras hari itu, ia rela berpanas-panasan berkeliling menjualkan pisang milik tetangganya. Menurut ibu itu, jika laki 1 sisir, maka ia akan mendapat 5 ribu rupiah sebagai untungnya. Sementara sejak pagi, baru laku 2 sisir. Untuk membeli sekilo beras saja belum cukup. Apalagi membeli telor sebagai lauknya makan. Di rumah ada dua orang anaknya yang sedang menunggu dengan perut lapar karena sudah sejak semalam belum makan nasi. Ha

  • Dikhianati Manager Diperjuangkan Dokter   Tak ingin terulang lagi

    Setelah petugas keamanan komplek datang, wanita itu segera dibawa bersama dengan seorang Dokter wanita. Mungkin karena tadi Mas Hanan mengatakan ia sedang dalam keadaan hamil besar, jadi untuk berjaga-jaga mereka juga membawa seorang Dokter. Dan ternyata itu juga sangat membantu. Wanita itu mengamuk awalnya karena bersikeras tak ingin pergi dan menganggap Mas Hanan adalah suaminya yang benama Jaka itu.Jalan terakhir yang dipilih Dokter adalah memberikannya suntik penenang. Dan setelah menunggu selama lima menit, akhirnya dia benar-benar tenang dan akhirnya tertidur. Mereka semua membawa wanita itu untuk ditangani oleh ahli kejiwaan dan akan mencari tau tentang informasi keluarganya.Sampai saat aku dan Mas Hanan sudah berada di dalam kamar, kami masih saja heran dengan bagaimana wanita itu bisa masuk ke rumah kami dan menganggap Mas Hanan adalah suaminya.Aku bahkan sempat membaca secarik kertas yang dia lemparkan pada Mas Hanan saat baru datang itu. Itu adalah surat d

  • Dikhianati Manager Diperjuangkan Dokter   Perempuan gila.

    Aku sangat terkejut dengan kedatangan wanita hamil yang tiba-tiba saja marah dengan melempar kertas pada suamiku itu. Entah apa maksudnya. Mas Hanan juga terlihat sangat heran. Kemudian dia berjalan lebih dekat pada Mas Hanan. Seketika itu juga, wanita hamil itu menghambur ke dalam pelukan suamiku. Dia memeluk Mas Hanan dengan sangat erat.Mas Hanan tampak semakin bingung dan berusaha menjauhkan wanita itu dari tubuhnya. Tapi, pelukannya terlihat semakin erat. Aku yakin Mas Hanan sangat takut berbuat kasar karena kondisi wanita itu yang sedang hamil besar."Mas, tega sekali kamu ninggalin aku demi perempuan ini? Apa kurangnya aku, Mas? Lihat ini, Mas. Aku juga bisa hamil, Mas. Aku bisa seperti dia. Tinggalin dia, Mas. Kembali padaku. Ini anak kita. Dia akan segera lahir ke dunia ini, Mas," ucap wanita itu dengan isak tangis yang tak bisa ia tahan.Sementara aku? Aku yang tadinya sudah berdiri, lantas kembali terduduk di atas kursi yang untungnya sangat lembut itu. Tubuh

  • Dikhianati Manager Diperjuangkan Dokter   Siapa wanita itu?

    Kebahagiaan yang Tuhan berikan seakan tak pernah ada habisnya. Kehamilan keduaku yang awalnya membuatku agak susah makan dan beraktifitas karena mabuk berat, ternyata hanya berlaku 2 bulan saja. Setelah kehamilan memasuki 7 bulan, semua orang sudah sangat tidak sabar menantikannya lahir. Terlebih lagi, saat aku memberitahukan hasil USG tentang bayi yang ada dalam kandunganku ini berjenis kelamin laki-laki. Itulah yang membuat semua orang sangat senang dan tidak sabar menantikan kehadirannya. Malam ini, di rumahku sedang diadakan acara do'a tujuh bulanan. Sangat banyak tamu yang datang. Hampir semua orang yang aku undang, menampakkan batang hidungnya malam ini di kediamanku yang sudah semakin besar karena Mas Hanan bersikeras merenovasinya beberapa bulan yang lalu. "Selamat ya, Win," ucap Nia, sahabatku yang paling aku sayangi dan selalu ada untukku dalam kondisi apapun. "Makasih ya, Beb. Kamu juga, bentar lagi mau nujuh bulanan kan?" jawabku dan kami saling berpe

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status