Arini akhirnya diperbolehkan untuk pulang, ia harus mengkonsumsi obat anti depresan agar bisa beraktivitas seperti biasa. Anna yang terlalu fokus pada kondisi Arini tak menyadari jika Adrian seringkali terlihat cemas. "Bunda, kemarin ada suster cantik sangat mirip denganmu, dia menitipkan surat ini kepadaku," ujar Arini sambil memberikan amlop putih yang terlihat seperti sebuah surat. Anna mengambilnya lalu meletakkannya ke dalam tasnya, fokus memapah Arini ke kamarnya. Ia menitipkan tasnya pada Adrian. Adrian bergegas masuk kamar lalu menguncinya. Ia segera membuka amplop surat itu yang ternyata berisi foto-foto adegan persetubuhannya dengan wanita yang mirip dengan istrinya. Ia segera menyimpan foto itu ke tempat yang aman lalu mengganti isinya dengan kertas kosong. "Mas, tumben kamarnya di kunci?" teriak Anna dari luar. Adrian bergegas membuka pintu lalu tersenyum seperti biasanya, perlahan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri, menghilangkan penatnya. Seusai mandi
Adrian perlahan baru saja terbangun dari tidurnya, menatap ke sampingnya tak ada orang, kosong. Ia memegang kepalanya yang terasa pusing, perlahan mulai mengambil segelas botol mineral yang tersaji di meja dekat ranjang. Tatapannya terpaku pada sepucuk surat tanpa nama. "Terima kasih untuk malam yang penuh gairah, semoga kita bisa mengulangnya lagi," Adrian tersenyum manis membaca surat itu, masih membekas di hati dan pikirannya tentang malam yang panas dan menggelora, ranjang goyang menjadi saksi dua insan yang terjerat nafsu duniawi. Tiba-tiba Adrian mengernyitkan dahinya, merasa ada yang tidak beres. Mengapa pesannya seolah sebuah perpisahan? Bukankah mereka akan bertemu di rumah? Kini kejanggalan yang sempat dirasa seolah muncul lagi, Anna yang agresif, desahan yang menggairahkan, tubuh dan aroma yang tak biasa membuat Adrian kebingungan. Akhirnya dia menyadari jika tak ada bekas operasi caesar di perut wanita yang semalam telah bermain dengannya. Lantas siapa dia sebenarnya? M
Adrian tengah fokus mengemudikan mobilnya, senyum merekah terpatri dalam bibir manisnya. Ia kembali teringat akan permainan nakalnya dengan sang istri yang justru membuatnya semakin tak sabar untuk berjumpa di rumah yang mereka miliki. Dering telepon membuyarkan lamunan sang dokter tampan itu. Ia melirik ponsel yang menampilkan nomor baru, penasaran. Akhirnya ia memutuskan untuk mengangkat teleponnya. "Sayang, aku sudah di hotel dekat rumah sakit. Aku pinjam ponsel resepsionis karena ponselku mati. Apakah kamu bisa datang ke sini?" "Tentu sayang, aku akan tiba dalam waktu tiga puluh menit," Pria malang itu tak menyadari jika sosok yang menelepon adalah kembaran sang istri yang memiliki rencana busuk untuknya. Akhirnya Adrian tiba di hotel dekat rumah sakit tempat Arini dirawat. Ia yang sudah menahan hasrat bercintanya selama berbulan-bulan, tak curiga sedikitpun jika yang akan ditemui adalah kembaran mantan istrinya! Adrian berdiri di kamar 303, tempat mereka janji temu. Jantung
"Kamu bukan Anna!" bentak Arka yang mulai kembali mengenakan pakaiannya. Wanita misterius itu tertawa terbahak-bahak seolah menikmati permainannya. Ia mulai mengenakan kembali gamis yang sempat terbuka kancingnya. "Mungkin kau tidak akan menyadarinya jika tak melihat tato kupu-kupu ini," sahutnya sambil beranjak dari ranjangnya. "Apa yang sebenarnya kamu rencanakan?" "Aku hanya ingin mengetahui seberapa besar kamu mengenal mantan istrimu! Ternyata tidak seberapa ya!" Ia kembali merapikan hijab dan gamis yang sempat diacak-acak oleh sopirnya. "Mulai hari ini kamu kerja dan ikuti apa yang kuperintahkan!" Arka yang tak berdaya akhirnya mengikuti keinginan wanita misterius ini. Mereka kini bergerak menuju rumah sakit dengan mengendarai mobil mewahnya. "Sial! Aku terjebak dalan permainan wanita gila ini! Jika aku kabur, Aruna dalam bahaya! Sial!" gerutu Arka berkali-kali yang mungkin didengar oleh majikannya. "Hari ini kita akan menuju rumah sakit, tugasmu adalah merekamku dia
Arka tak pernah menyangka hidupnya berubah dalam sekejap! Setelah berpisah dengan Anneth yang ternyata adalah kakak kandung tapi beda ibu. Kini ia bertemu dengan sosok wanita cantik yang sangat mirip dengan mantan istrinya, Anna. Arka kini duduk di sebuah perjamuan makan malam ala kelas atas. Ia merasa seperti pangeran dalam negeri dongeng yang dikelilingi oleh banyak pelayan dan seorang putri yang sangat cantik. "Siapa kau sebenarnya? Kenapa sangat mirip dengan mantan istriku?" Arka menanyakan hal yang sejak tadi menggangu pikirannya, meski segala kemewahan telah di depan mata nyatanya tak mampu membunuh rasa penasarannya. Wanita itu hanya tersenyum kecut, sambil menikmati steak daging sapi kualitas super. Terlihat lihai dalam memotong daging hingga berukuran dadu, lalu mengunyahnya dengan sangat halus. "Mungkin aku adalah bagian yang tersembunyi dari istrimu, bukankah impianmu adalah memiliki istri yang kaya dan seksi?" Degh! Jantung Arka berdegup kencang, sosok wanita di de
"Bagaimana kondisi anak saya, Dok?" "Ibu harap tenang, kita akan melakukan pemeriksaan," Adrian mengajak Anna untuk keluar kamar Arini. Mereka memutuskan untuk duduk di kursi tunggu yang berada di koridor rumah sakit. "Mas, Arini ..." Anna tak mampu berkata-kata lagi, batinnya terkoyak. Putri kesayangan yang seharusnya tersenyum bahagia, kini harus meringkuk dalam tebalnya di dinding rumah sakit. Berselimut aroma obat yang menguar dengan tangan yang terhubung dengan infus. Hawa rumah sakit terasa dingin, membuat persendian Anna melemah. Ia kerapkali bersandar pada Adrian, suaminya. Tak ada kata yang terucap kecuali rasa pedih dalam dada. Terdengar derap langkah kaki dari dalam kamar Arini, seorang dokter tiba bak pahlawan yang ditunggu-tunggu, memberikan pesan baik. "Pasien melemah, ada seseorang yang sengaja menyuntikkan obat yang membuatnya menjadi agresif tapi kami sudah menanganinya dengan memberikan obat penenang, biarkan dia istirahat," ujar sang dokter lalu pergi.
Anna kini menjadi wanita paling bahagia sedunia, pernikahannya dengan Adrian telah dikaruniai sepasang anak laki-laki yang diberi nama Raka dan Raki. Rona kebahagiaan menjadi tanda rasa syukur atas anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Tak terasa bayi mungil itu telah bertumbuh menjadi balita yang lucu dan menggemaskan, terlihat Arini sedang bermain dengan keduanya. "Raka, Raki... Ayo main sama Kakak," ajaknya sambil menggendong dua adiknya yang lucu. "Mas, lihatlah Arini! Kehadiran si kembar ternyata membuatnya berubah lebih baik. Kini senyum sumringah selalu terpancar dari wajahnya," ujar Anna sambil menatap wajah suaminya, Adrian. "Iya Ann, alhamdulillah dia sudah menunjukkan banyak perubahan, bahkan gurunya berkata jika ia lebih aktif di kelas," sahut Adrian yang baru saja mengikuti rapat wali murid. Kedua pasangan itu tidak menyadari jika Arini kerapkali mimpi buruk akan kondisi kembarannya Aruna yang hingga kini tidak diketahu keberadaannya. **** Arini tengah berjalan di s
Arka gelisah saat pertemuan dengan keluarga hendak dilakukan keesokan harinya, ia sengaja menginap di rumah sang ibu untuk mempersiapkan semuanya. Ayu sangat senang ketika mengetahui calon istri Arka adalah janda kaya raya. "Kamu anggap saja rumah sendiri, aku senang kamu datang berkunjung ke mari," ujar Ayu merasa di atas angin, harapannya menjadi kaya raya akan segera terwujud. Anneth hanya tersenyum kecil, ia tak menyangka begitu mudahnya menakhlukan Ibu Arka yang ternyata matrealistis. "Aku kebagian apa nih?" tanya Aura, kakak perempuan Arka yang berbeda ayah. Anneth yang mengetahui kelakuan kakaknya yang matre juga memberika sebuah berlian dan melunasi semua hutang-hutangnya. "Kamu adalah adik ipar yang sangat pengertian, aku ingin kalian segera menikah," ujarnya sambil memakainya lalu mamerkan pada tetangga. **** Malam itu Arka nampak gelisah, ia tak bisa tidur nyenyak. Aruna belum juga ditemukan padahal dialah semangat hidupnya. Napasnya panjang, gelisah. Anneth y
"Sayang, aku masih ngantuk," bisik Anneth sambil menarik kembali selimutnya, Arka yang iseng justru meraba-raba tubuh kekasihnya itu. "Aku mau lagi, ayolah," sahut Arka sambil meraba tubuh pacarnya yang dalam kondisi telanjang. Anneth yang masih mengantuk, tak memberi respon apapun, ia tetap memejamkan matanya. Kesal, akhirnya Arka memutuskan untuk mandi lalu mengecek Aruna, apakah dia sudah bersiap hendak pergi ke sekolah? Pria itu terkejut saat melihat rumah sudah dalam kondisi bersih, sarapan sudah tertata di meja makan berikut sepucuk surat yang membuatnya sangat terkejut. "Ayah, aku sudah lelah hidup bersamamu. Bukankah kau sudah berjanji hidup lebih baik? Tapi kenapa kamu malah mengingkarinya lagi? Semalam aku mendengar desahan kalian, dadaku terasa sesak seperti mau mati saja. Muncul kembali dalam ingatanku saat kau berselingkuh dengan Bi Asih atau dengan istri sahabat ayah. Ayah memang kejam tak pernah memikirkan perasaanku, jangan mencariku lagi dan semoga hidupmu b