Share

Bab 55

“Maafkan Alana, Nak Divya.” Tante Nur menunduk. Sekejap terisak.

Sesaat kemudian, mata yang tampak memerah itu menatapku penuh permohonan. Lalu, meraih tangan ini untuk digenggamnya.

“Jangan membencinya karena sikap dan apa yang telah dia perbuat padamu, Nak. Tante tau dia salah besar, tapi Tante juga tahu kalau dia dibutakan oleh cinta.”

Melihat Tante Nur menangis, air mataku seketika ikut mengalir—membasahi pipi.

Ah, aku memang paling tidak bisa melihat orang bersedih, apalagi disertai dengan tangisan. Karena ujung-ujungnya, aku juga bakalan ikut menangis.

Sigap, aku menghapus air mata. Gak mau terlihat rapuh.

Lantas, tersenyum manis, semanis gulali--yang pasti lebih manis daripada janji mantanmu. Dan memeluk Tante Nur untuk menenangkannya.

“Aku gak membenci Alana, Tante. Gak akan pernah. Tante tenang saja, karena aku akan selalu ada untuk mendukung Alana,” tuturku sembari mengusap-usap punggung istri pamanku itu.
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status