Tubuh Qiyana mendadak kaku dengan sorot mata yang tertuju pada sebuah video yang ada di dalam ponsel Feli. Tampilan yang tersaji di depan matanya sangat mengerikan. Namun, manik matanya seakan terkunci dan tak bisa berpaling sama sekali. Feli menampilkan sebuah video berisi rekaman CCTV di suatu tempat. Entah di mana tempat itu, Qiyana juga tidak mengetahuinya. Namun, bukan itu yang menjadi fokusnya, melainkan seseorang yang sedang menghajar lawannya tanpa ampun padahal jelas-jelas sang lawan sudah terkapar. Kenzo Pradipta. Qiyana yakin seseorang yang memukuli lawannya tanpa ampun itu adalah lelaki yang berstatus sebagai suami kontraknya sekarang. Wanita itu bergidik ngeri menyaksikan bagaimana bengisnya Kenzo menghajar lelaki yang sudah tidak berdaya. Seringai penuh makna yang tersungging di wajah Feli semakin lebar melihat ekspresi tegang adik tirinya. Tak sia-sia ia jauh-jauh datang ke tempat ini untuk menemui Qiyana. “Melihat ekspresimu yang tegang begini, sepertinya kamu memang
Qiyana yang sudah nyaris membuka pintu mobil Kenzo langsung menegang mendengar pertanyaan lelaki itu. Selama beberapa saat, ia bergeming di tempat sembari memikirkan alasan apa paling masuk akal untuk menjawab pertanyaan tersebut. Qiyana tidak menyangka Kenzo sampai menyusulnya kemari dan malah bertemu dengan Feli juga. Padahal ia sudah susah-susah menyembunyikan semuanya dari lelaki itu. Ia benar-benar menyesali keputusannya bertemu dengan kakak tirinya itu hari ini. Wanita itu kembali memutar tubuhnya setelah berhasil menemukan sebuah alasan di kepalanya. Entah alasan ini tepat atau tidak, yang terpenting ia sudah mencoba. Semoga saja jawabannya termasuk masuk akal dan Kenzo akan percaya. “Kak Feli?” sahut Qiyana dengan kening mengerut, berpura-pura bingung. “Memangnya dia ada di sini juga? Kapan? Aku tidak tahu dia ada di sini. Aku tidak melihatnya saat berada di dalam tadi. Mungkin karena aku terlalu fokus berbincang dengan teman lamaku itu.” Di balik ketenangan yang terpampang
Qiyana yang sedang mengunyah makanannya langsung tersedak mendengar kata-kata yang Nadira lontarkan. Wanita itu sampai terbatuk-batuk dengan mata berkaca-kaca dan memerah. Sontak saja itu membuat Nadira panik dan segera membantu mengusap punggung wanita itu seraya menyodorkan segelas air. Meskipun sudah merasa lebih baik, Qiyana belum berani membalas tatapan Nadira yang masih menatapnya dengan sorot khawatir. Wanita itu terlalu terkejut mendengar informasi yang Nadira sampaikan barusan. Waktu itu Qiyana memang ingin menanyakan pada Kenzo apa yang terjadi setelah dirinya pingsan. Dan juga bagaimana ceritanya hingga lelaki itu bisa membawanya pulang. Tetapi, akhirnya ia malah lupa. “Kamu kenapa sampai tersedak begini? Apa aku salah bicara?” tanya Nadira yang masih berdiri di samping Qiyana. Sebelah tangan wanita itu juga masih mengusap punggung Qiyana naik-turun. “Sudah merasa lebih baik?” Qiyana kembali mengangkat kepalanya setelah berhasil menyembunyikan keterkejutannya. Kemudina,
Qiyana spontan meronta, berusaha melepaskan diri. Namun, seseorang di belakangnya ini malah mengeratkan kunciannya. Tak sampai di sana, orang itu juga langsung menarik dirinya dari tempat tersebut. Tentu saja Qiyana semakin panik dan berusaha meronta lebih kuat. Tetapi, tenaganya kalah kuat dengan sosok lelaki yang entah kenapa tiba-tiba menariknya ini. “Jangan takut, ikutlah denganku,” bisik orang itu tepat di telinga Qiyana. Setelah mendengar suara yang cukup familiar itu, Qiyana tidak lagi berusaha meronta. Wanita itu diam dan menurut, mengikuti langkah lelaki yang membimbingnya terus melangkah mundur itu. Cukup mengejutkan karena ternyata orang itu membawanya kembali ke kamarnya. Qiyana langsung memutar tubuhnya setelah orang itu melepaskannya. Ternyata dugaannya tidak meleset, memang Kenzo yang tiba-tiba menyeretnya. Terlalu panik membuatnya tidak bisa berpikir jernih tadi. Bahkan, ia tidak menyadari aroma parfum familiar yang menusuk indta penciumannya. “Apa yang kamu lakukan
Qiyana nyaris menjatuhkan ponsel buang baru berhasil ia dapatkan setelah mendengar suara itu. Sontak saja, wanita itu langsung mengangkat kepala. Dan benar saja, suara yang cukup familiar itu memang milik ‘wanita spesial Kenzo'. Tanpa sadar Qiyana malah melangkah mundur. Namun, ia segera berhenti saat menyadari reaksinya terlalu berlebihan. Benar-benar mirip pencuri yang ketahuan oleh pemilik rumah. Padahal kenyataannya tidak seperti itu. Qiyana tak menyangka akan bertemu dengan wanita ini di sini. Ia mengira tamu Kenzo ini telah pulang sejak semalam. Jika dia masih berada di sini sekarang, kemungkinan besar wanita itu memang menginap semalam. Qiyana tidak tahu harus bagaimana. Seharusnya ia tidak boleh bertemu dengan wanita di hadapannya ini. Apalagi dengan keadaan yang tidak kemungkinan seperti ini. Kenzo sudah mewanti-wanti dirinya agar berhati-hati dan tidak berkeliaran. Namun, sekarang dirinya malah bertemu dengan wanita ini. Kenzo pasti marah padanya. “Kenapa tidak menjawab p
Qiyana yang tiba-tiba ditodong dengan pertanyaan seperti itu tentu saja terlonjak hebat. Bahkan, cangkir teh yang ada di tangannya nyaris terjatuh ke lantai. Tubuhnya langsung kaku seketika. Sekarang ia tidak mungkin menghindar. Selama berada di depan Amanda, Qiyana sudah mencoba menjaga sikap agar terlihat seperti seorang asisten profesional. Begitu juga dengan Kenzo yang tidak bertingkah macam-macam. Apa Amanda memang sejeli itu sampai bisa menebak ada sesuatu di antara dirinya dan Kenzo dengan mudah? Sekarang semakin terlihat jelas jika Amanda memang tidak menyukai Qiyana. Entah apa yang akan wanita ini lakukan jika mengetahui dirinya dan Kenzo sudah menikah. Meskipun hanya sebatas kontrak belaka. Qiyana berdeham pelan dan kembali menetralkan ekspresinya. “Mbak Amanda ini bicara apa? Saya tidak mengerti. Tadi pagi kita sudah berkenalan, ‘kan? Saya asisten baru Tuan Kenzo. Tentu saja hubungan saya dan Tuan Kenzo hanya sebatas partner kerja saja.” Qiyana mengulas senyum tipis untu
Belum sempat Qiyana menjawab, Feli sudah merangsek maju dan tiba-tiba menarik keluar kalung yang selama ini ia sembunyikan. Liontin kalung tersebut yang merupakan cincin pernikahannya dengan Kenzo langsung terlihat. “Kamu masih ingin mengelak setelah buktinya ada di sini? Kamu pikir aku bodoh sepertimu sampai tidak tahu apa hubunganmu dengan mantan kekasihku sebenarnya?” tutur Feli dengan sebelah bibir yang terangkat membentuk senyum menyeringai penuh makna. Qiyana langsung mendorong kakak tirinya hingga melepaskan kalung yang terpasang di lehernya. Jantung wanita itu nyaris terlepas dari tempatnya ketika Feli menarik kalung ini. Selama ini ia selalu berhasil menyembunyikannya dari siapa pun. Tidak pernah ada yang mencurigai kalungnya apalagi sampai nekat menariknya. Sejuknya udara yang berhembus di sekitar sana berbanding terbalik dengan atmosfer panas dan tegang yang melingkupi kedua kakak beradik itu, terutama Qiyana. Ia tidak menyangka rahasia besarnya akan terbongkar semuda
Qiyana ingin menanyakan apa yang Feli maksud sebenarnya, namun kakak tirinya itu sudah melangkah cukup jauh. Wanita itu mulai menduga-duga, jangan-jangan sebenarnya Feli mengetahui sesuatu. Selain fakta tentang pernikahan rahasianya dengan Kenzo. Gemuruh yang saling bersahutan tiba-tiba terdengar dan membuat Qiyana tersentak dari lamunannya. Namun, wanita itu tak sempat mencari tempat untuk berteduh karena hujan deras lebih dulu mengguyur bumi. Meskipun sudah berusaha memacu langkah secepat mungkin keluar dari area pemakaman, tetap saja sekujur tubuh Qiyana terlanjur basah kuyup. Karena jarak tempatnya berada dengan area parkiran tempat ini masih cukup jauh, terpaksa ia berteduh di sebuah gubuk yang kebetulan ada di pinggir area pemakaman tersebut. Qiyana memeluk tubuhnya sendiri sembari menggosok kedua tangannya. Ia hanya mengenakan blouse berlengan panjang dan itu tidak cukup untuk menghalau hawa dingin yang menerpa. Ditambah lagi pakaiannya juga sudah mulai basah. “Apa lebih bai