Home / Urban / Dikira Pelayan Miris, Ternyata Pewaris / 2. SEORANG KAKEK DATANG KE RUMAH

Share

2. SEORANG KAKEK DATANG KE RUMAH

Author: Nona Mawar
last update Last Updated: 2023-07-26 18:47:22

Dengan tubuh gemetar, Danny menghampiri jasad kedua orangtuanya yang saat itu terpisah. Ia lebih dulu menghampiri jasad sang ayah yang sudah terluka parah.

“Ayah, bangun, yah. Bangun!” pekik Danny dengan suara serak, rasanya ia ingin menangis.

Beberapa kali ia memanggil nama samg ayah, namun tidak ada jawaban dari lelaki yang sudah membesarkannya.

“Ayah!” jerit Danny dengan air mata yang kini mengalir deras membasahi wajahnya.

Dipeluknya sang ayah dengan sangat erat, tidak peduli darah yang berada di tubuh sang ayah berpindah kepadanya. Sekuat tenaga ia berusaha untuk membangunkan sang ayah, namun usahanya sia-sia. Lelaki berumur 60 tahun sudah terbujur kaku dengan darah dan luka yang memilukan.

“Yah, tolong bangun, katakan siapa yang sudah melakukan hal ini, Yah.” Danny masih terus berusaha, suaranya sangat serak saat itu. Ia tidak menyangka kejadian mengerikan ini terjadi kepada keluarganya.

Seberapa banyak ia bertanya kepada sang ayah, lelaki paruh baya tersebut tidak akan mampu menjawabnya.

Tidak, bagaimana hal kejam ini terjadi? Kedua orangtuanya adalah orang yang sangat baik, selama ini hubungannya dengan masyarakat pun tidak ada masalah, lalu kenapa hal ini terjadi? Siapa yang tega melakukan hal sekeji ini?

Kedua bola mata Danny berpindah kearah sang ibu yang juga sudah terbaring lemah penuh luka dan darah di atas lantai. Ia meletakkan kembali tubuh sang ayah dari pangkuannya dengan pelan, lalu ia berhambur menghampiri sang ibu yang kondisinya tidak kalah memilukan.

“Ibu!” Danny kembali menjerit histeris.

Keadaan Nona Rihana jauh lebih memilukan. Bajunya terkoyak, jelas wanita paruh baya itu mendapatkan kekerasan seksual.

“Tidakkkk!” Danny berteriak histeris melihat keadaan kedua orangtua yang ia sayangi seperti itu.

Dipeluknya jasad kedua orangtuanya dengan tangisan pilu. Tangan Danny yang semula bersih kini berlumuran dengan darah kedua orangtuanya. Ia masih bertanya-tanya siapa yang tega melakukan hal keji seperti ini kepada mereka.

Demi Tuhan, Danny tidak akan memaafkan pelaku penganiayaan ini!

Keesokan harinya ….

Kedua orangtua Danny dimakamkan di pemakaman umum. Banyak tetangga yang terkejut dengan kematian dua manusia yang selama ini mereka kenal sangat baik.

Dugaan sementara dari kasus yang dialami oleh keluarga Danny adalah perampokan, akan tetapi Danny tidak memercayai dugaan tersebut, sebab tidak ada barang-barang berharga yang hilang. Lagian siapa yang mau merampok rumahnya? Rumahnya jelek dan tidak ada barang berharga yang bisa dirampok. Kehidupan Danny dan keluarganya selama ini cukup sederhana. Meski begitu, Danny selalu menikmati momen kebersamaan bersama kedua orangtuanya, mereka adalah orangtua yang sangat baik, penyayang dan penuh cinta, ia merasa nyaman berada di tengah-tengah mereka. Sehingga kematian mereka saat ini menjadikan Danny menyimpan seribu pertanyaan dan seribu dendam. Siapapun pelakunya, ia harus membalasnya dengan balasan yang setimpal!

Satu persatu pelayat yang ikut mengantarkan kedua orangtua Danny ke tempat peristirahatan yang terakhir pergi. Tinggal Danny seorang yang berada di sana. Iya, ia tidak memiliki saudara, ia anak tunggal dari Tuan Fandy dan Nona Rihana. Danny juga tidak memiliki kerabat dekat.

“Ayah, Ibu, siapa yang melakukan ini kepada kalian?” rintih Danny seraya mengusap nisan kedua orangtuanya.

Selama ini, ia tidak pernah menangis, namun saat ini tangisannya tidak terbendung. Semalaman ia tidak tidur, meratapi kematian kedua orangtuanya. Ia tidak pernah menduga hal sekejam ini terjadi kepada kedua orangtuanya. Ia tidak pernah membayangkan akan kehilangan kedua orangtuanya dengan cara yang tragis seperti ini.

“Katakan kepada Danny, Yah, Bu. Siapa yang sudah melakukan ini sama kalian? Danny ingin membalasnya! Danny ingin membunuhnya!” ucap Danny kejam.

Anak mana yang tidak ingin balas dendam bila melihat kedua orangtuanya terbujur kaku dengan cara yang sangat tragis? Danny yakin, semua anak akan berpikir yang sama seperti dirinya. Danny bersumpah, akan mencari tahu penyebab kedua orangtuanya meninggal dan memberikan balasan yang setimpal atas apa yang sudah dilakukan kepada kedua orangtuanya.

Danny menggenggam tanah kuburan kedua orangtuanya dengan kedua tangan, ia memandang kepalan tangannya dengan sorot mata yang begitu tajam.

“Aku tidak akan membiarkan orang yang menyakiti kalian hidup tenang, Yah, Bu.” Danny berucap dingin.

Beberapa detik kemudian, genggaman tangannya melonggar, ia tertunduk lesu, kedua bahunya bergetar, tangisnya kembali pecah saat itu juga, dipeluknya dua pusara kedua orangtuanya. Danny seperti anak kecil yang sangat kehilangan kedua orangtuanya.

Lelaki berusia 30 tahun itu terus berada di sana sampai sore hari menjelang malam. Saat matahari mulai redup, Danny baru bangkit dari sana.

Sebelum pergi, ia memandangi kedua pusara kedua orangtuanya dengan perasaan pilu, hancur sudah kebahagiaannya. Kepergian mereka berdua meninggalkan luka yang teramat dalam baginya.

Danny pulang dengan perasaan hampa, tidak ada senyum yang menghiasi wajahnya seperti biasa. Para tetangga sangat memaklumi perasaan Danny, sehingga mereka hanya bisa menatap iba lelaki itu saat melewati rumah.

Lelaki tampan nan gagah itu membuka pintu rumahnya yang sejak pagi tadi tertutup rapat, ia berdiri di ambang pintu seraya menatap seluruh ruangan di rumahnya dengan perasaan hampa dan pilu. Saat ini, keadaan rumahnya sudah rapi seperti biasanya, namun terasa kosong. Tidak ada lagi tawa dan sambutan hangat dari kedua orangtuanya.

“Permisi, Tuan!” salam seseorang membuyarkan lamunan Danny.

Dengan wajah sembab, ia berbalik dan menatap seseorang yang barusan memberi salam kepadanya. Ia nampak bingung melihat beberapa laki-laki berjas hitam tiba-tiba berbaris rapi dihalaman rumahnya yang tidak luas.

“Siapa kalian?” tanya Danny keheranan.

Sejenak, mereka saling pandang sebelum menjawab pertanyaan Danny. Tiba-tiba saja barisan mereka terbelah menjadi dua, menampilkan seorang kakek berkulit putih dan memakai kacamata turun dari mobil mewah.

Danny semakin keheranan melihatnya, ia sama sekali tidak kenal mereka. Apa mereka mau melayat? Jika iya, mereka sungguh terlambat. Pikir Danny.

“Apa benar ini rumah Fandy Laksana?” tanya kakek tersebut, yang entah sejak kapan sudah berada di depan Danny.

“Hem.” Danny berdehem seraya mengangguk.

“Suruh dia keluar, saya ingin bertemu dengannya,” suruh kakek tersebut.

“Siapa Anda?” tanya Danny.

Bukannya menjawab, kakek tersebut justru menatapnya dari atas sampai bawah dengan tatapan penuh makna, sayangnya Danny tidak mampu menerka arti tatapan tersebut.

“Kamu sendiri siapa? Anak Fandy?” tebak kakek tersebut.

Danny menghela nafas sejenak, jika di depannya bukan orangtua, mungkin ia sudah beralu masuk dan tidak mau meladeni pertanyaan bodoh tersebut, apalagi keadaannya sedang berduka seperti sekarang.

“Jawab pertanyaanku anak muda.” Sang kakek memaksa.

“Iya, saya anaknya. Ada apa Anda ingin bertemu dengan ayahku? Apa beliau mempunyai hutang kepada Anda?” tanya Danny, meski ia tahu kalau sang ayah tidak mungkin mempunyai hutang.

“Bukan ayahmu yang mempunyai hutang, tapi saya yang mempunyai hutang kepadanya.”

“Apa maksud Anda?”

****

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dikira Pelayan Miris, Ternyata Pewaris   PENGACARA

    Kakek Willam berhasil Danny tenangkan, beliau dibawa pulang dan istirahat di rumah. Danny terus mendampingi sang kakek agar tidak kembali nekat seperti tadi.“Istirahat, Kek. Semoga impi ayah,” pesan Danny lalu menarik selimut menutupi tubuh kakeknya.“Maafin Kakek, Dan.”“Kakek tidak salah apa-apa,” jawab Danny, hatinya ikut sesak melihat beliau sesedih ini.Siapa yang tidak syok mendapati anaknya membunuh anaknya yang lain. Tuan Willam tidak pernah menduga Ibra akan melakukan hal kejam tersebut. Ternyata, harta membuat buta memang buukan isapan belaka. Bukan hanya cinta yang membuat buta, harta juga.“Jangan lakukan hal nekat seperti tadi, Kek. Ayah tidak suka dengan orang yang mudah putus asa,” kata Danny.Tuan Willam kembali bersedih, rasa rindu terhadap anak bungsunya membuncah. Seandainya saja dulu beliau tidak mengusir dan menerima istri Fandy, pasti kejadian ini tidak akan terjadi. Sekarang beliau menyadari, bahwa tidak semua orangtua benar dan anak selalu salah, terkad

  • Dikira Pelayan Miris, Ternyata Pewaris   HUKUM ORANG YANG BERSALAH

    [Tidak, Tuan. Memangnya kenapa?][Beliau tidak ada di rumah, Gard!][Apa!]Danny menjauhkan ponselnya dari telinga saat mendengar suara Egard yang melengking kuat, reaksi Egard sungguh luar biasa. Sambungan telepon langsung dimatikan, tidak lama kemudian Egard datang ke rumah untuk memastikan perkataan Danny. Danny sampai terkejut melihat kedatangan Egard yang cepat sampainya. “Naik apa kamu? Pesawat? Cepet banget datangnya!” Danny malah melawak. “Saya khawatir dengan keadaan Tuan Besar, Tuan. Bisa saja beliau berada dalam masalah besar,” ujarnya membuat kening Danny berkerut. “Masalah besar apa maksudmu?”Egard menelan Salivanya, saking khawatirnya dengan sang majikan, ia sampai keceplosan bicara. Egard bingung harus jawab apa, pasalnya sang majikan melarangnya untuk berbicara apa-apa kepada Danny. Tidak mau membuat cucunya itu semakin terlihat masalah. “Egard, masalah apa yang sedang kakek hadapi, katakan padaku!” desak Danny. “Maaf, Tuan.” Egard menggeleng. Beru

  • Dikira Pelayan Miris, Ternyata Pewaris   KAKEK HILANG

    “Kejam sekali mereka.” Meysa geram mengetahui pelaku pembunuhan orangtua Danny.“Terkadang, musuh terbesar adalah saudara sendiri, kadang juga mereka adalah orang yang paling berjasa,” kata Danny penuh makna.Memang, terkadang musuh terbesar seseorang adalah orang terdekat, namun terkadang mereka adalah orang yang paling berjasa. Bergantung dari saudara itu sendiri.Entah apa yang ada di dalam pikiran Tuan Ibra dan anaknya, sehingga mereka tega menghabisi nyawa saudaranya sendiri. Hanya karena sebuah harta, mereka tega berbuat keji. Seharusnya, mereka berusaha menyayangi, bukannya menyakiti.Mungkin, kalau sang kakek tidak berniat memberikan warisan kepada orangtua Danny, mungkin Tuan Ibra tidak membunuh mereka. Padahal, selama ini sang ayah sudah pergi menjauh dan tidak pernah merepotkan mereka. Beliau mampu membuktikan bahwa bisa hidup dengan tenang dan damai tanpa embel-embel keluarga besar yang kaya raya. “Sekarang, apa yang akan kamu lakukan sama mereka?” tanya Meysa ingin

  • Dikira Pelayan Miris, Ternyata Pewaris   CINTYA DIPERMALUKAN

    “Hay, Kek. Perkenalkan, saya Cintya. Kekasih Danny.” Cintya mengulurkan tangannya kearah Tuan Willam. Begitu pd-nya memperkenalkan dirinya sebagai kekasih Danny. Memang wanita tidak tahu malu. “Kekasih Danny?” Tuan Willam memandang Cintya tidak percaya. Beliau lalu beralih memandang Danny. Meminta kepastian lelaki tersebut. Tuan Willam tidak yakin kalau Danny lelaki buaya. “Bukan, Kek. Tapi, mantan.” Danny menatap tajam mata Cintya. Kesal karena berani mengaku-ngaku sebagai kekasihnya. “Oh, cuman mantan....” Tuan Willam pun merasa lega atas jawaban cucunya. Cintya tersenyum kaku, menahan malu, namun ia sudah bertekad bahwa akan merebut Danny kembali. “Mas, apa boleh kita bicara sebentar. Ada sesuatu yang ingin aku katakan sama kamu, Mas.”“Tidak ada yang perlu kita bicarakan. Lebih baik kamu pergi. Kamu tidak lihat aku sedang makan bersama keluarga?” Danny menolak mentah-mentah ajakan Cintya. Danny yakin, Cintya hanya akan membicarakan soal keinginannya kembali kepadanya la

  • Dikira Pelayan Miris, Ternyata Pewaris   PERMINTAAN KAKEK

    Eric menenggak minuman, suasana siang itu sedang panas, sama seperti suasana hatinya yang tengah terbakar api cemburu melihat kemesraan Danny dan Meysa tadi. Drrrrttt! Ponselnya berdering, dengan malas ia melihat layar ponselnya, memastikan siapa yang menghubunginya. Apa dia tidak tahu kalau saat ini hatinya sedang patah? “Wanita ini lagi!” keluh Eric memandang nama Cintya. Eric hampir meletakkan kembali ponselnya, namun tiba-tiba ia terpikirkan sesuatu. [Iya?] Akhirnya, Eric menjawab panggilan dari Cintya. [Hallo, Sayang. Bagaimana kabarmu? Kita ketemuan ya.][Oke!]Dibalik telepon, Cintya sangat senang sekali mendengar jawaban Eric.Segera Eric mematikan ponselnya, lalu bergegas bertemu dengan Cintya. Ada sesuatu yang harus ia bicarakan dengan wanita itu. Eric berharap, Cintya bisa melakukan apa yang ia inginkan. Mereka berdua di sebuah restoran sederhana, tidak mewah seperti dulu sebab saat ini Eric tengah menerima hukuman dari sang kakek, hukuman yang membuat diri

  • Dikira Pelayan Miris, Ternyata Pewaris   JADI STAF BIASA

    Kedatangan Tuan Willam ke kantor membuat seluruh karyawan yang bertemu dengan beliau segera membungkuk, memberikan hormat kepada pemilik perusahaan. Keadaan kantor pun mendadak sunyi, biasanya mereka akan bising dengan pekerjaan mereka, namun kali ini hanya tangan dan mata mereka yang bekerja, mulut mereka kunci rapat-rapat sebab Tuan Willam tidak suka dengan orang yang banyak mulut. “Papa?”“Kakek?”Tuan Ibra dan Eric sama-sama memanggil nama beliau lalu membungkukan setengah badan mereka, begitu juga dengan Meysa. Wanita tersebut mengikuti apa yang dilakukan oleh banyak karyawan. Sejenak, pandangan Meysa bertemu dengan Danny. Bertanya lewat tatapan kenapa sang kakek tiba-tiba datang ke kantor. Danny yang kini berdiri di belakang sang kakek mengedikan bahunya. Ia juga tidak tahu kenapa sang kakek ingin ikut ke kantor. “Kalian semua ikut ke ruangan saya!” perintahnya lalu melangkah ke ruangan Danny yang dulu menjadi ruangan beliau. Tuan Ibra dan Eric memicingkan kedua bola

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status