Share

AMARAH ERIC

Penulis: Nona Mawar
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-22 17:39:17

“Apa kamu baik-baik saja?” tanya Danny kepada Meysa untuk mengalih pertanyaan Eric terhadap Egard.

“Hem, terima kasih.” Meysa pun memperbaiki posisi tubuhnya.

“Hay, Cintya. Apa kabar?” sapa Danny sambil tersenyum paksa.

“Baik, sangat baik. Kamu lihat, apalagi aku sekarang sudah memiliki kekasih yang bisa bahagiain aku. Tidak seperti kamu, gak bisa bahagiain aku!” sindir Cintya.

Danny menghela nafas panjang, ingin sekali memberitahu kepada wanita itu bahwa dirinya cucu orang terkaya di negeri ini.

“Kalau begitu selamat. Semoga kalian terus bahagia sampai akhir,” pesan Danny tanpa beban sama sekali.

Entah hatinya sudah tertutup atau memang dirinya yang saat ini tidak peduli akan cinta, yang ia pedulikan mencari tahu pembunuh kedua orangtuanya. Itu tujuan Danny sekarang.

“Tentu saja.” Cintya pun melengos, berganti menatap Eric dengan senyuman manis. Tangannya pun tidak lupa merangkul mesra lengan kekasihnya.

“Dasar pelakor!” umpat Meysa melihat kemesraan Cintya dan Eric.

Cintya hanya melengos, tidak peduli dengan hinaan Meysa, yang terpenting bagi Cintya sekarang adalah ia bisa memiliki kekasih yang mapan, yang bisa memberikan apapun yang ia mau.

Meysa pun berlalu pergi dari hadapan mereka semua. Sakit hati dengan perbuatan Eric dan Cintya. Lebih baik ia akhiri hubungannya dengan Eric ketimbang menanggung lara karena perselingkuhan mereka berdua.

“Pergi sana yang jauh! Jangan pernah kembali lagi!” seru Cintya lalu tertawa mengejek atas kekalahan Meysa.

Danny yang melihat sikap Cintya barusan merasa muak. Terbuat dari apa hati Cintya? Kenapa ia bisa pernah jatuh cinta terhadap wanita itu? Danny bersyukur diperlihatkan sikap asli Cintya sekarang. Ia pun tidak menyesal telah mengakhiri hubungannya dengan wanita itu.

“Egard, ayo kita pergi. Aku rasa, sudah tidak ada urusan lagi di sini!” perintah Danny kepada asistennya.

“Baik, Tuan.” Egard mengangguk dan sedikit membungkuk, lalu mempersilahkan Danny untuk melangkah lebih dulu.

Melihat sikap Egard terhadap Danny, jelas membuat Eric dan Cintya mengangkat satu alisnya.

“Tunggu!” seru Eric.

Egard dan Danny berhenti melangkah, asisten Danny pun menoleh ke belakang.

“Ada apa, Tuan Eric?” tanya Egard.

“Kenapa kamu memanggilnya tuan? Memang dia siapa? Dia hanya lelaki miskin, Egard.” Eric bingung.

“Maaf, Tuan. Sekarang dia bukan lagi orang miskin seperti apa yang Anda bayangkan, tetapi dia adalah cucu Tuan Besar yang saya maksud,” terang Egard membuat Eric dan Cintya terkejut, sampai-sampai rangkulannya terlepas begitu saja.

“Apa kamu bilang?” Eric menatap Egard tidak percaya.

“Jangan hiraukan mereka, Gard. Lebih baik, kita pergi sekarang. Masih banyak urusan yang harus aku selesaikan,” cicit Danny, malas menjawab rasa penasaran Eric dan Cintya.

“Baik, Tuan.” Egard mengiyakan.

“Maaf, Tuan Eric. Kami harus seger pergi.” Egard pun berpamitan.

“Hey, tunggu! Jelaskan dulu kepadaku!” teriak Eric emosi.

Egard dan Danny tidak peduli dengan teriakan Eric.

Danny yakin, setelah ini Eric akan bertanya langsung kepada kakeknya. Biar beliau saja yang menjelaskan.

***

Benar dugaan Danny, demi menjawab rasa penasarannya, Eric mendatangi rumah kakeknya untuk bertanya langsung.

Saat itu, sang kakek tengah duduk di ruang tengah sembari memangku tablet yang selalu menemani beliau mengisi waktu luang. Memantau pekerjaannya dari tablet tersebut.

“Kakek!” teriak Eric saat kaki melangkah masuk ke rumah sang kakek.

“Astaga, anak ini selalu berteriak ketika memanggilku,” keluh Tuan Willam. Jengah dengan sikap cucunya bernama Eric.

“Ada apa?” tanya Tuan Willam tanpa merubah posisinya.

Eric segera menghampiri sang kakek lalu duduk di depan beliau.

“Apa benar Kakek punya cucu lagi selain aku? Bagaimana bisa?” Eric bertanya sedikit emosi.

“Kamu sudah bertemu dengannya? Apa papamu yang memberitahumu?” Tuan Willam bertanya balik.

Alis Eric terangkat satu mendengar pertanyaan sang kakek, apa itu artinya papanya sudah tahu kebeneran ini? Kenapa beliau tidak memberitahunya? Begitulah cicit hatinya.

“Papa sudah tahu?”

“Hem, dia bahkan sudah tahu kalau Danny menjadi pimpinan di perusahaan.”

“Apa? Kenapa Kakek melakukan ini?”

“Memangnya salah?” Tuan Willam menutup tabletnya, kedua netra fokus menatap sang cucu.

“Jelas salah, Kek. Kakek mengambil keputusan tanpa kesepakatanku dan papa!” geram Eric menilai tindakan kakeknya itu salah.

“Maaf, Ric. Kakek mengambil keputusan ini atas dasar sikap kamu dan papamu selama ini. Kalian berdua tidak bisa menjadi pimpinan perusahaan, yang ada perusahaan hancur bila di tangan kalian berdua. Kakek tetap adil membagi harta kekayaan Kakek, tetapi untuk menjadi pemimpin yang paling pantas adalah anak kakek -- Fandy atau cucu Kakek --- Danny.”

Nafas Eric naik turun, ia tidak tahu bila selama ini sang kakek memikirkan hal ini. Ia tidak terima bila harus tersisih. Ia ingin menjadi pimpinan sekaligus pewaris sang kakek.

“Aku tidak terima ini, Kek. Yang pantas menjadi pimpinan itu aku, Kek!”

“Tidak, Ric. Kamu dan papamu masih labil, kalian berdua tidak pantas memimpin perusahaan. Kalian tenang saja, kalian masih bisa mendapatkan hak yang lain.” Sang Kakek mencoba menenangkan Eric.

Eric menggeleng, ia tetap tidak terima dengan keputusan sang kakek. Ia pun beranjak berdiri dengan wajah merah padam, dikarenakan amarah yang menyelimuti hatinya.

Eric berlalu pergi dari hadapan sang kakek, membuat Tuan Willam mengelus dada. Itulah yang tidak Tuan Willam sukai dari Eric.

Bertepatan dengan Eric yang akan pergi dari rumah sang kakek. Danny pulang, ia keluar dari mobil, sedangkan Eric akan masuk mobil, namun niatnya ia urungkan sebab melihat kehadiran Danny.

Mata Eric menatap nyalang kearah Danny, ia menunjukan sikap tidak sukanya kepada Danny.

“Aku harus melakukan sesuatu untuk menghabisimu!”

****

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dikira Pelayan Miris, Ternyata Pewaris   PENGACARA

    Kakek Willam berhasil Danny tenangkan, beliau dibawa pulang dan istirahat di rumah. Danny terus mendampingi sang kakek agar tidak kembali nekat seperti tadi.“Istirahat, Kek. Semoga impi ayah,” pesan Danny lalu menarik selimut menutupi tubuh kakeknya.“Maafin Kakek, Dan.”“Kakek tidak salah apa-apa,” jawab Danny, hatinya ikut sesak melihat beliau sesedih ini.Siapa yang tidak syok mendapati anaknya membunuh anaknya yang lain. Tuan Willam tidak pernah menduga Ibra akan melakukan hal kejam tersebut. Ternyata, harta membuat buta memang buukan isapan belaka. Bukan hanya cinta yang membuat buta, harta juga.“Jangan lakukan hal nekat seperti tadi, Kek. Ayah tidak suka dengan orang yang mudah putus asa,” kata Danny.Tuan Willam kembali bersedih, rasa rindu terhadap anak bungsunya membuncah. Seandainya saja dulu beliau tidak mengusir dan menerima istri Fandy, pasti kejadian ini tidak akan terjadi. Sekarang beliau menyadari, bahwa tidak semua orangtua benar dan anak selalu salah, terkad

  • Dikira Pelayan Miris, Ternyata Pewaris   HUKUM ORANG YANG BERSALAH

    [Tidak, Tuan. Memangnya kenapa?][Beliau tidak ada di rumah, Gard!][Apa!]Danny menjauhkan ponselnya dari telinga saat mendengar suara Egard yang melengking kuat, reaksi Egard sungguh luar biasa. Sambungan telepon langsung dimatikan, tidak lama kemudian Egard datang ke rumah untuk memastikan perkataan Danny. Danny sampai terkejut melihat kedatangan Egard yang cepat sampainya. “Naik apa kamu? Pesawat? Cepet banget datangnya!” Danny malah melawak. “Saya khawatir dengan keadaan Tuan Besar, Tuan. Bisa saja beliau berada dalam masalah besar,” ujarnya membuat kening Danny berkerut. “Masalah besar apa maksudmu?”Egard menelan Salivanya, saking khawatirnya dengan sang majikan, ia sampai keceplosan bicara. Egard bingung harus jawab apa, pasalnya sang majikan melarangnya untuk berbicara apa-apa kepada Danny. Tidak mau membuat cucunya itu semakin terlihat masalah. “Egard, masalah apa yang sedang kakek hadapi, katakan padaku!” desak Danny. “Maaf, Tuan.” Egard menggeleng. Beru

  • Dikira Pelayan Miris, Ternyata Pewaris   KAKEK HILANG

    “Kejam sekali mereka.” Meysa geram mengetahui pelaku pembunuhan orangtua Danny.“Terkadang, musuh terbesar adalah saudara sendiri, kadang juga mereka adalah orang yang paling berjasa,” kata Danny penuh makna.Memang, terkadang musuh terbesar seseorang adalah orang terdekat, namun terkadang mereka adalah orang yang paling berjasa. Bergantung dari saudara itu sendiri.Entah apa yang ada di dalam pikiran Tuan Ibra dan anaknya, sehingga mereka tega menghabisi nyawa saudaranya sendiri. Hanya karena sebuah harta, mereka tega berbuat keji. Seharusnya, mereka berusaha menyayangi, bukannya menyakiti.Mungkin, kalau sang kakek tidak berniat memberikan warisan kepada orangtua Danny, mungkin Tuan Ibra tidak membunuh mereka. Padahal, selama ini sang ayah sudah pergi menjauh dan tidak pernah merepotkan mereka. Beliau mampu membuktikan bahwa bisa hidup dengan tenang dan damai tanpa embel-embel keluarga besar yang kaya raya. “Sekarang, apa yang akan kamu lakukan sama mereka?” tanya Meysa ingin

  • Dikira Pelayan Miris, Ternyata Pewaris   CINTYA DIPERMALUKAN

    “Hay, Kek. Perkenalkan, saya Cintya. Kekasih Danny.” Cintya mengulurkan tangannya kearah Tuan Willam. Begitu pd-nya memperkenalkan dirinya sebagai kekasih Danny. Memang wanita tidak tahu malu. “Kekasih Danny?” Tuan Willam memandang Cintya tidak percaya. Beliau lalu beralih memandang Danny. Meminta kepastian lelaki tersebut. Tuan Willam tidak yakin kalau Danny lelaki buaya. “Bukan, Kek. Tapi, mantan.” Danny menatap tajam mata Cintya. Kesal karena berani mengaku-ngaku sebagai kekasihnya. “Oh, cuman mantan....” Tuan Willam pun merasa lega atas jawaban cucunya. Cintya tersenyum kaku, menahan malu, namun ia sudah bertekad bahwa akan merebut Danny kembali. “Mas, apa boleh kita bicara sebentar. Ada sesuatu yang ingin aku katakan sama kamu, Mas.”“Tidak ada yang perlu kita bicarakan. Lebih baik kamu pergi. Kamu tidak lihat aku sedang makan bersama keluarga?” Danny menolak mentah-mentah ajakan Cintya. Danny yakin, Cintya hanya akan membicarakan soal keinginannya kembali kepadanya la

  • Dikira Pelayan Miris, Ternyata Pewaris   PERMINTAAN KAKEK

    Eric menenggak minuman, suasana siang itu sedang panas, sama seperti suasana hatinya yang tengah terbakar api cemburu melihat kemesraan Danny dan Meysa tadi. Drrrrttt! Ponselnya berdering, dengan malas ia melihat layar ponselnya, memastikan siapa yang menghubunginya. Apa dia tidak tahu kalau saat ini hatinya sedang patah? “Wanita ini lagi!” keluh Eric memandang nama Cintya. Eric hampir meletakkan kembali ponselnya, namun tiba-tiba ia terpikirkan sesuatu. [Iya?] Akhirnya, Eric menjawab panggilan dari Cintya. [Hallo, Sayang. Bagaimana kabarmu? Kita ketemuan ya.][Oke!]Dibalik telepon, Cintya sangat senang sekali mendengar jawaban Eric.Segera Eric mematikan ponselnya, lalu bergegas bertemu dengan Cintya. Ada sesuatu yang harus ia bicarakan dengan wanita itu. Eric berharap, Cintya bisa melakukan apa yang ia inginkan. Mereka berdua di sebuah restoran sederhana, tidak mewah seperti dulu sebab saat ini Eric tengah menerima hukuman dari sang kakek, hukuman yang membuat diri

  • Dikira Pelayan Miris, Ternyata Pewaris   JADI STAF BIASA

    Kedatangan Tuan Willam ke kantor membuat seluruh karyawan yang bertemu dengan beliau segera membungkuk, memberikan hormat kepada pemilik perusahaan. Keadaan kantor pun mendadak sunyi, biasanya mereka akan bising dengan pekerjaan mereka, namun kali ini hanya tangan dan mata mereka yang bekerja, mulut mereka kunci rapat-rapat sebab Tuan Willam tidak suka dengan orang yang banyak mulut. “Papa?”“Kakek?”Tuan Ibra dan Eric sama-sama memanggil nama beliau lalu membungkukan setengah badan mereka, begitu juga dengan Meysa. Wanita tersebut mengikuti apa yang dilakukan oleh banyak karyawan. Sejenak, pandangan Meysa bertemu dengan Danny. Bertanya lewat tatapan kenapa sang kakek tiba-tiba datang ke kantor. Danny yang kini berdiri di belakang sang kakek mengedikan bahunya. Ia juga tidak tahu kenapa sang kakek ingin ikut ke kantor. “Kalian semua ikut ke ruangan saya!” perintahnya lalu melangkah ke ruangan Danny yang dulu menjadi ruangan beliau. Tuan Ibra dan Eric memicingkan kedua bola

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status