Melihat tak ada respons dari istrinya, Arga pun kembali mendekati Tuan Askara. "Maaf, Tuan. Bukan bermaksud untuk sombong, tapi saya membelinya di sekitar sini dan Anda pun sering makan di restoran ini," bela Arga setelah tuduhan itu. Tak lupa, ia menyerahkan nota pembelian di restoran terbaik yang ada di Jakarta.Sejujurnya, Arga tak habis pikir bagaimana Tuan Askara selalu saja berpikir buruk terhadapnya.Padahal, pria ini sudah tampak jelas sangat membutuhkan bantuan Arga, tapi Arga tak pernah diberlakukan baik.Apa bisa se-tidak-tahu-diri itu?"Dari mana kau mendapatkan uang?" tanya Tuan Askara mendadak sengit."Itu bukan urusan Anda, Tuan." "Lancang sekali kau melawan!" sentaknya.Arga pun tersenyum. "Saya tidak melawan, Tuan. Saya hanya menjawab apa yang harus saya jawab." "Saya pun tidak pernah melakukan tindakan yang kurang baik pada Maria. Bahkan, kalau Anda izinkan, saya mau membawa Maria pergi dari rumah ini dengan senang hati. Saya berjanji-"Belum selesai Arga menunta
Setelah masuk ke dalam kamar, Arga membuka makanan yang tadi ia beli.Pria itu menyuapi Maria dengan sangat telaten, sesekali mereka tertawa bersama, tampak jelas terlihat oleh mata tajam Tuan Askara kalau Maria begitu nyaman berada dekat dengan Arga.Dulu Maria bahkan tidak mau berkomunikasi dengan pelayan di rumahnya, ia selalu meminta pelayannya langsung pergi dari dalam kamarnya.Akan tetapi tidak dengan sekarang, dia melihat dengan mata kepala sendiri Maria begitu penuh semangat menerima setiap suapan yang diberikan oleh Arga.Sepertinya Arga bisa membuat sang adik kembali sembuh seperti sedia kala."Apakah aku harus membiarkan mereka keluar dari rumah ini?" tanya Tuan Askara di dalam hati.Pria itu mengintip dari celah pintu kamar Maria yang sebetulnya sengaja tidak ditutup rapat oleh Arga, karena ia tahu kakak iparnya tersebut pasti akan mengintai keberadaannya dan juga keberadaan Maria."Wah kamu makan banyak sekali,' Arga meledek Maria.Namun wanita cantik itu bukannya marah,
Esok harinya Arga dan Maria sudah bersiap-siap akan pergi dari rumah itu.Tuan Askara tampak sedikit murung. Karena sejujurnya beliau tidak ingin berjauhan dari sang adik.Maria dan Arga pun berjalan menuju ke meja Makan di mana sang kakak sudah menunggunya di sana."Silakan duduk," ucap Tuan Askara."Terima kasih," jawab keduanya kompak."Wah … wah, mau ke mana sepasang suami istri ini? Pasti bulan madu ya? tebak Nyonya Askara."Memangnya dia punya uang untuk bulan madu?" tante dari Maria seakan meledak Arga dan juga Maria.Bisa nggak sih kalian diam, ada Maria di rumah ini kalian keberatan, sekarang mereka mau pergi, mulut kalian masih saja usil. Aku sudah tahu semua belang kalian, sekarang aku mungkin masih bisa memaafkan kalian berdua dan memberi satu kali kesempatan lagi untuk memperbaiki diri," ucap Tuan Askara tegas, membuat sang istri yang memang tidak memiliki rasa takut terhadap apapun, melempar serbet ke atas meja makan."Apa yang sudah aku lakukan pada adik kesayanganmu in
Setelah tiba di apartemen mewah yang diberikan oleh sang papa, kini Arga dibantu petugas apartemen membawa kopernya menuju ke init apartemen miliknya.Tampak jelas Arga melihat sang istri seakan ketakutan saat bertemu orang asing, kecurigaannya terlalu berlebihan menatap orang asing dan genggaman tangannya mengerat.Apa mungkin ada hal buruk yang dilakukan dua wanita jahat itu terhadap Maria? pikir Arga."Kita masuk ya," ajak Arga setelah mereka tiba di depan unit apartemennya.Maria buru-buru mengangguk, lalu Arga mengajaknya masuk lebih jauh ke dalam."Ini Tuan kopernya," ucap petugas keamanan yang membantu Arga."Terima kasih ya Pak," jawab Arga lalu mengeluarkan 5 lembar uang berwarna merah diberikan untuk petugas keamanan tersebut."Tidak usah Tuan, ini sudah kewajiban saya membantu Anda," sahutnya menolak pemberian Arga."Saya yang memberikannya Pak, bukan bapak dan meminta. Ambillah Pak," bujuk Arga.Petugas keamanan itu pun terpaksa mengangguk, dan kembali mengucapkan terima k
"Anda mau kemana Nyonya?" tanya sopir yang tadi mengantarkan Arga saat pergi dari rumah ini. Sang sopir melihat Nyonya Askara sedikit terburu-buru, dan ia menganggap kalau wanita ini Membutuhkan bantuannya."Ah kebetulan kau datang. Antarkan aku, ke apartemen yang ditempati orang miskin itu!" serunya tegas."Maksud anda, Arga?" tanya sang sopir."Siapa lagi kalau bukan dia," jawabnya ketus.Sopir itu pun mengantarkan sang nyonya ke tempat di mana tadi ia menurunkan Arga dan juga Nona Maria.Setelah menempuh perjalanan cukup jauh. Mereka pun mulai memasuki kawasan apartemen super mewah.Nyonya Askara sedikit bingung, setahunya sang suami tidak pernah memiliki apartemen di kawasan ini.Apartemen milik mereka memang mewah, tapi tidak di kawasan elit. Dia jadi ragu kalau sang sopir ternyata salah jalan menuju ke apartemennya."Apa kau yakin ini apartemennya tempat kau tadi mengantarkan manusia miskin itu?" tanya Nyonya Askara pada sopir, ketika mereka sudah berada di lobby apartemen."Sa
Esok harinya, bel apartemen Arga berbunyi. Arga membuka pintu apartemennya.Ceklek"Selamat siang Tuan, saya Nando orang yang akan membantu anda dan Nyonya kapan saja kalian butuh bantuan saya," ucapnya.Nando adalah orang kepercayaan Tuan Gavin Dewantara yang khusus akan disiapkan menjadi asisten pribadi sang anak. Meski Arga belum mau ke Jerman, setidaknya Nando sudah mulai diminta untuk menjadi tangan kanan Arga."Arga." jawabnya sambil membalas uluran tangan Nando. "Mari silahkan masuk, saya mau siap-siap dulu ya," ucap Arga."Baik Tuan, terima kasih." Nando pun masuk dan duduk di ruang tamu. Hari ini dia akan menemani Arga dan istrinya ke Mall dan makan di restoran. Sopir pun sudah siap menunggu di mobil.Tadi malam Arga sudah menceritakan semua pada Maria, walau Maria tampak belum bisa hidup normal dan masih berada dalam trauma berat, tapi Arga akan membantunya untuk sembuh."Ayo Nando, kita berangkat," ucap Arga."Baik Tuan, mari," sahut Nando. Lalu mereka pun menuju ke dalam
"Maria, sudah aman. Aku akan selalu melindungimu," ucap Arga.Arga memeluk sang istri yang tak henti-henti menangis seperti orang linglung."Tuan, saya akan pesankan anda makanan. Sebaiknya Nyonya kita ajak pulang sekarang ya," ucap sang asisten."Iya. Kita jalan sekarang saja. Sebentar lagi Maria pasti tenang," jawab Arga. Pria itu masih memeluk Maria dengan erat. Dia terus meyakinkan Maria kalau mereka saat ini sudah aman dari kawanan preman itu. Maria masih terus menangis dan meronta, dalam pelukan Arga."Ya Tuhan, sembuhkanlah Maria. Beri aku jalan untuk bisa menyembuhkannya Tuhan," doa Arga di dalam hati.Sampai akhirnya mereka pun tiba di unit apartemen Arga. "Saya sudah panggilkan dokter untuk Nyonya. Anda masuklah temani Nyonya, biar saya di sini menunggu dokternya datang Tuan," kata sang asisten.Arga mengangguk, "terima kasih ya. Aku masuk dulu," jawab Arga.Tak berselang lama dokter pun datang ke apartemen milik Arga, ia disambut oleh sang asisten.Pria itu lali mengetuk
Di sisi lain tepatnya di Jerman, kini Tuan Gavin Dewantara sedang bersantai di ruang keluarga, tiba-tiba istrinya datang dan ikut duduk di sana.Dan hal itu dimanfaatkan oleh Tuan Gavin untuk menceritakan pertemuannya dengan Arga, dari awal bertemu sampai akhirnya Arga akan kembali ke rumahnya."Apa Papa yakin dia anak Papa yang hilang?" tanya Yuna, istri kedua Tuan Gavin. Rasanya Yuna tak percaya kalau anak yang dulu sudah dibuang olehnya, kini ditemukan lagi.Hati kecilnya masih berharap kalau sang suami hanya mengigau."Papa bahkan sudah melakukan tes DNA. Dan dia masih mengenakan kalung pemberian Almarhum Mamanya," ucap Tuan Gavin."Gawat ini, jangan sampai orang itu kembali ke rumah ini. Bisa-bisa semua usahaku selama puluhan tahun gagal berantakan," ucapnya di dalam hati. Ia akan melakukan berbagai macam cara untuk bisa membuat Arga tidak kembali lagi ke rumah ini, sampai kapanpun dirinya tidak rela kalau Arga datang dan bisa saja akan membongkar semua kebusukannya di masa la