Waktu dan tempat memaki Brama dipersilakan đ Rumah tangga tidak ada yang sempurna adem ayem ye kan? Apalagi rumah tangga horang kaya đ
Kehidupan Brama dan Nawa banyak berubah setelah memiliki anak. Tentu saja membawa mereka pada vibes positif. Meskipun menjadi orang tua tidaklah mudah, mereka berusaha memberikan yang terbaik untuk kedua anaknya. Kanza dan Kenzo menjadi pelipur lelah mereka.Setelah diberi mandat dari Boby untuk mengelola Sunmond Care, Pasutri tersebut pindah ke Gresik. Ida dan pengasuh Kembar dibawa ikut serta. Rumah di Nganjuk tidak dikosongkan, melainkan ada yang ditugaskan menempati. Rumah itu untuk investasi dan tujuan ketika pulang kampung. Kadang Zidan dan Alvina sengaja menginap di sana. Atau Heru jika ingin.Beberapa bulan setelah kelahiran Twin, Gilang menikah. Sebagai hadiah karena kesetiaan, ia dan Yadi dipercaya mengelola pabrik air mineral Brama yang sedang masa berjaya. Tentu saja masih tetap dalam pengawasan Brama. Sebagai pengawal pengganti, sudah ada pengganti yang sudah lolos uji dari Gilang dan Yadi. Tingkat kesetiaannya harus setara.Untuk bisnis aplikasi di luar negeri, Brama masi
âLo jangan membuat huru-hara di tengah kebahagiaan gue, ya, Bim. Gue potong sosis lo kalo macem-macem!" ancam Brama.âWey, wey, wey! Santai. Jangan anarkis!"âLalu apa maksud lo bilang begitu?ââMaksud gue, gue dalam bahaya besar karena sepertinya Daddy akan membagi warisannya ke anak-anak lo juga. Jatah gue berkurang, njir!âSemua yang ada di sana menahan senyum. Sementara Brama mengangkat tangannya yang terkepal ke arah sang adik. âAmbil sono jatah Kembar. Gue nggak butuh. Dasar duda tamak!ââSudah jadi bapak kudu sabar weh. Nggak malu sama anaknya kalau bapaknya emosian?â sindir Bima lagi, membuat Brama ingin menendang adiknya itu ke inti bumi.âTiba-tiba Daddy dapat inspirasi dari ucapan Bima. Sebagai hadiah dan rasa syukur atas lahirnya si kembar, Daddy kasih saham Sunmond Care untuk mereka. Di sana kepemimpinan resminya masih kosong. Jadi, Brama yang harus mengelolanya karena si kembar belum memungkinkan. Akan Daddy urus segera pengalihannya. Kalau perlu saat ini juga. Mom, mana
Brama menghentikan laju bed di mana sang istri tengah berbaring sebelum benar-benar masuk ruang perawatan. Ia menatap bergantian pada keluarganya yang ada di dalam ruangan.âSiapa yang mengizinkan kalian masuk! Untuk apa kalian ke sini?â pekik Brama.Mereka diam.Sementara Nawa sudah histeris. Ia ketakutan jika anaknya sampai disakiti atau dibawa keluarga suaminya itu.âSayang, tenang. Nggak akan kubiarkan mereka mengambil anak-anak.â Brama terus menggenggam telapak tangan istrinya dengan tangan kiri.âSir, suruh mereka pergi. Kumohon.ââIya, tapi kamu jangan panik."Brama ganti menatap perawat yang mengantar. âSaya mau istri saya pindah kamar.âBrama lalu menghubungi Gilang. âKerahkan pasukan. Perketat keamanan ruang bayi. Pastikan tidak ada orang asing masuk. Terlebih jangan biarkan keluarga Tangerang mendekat.âBrama mengode dengan kepala pada perawat agar Nawa urung dimasukkan. Ia ingin sang istri dijauhkan dari ruangan tersebut. Namun, Bima sudah lebih dulu berhasil mencekal pingg
âLo aja yang ke sana. Gue mau balik.â Brama hendak menutup kembali pintu kamar, tetapi ditahan oleh Bima.âKenapa? Lo mau melarikan diri? Atau takut ketemu daddy? Gue curiga semalem lo bicara aneh sama dia sampai tiba-tiba sadar gini.ââSuudzon aja lo.ââPokoknya lo harus ikut.â Bima menyeret lengan sang kakak.âGue masih pakai sarung njir. Bentar gue ganti baju dulu.â Brama menepis tangan Bima kasar.âYa udah, gue tunggu. Takutnya lo kabur. Yang gantle, Bre. Masa takut sama daddy.ââGue nggak takut. Sembarangan mulut lo.âBrama masuk kamar, lalu mengganti pakaian dengan celana panjang dan kaus, lantas memakai jaket. Ia dan sang adik kemudian menuruni anak tangga.âBima! Ke mana ini anak? Tadi ngajak cepat-cepat, sekarang malah ilang!â Terdengar gerutu Gahayu di lantai bawah. Wanita tersebut mondar-mandir tak jelas.âIya, aku datang!â balas Bima dengan suara keras. Ia turun bersisian dengan Brama.âDasar kamu itââ Kalimat Gahayu tidak terucap sempurna tatkala melihat siapa yang ada di
âBukan gitu. Cuma firasatku nggak enak. Takut mereka menahan dan melarang Sir menemuiku lagi. Aku takut mereka memisahkan kita.â Bibir Nawa mengerucut. Ia menatap suaminya sendu.Brama tersenyum. Ia menghentikan aktivitasnya, mendekati sang istri. âApa ini artinya kamu sudah benar-benar bucin sama suamimu ini, hm? Sampai-sampai ditinggal sebentar saja tantrum gini.âNawa mengangguk tanpa ragu. Ia sudah terbiasa ditinggal Brama dalam urusan bisnis. Namun sekarang, rasanya beda saat Brama akan meninggalkannya ke Tangerang. Pasti mertuanya itu tidak akan tinggal diam dan melakukan sesuatu agar Brama meninggalkannya.Brama menyelipkan telapak tangannya ke belakang telinga Nawa, menyibak rambut legam itu. âSayang, aku bukan anak kecil yang bisa dengan mudah dilarang atau ditahan. Suamimu ini sudah dewasa, sudah bisa membuat anak, dan mau jadi bapak-bapak. Jadi, nggak akan semudah itu ditahan di sana. Pokoknya kamu tenang saja. Insyaallah aku akan kembali. Kalau mereka melarang, aku akan me
âSorry, Bim. Kalau sekarang gue nggak bisa. Ada acara di rumah,â jawab Brama.âNggak usah alesan! Sekali ini aja tolong lo datang. Daddy sudah beberapa hari ini nggak sadar. Lo nggak takut menyesal kalau sampai dia tiada dan lo belum sempet minta maaf, nggak sempet ketemu untuk yang terakhir kali? Bentar, gue alihkan dengan video call. Biar lo lihat sendiri betapa memprihatinkannya pria yang sudah menyumbangkan kecebongnya sampai lo bisa ada di dunia ini."Bima mengubah panggilan menjadi video call. Di sana memperlihatkan Boby tengah berbaring tak berdaya dengan beberapa alat penopang kehidupan terpasang di tubuhnya. Sementara Bima memakai APD yang dikhususkan untuk masuk ruang ICU.âKenapa lo baru bilang sekarang di saat gue sibuk, hah! Gue nggak alesan, gue beneran sibuk. Ada acara penting di sini!"âMau ada acara apa? Apa lebih penting daripada bokap lo, hah!ââIni acara sakral Nawa! Gue nggak bisa meninggalkan di mana saat ini acara intinya.ââLo bucin boleh, tapi jangan durhaka-d
Nawa mengangguk. âYa. Terlebih orang tua Sir. Setelah aku lahiran, baru Sir boleh mengabari mereka. Aku nggak mau mereka berbuat sesuatu untuk mencelakakan calon anak kita.ââBapakmu juga? Nggak mau mengabari mereka berita bahagia ini?âNawa menggeleng. âNggak usah dulu sebelum calon anak kita benar-benar berkembang dan sehat. Minimal empat bulanlah.ââBaiklah. Apa pun yang membuatmu nyaman, aku turuti. Tapi untuk pekerja di rumah ini harus tahu, biar mereka ikut jaga kamu.â Brama meraba perut sang istri, mengelusnya lembut. âSayang, ceritakan padaku kapan pertama kali tahu kalau hamil.ââBaru beberapa hari yang lalu, sih.ââGimana perasaanmu?âNawa membalik tubuh, menghadap suaminya. Ia membelai rahang tegas yang bersih dari rambut tersebut. âNangis.ââNggak bahagia?ââLebih dari itu. Rasanya seperti dahaga setelah kemarau sekian lama, lalu Allah menurunkan hujan. Yang ada rasa syukur yang luar biasa sampai nggak bisa diucapkan dengan kata-kata. Kalau Sir? Bahagia nggak?âBrama terke
âSinikan ponselnya. Kamu nggak perlu banyak pikiran. Biar kuurus peneror itu. Sekarang, tolong hanya fokuskan pikiranmu untuk calon anak kita.â Brama menengadahkan tangan. Ia dan sang istri tiba di depan apotek klinik. Pria itu mengajak duduk istrinya dengan tangan masih merangkul.Nawa melengos. âBilang aja mau meladeni dia, mau ketemu dia, trus habis itu jatuh cinta.ââAstaga, kamu bersikap menyebalkan seperti ini kuanggap maklum karena kamu sedang hamil. Kalau tidak, sudah kumakan kamu. Heran, kerjaannya suudzon terus sama suami.ââLah iya, harus dicurigai terus. Salah siapa selalu bikin masalah.ââKamu yang bikin masalah sebenarnya. Sudah kujelaskan itu orang gila. Atau mungkin Stevie yang sengaja membuat huru-hara lagi. Tapi tunggu, katanya tadi kamu ke sini untuk perawatan yang lain, tapi kenapa pas di dalam tadi beda?âNawa hanya melirik, tidak menjawab.âNyonya Annawa!â Suara dari meja administrasi membuat keduanya bangkit.âKamu duduk di sini saja, biar aku yang ambil obat sa
âPaket? Pesan? Apaan?â Wanita itu menatap Brama dengan pandangan menyelidik. âAku nggak ngirim apa-apa.ââOh, bukan kamu, ya? Lalu siapa? Oh, orang iseng mungkin.â Brama merutuki mulutnya yang terlalu tidak sabar bertanya. Harusnya ia bisa berhati-hati menghadapi jebakan ini.Wanita itu lalu berkacak pinggang. âAku jadi curiga. Pesan apa? Siniin ponselnya. Mau kulihat!âIalah Nawa yang baru keluar dari kamar mandi yang letaknya di depan ruang periksa.âAh, bukan apa-apa. Lupakan. Lalu kenapa kamu ada di sini, Sayang?â"Jangan mengalihkan bahasan! Paket dan pesan apaan?""Jawab dulu pertanyaanku. Kenapa kamu keluyuran sampai sini? Katanya sudah stop Promil?"âAku udah terbiasa periksa sama Dokter Rani. Sir tahu itu. Hari ini aku ada jadwal perawatan Miss V. Harusnya aku yang tanya. Ngapain Sir keluyuran di sini?â Nawa menyeret sang suami pindah ke tempat lebih tepi agar tidak mengganggu jika ada yang ingin ke toilet.âOh, itu tadiâââSiniin ponsel Sir. Pasti ada yang nggak beres.ââNgg