Sejak tadi tak ada percakapan yang terjadi antara Thania dan Dicky. Padahal mereka sudah tiba di Jakarta. Thania masih sama, masih berasa bersalah dan tidak enak pada Dicky. Membuat Thania tak berani mengajak Dicky untuk berbicara. Sedangkan Dicky tak tau harus berbicara apa karena Thania diam. Biasanya Thania akan mengoceh panjang. Tapi tak tau kenapa kali ini Thania hanya diam sepanjang perjalanan.
Perut Dicky tiba-tiba berbunyi. Membuat Dicky merasa malu pada Thania. Mengapa perutnya ini tak bisa diajak kompromi. Thania yang mendengar bunyi perut Dicky itu tersenyum geli. Dicky juga tampak menahan laparnya. Sangat lucu menurut Thania.
"Kita makan dulu," ujar Thania.
"Kamu laper?"
"Kamu yang laper Dicky, itu perut udah bunyi, kita mampir ke restoran dulu ya," ajak Thania.
"Tapi--"
"Heh, aku gak nerima penolakan," ujar Thania.
Dicky akhirnya menurut. Thania sedikit beruntung karena bunyi perut Dicky itu. Memb
Hai, aku Thania. Lahir tanggal 1 Februari di Jakarta. Aku adalah anak tunggal dari seorang pemilik restoran terkenal di Jakarta. Ayahku bilang suatu saat nanti aku yang akan melanjutkan bisnis restoran itu. Aku tentunya tak menolak permintaan ayahku itu. Sejak kecil aku selalu dimanja oleh ayah dan ibuku. Apa saja yang kuinginkan pasti akan aku dapatkan. Mereka selalu ada di sisiku saat aku sedih maupun senang. Membuat aku merasa ayah dan ibuku adalah orang tua terbaik di dunia. Sama dengan Putri, aku juga dijuluki primadona di JIS. Banyak yang memuji kecantikanku. Namun sayang aku berbeda dengan Putri yang lebih pendiam. Aku lebih terbuka dan lebih berbaur dengan teman temanku. Mungkin karena aku anak tunggal yang mungkin sering kesepian dirumah. Banyak lelaki yang mencoba mendekatiku di sekolah. Mungkin karena kecantikanku. Tapi aku tak peduli. Karena jika mereka menyukaiku karena kecantikanku, itu hanya perasaan kagum. Bukan cinta. Aku butuh orang yang
Pagi itu Ibu Dicky dan Nisa sudah kembali ke Jakarta. Nisa pagi itu bersikeras untuk sekolah. Padahal ia dan Ibu Dicky baru saja tiba dari Bandung. Dicky yang masih terlelap pagi itu dibangunkan oleh Nisa. Nisa sangat ingin diantarkan sekolah oleh Dicky pagi ini. Mau tak mau Dicky akhirnya bangun dan juga bersiap siap ke sekolahnya. "Ma, Nisa kenapa sekolah hari ini? Kan baru nyampe dari Bandung," tanya Dicky pada ibunya saat sarapan bersama. "Gak tau, dari tadi dia ngotot banget mau sekolah," jawab Ibu Dicky. Nisa saat itu hanya tersenyum pada Dicky yang menatapnya. Ada yang aneh pada Nisa hari ini. Namun ia tak terlalu memikirkan hal itu. Setelah sarapan Dicky akhirnya berangkat untuk mengantarkan Nisa terlebih dahulu. Nisa terlihat lebih ceria hari ini. Nisa banyak bercerita pada Dicky saat itu. Sampai akhirnya motor Dicky berhenti di depan sekoah Nisa. "Kamu yang rajin ya belajarnya, jangan berantem sama teman kamu," ujar Dicky pada Ni
Gue Brayn. Lahir tanggal 3 Januari di Kota Bandung. Gue tinggal ama nyokap sejak kecil. Nyokap gue adalah seorang pemilik hotel mewah di Jakarta. Sejak kecil, gue gak pernah liat sosok bokap di idup gue. Siapa bokap gue, bagaimana bokap gue, gue gak pernah tau. Nyokap bilang, bokap ninggalin dia waktu gue masih di dalam kandungan.Hidup sebagai orang kaya menurut gue sangat tidak menyenangkan. Kalau gue boleh memilih, gue lebih memilih hidup sederhana namun bisa selalu bersama dengan keluarga. Gue bahkan iri sama orang-orang yang bisa hidup bahagia dengan keluarganya. Yang mana anak dan orang tua selalu memiliki waktu untuk berkumpul bersama. Tidak seperti gue yang selalu kesepian karena kesibukan nyokap.Ya, memiliki sebuah hotel mewah di Jakarta membuat nyokap sibuk sampai ia melupakan anaknya. Mungkin aja, nyokap gak pernah tau apa makanan kesukaan gue. Bahkan gue lebih sering curhat ke pembantu gue di rumah dari pada nyokap. Saat makan bersamapun tak ad
Dicky mempercepat laju motornya saat itu menuju sekolah Nisa. Sekali lagi dengan harapan adiknya itu akan baik-baik saja. Dan berharap adiknya tidak menjadi korban karena permusuhannya dengan Levin. Ia tak akan memaafkan dirinya kalau itu sampai terjadi. Tentunya ia juga akan menghabisi Levin.Setibanya di sekolah Nisa, Dicky langsung mencari keberadaan adiknya itu. Namun ia tak menemukan keberadaan adiknya itu di sekolah. Ia juga sudah menghubungi ibunya. Namun ibunya bilang, ia belum menjemput Nisa. Hal itu membuat Dicky semakin khawatir. Dimana keberadaan adiknya sekarang? Padahal sekarang sudah waktunya jam pulang sekolah untuk Nisa.Namun tiba-tiba Dicky melihat sebuah kerumunan di tengah jalan. Seperti habis terjadi kecelakaan. Dicky mencoba bertanya kepada seseorang yang akan menghampiri kerumunan itu. Dan ternyata benar, habis terjadi kecelakaan kala itu. Orang itu bilang korbannya seorang anak kecil yang ditabrak lari. Membuat Dicky khawatir. Dicky menco
Semua sedang berduka saat itu. Terutama Dicky. Ada rasa bersalah yang besar di hatinya kepada adiknya yang sudah tak bernyawa itu. Ia hanya menatap jenazah adiknya itu dengan tatapan kosong. Rey dan Ryan saat itu yang mengurus semua keperluan untuk pemakaman Nisa. Dan mereka berdua jugalah yang menghalangi siapapun yang ingin mendekati Dicky. Karena mereka paham. Dicky tak ingin didekati saat ini.Sedangkan Ibu Dicky gagal untuk menahan tangisnya dan juga gagal untuk menerima kenyataan. Ia menangis melihat jasad putrinya itu dan berkali-kali pingsan. Mengapa anak bungsunya itu harus pergi secepat ini? Putri dan Thania saat itu hadir bersamaan. Namun mereka tak saling sapa. Ada perasaan canggung di antara mereka berdua. Berjuang untuk mendapatkan hati Dicky membuat hubungan mereka kurang baik dan berakhir dengan tak saling sapa.Thania dan Putri mencoba untuk menghampiri Dicky yang sedang terduduk dengan tatapan kosong itu. Berharap b
Malam itu Dicky bersiap untuk keluar. Ia akan menemui Levin untuk membalaskan dendamnya atas kematian Nisa. Tentunya Dicky berbohong pada ibunya saat meminta izin. Dicky izin pada ibunya untuk menemui Ryan dan Rey. Ia juga ingin menghibur diri katanya. Vina yang saat itu masih berada di kediaman Dicky bersama ibunya tak tau kenapa merasa aneh. Perasaan Vina juga tiba-tiba tidak enak tentang Dicky. Namun Vina hanya diam. Mungkin hanya perasaannya.Dicky menghubungi Rey yang sudah ditugaskannya untuk mencari posisi keberadaan Levin. Rey bilang Levin selalu berkumpul bersama Kemal dan Mondi di basecamp mereka yang tak terlalu jauh dari rumah Dicky. Rey memberikan titik lokasinya. Dan benar saja, Dicky tau tempat itu."Tunggu kita di sana Dicky, gue ama Ryan bakal langsung nyamperin lo," ujar Rey."Gak perlu, gue yang bakal habisin mereka sendiri, ini urusan gue ama Levin," bantah Dicky."Tapi Dicky--"&n
Dicky langsung dibawa ke UGD saat tiba di rumah sakit. Dicky langsung di tangani oleh dokter. Putri dan Thania sangat panik. Mereka tak ingin kehilangan orang yang mereka cintai. Thania sampai menangis kala itu. Ia benar-benar takut kehilangan Arielnya kembali. Putri yang melihat hal itu duduk di samping Thania dan menenangkannya."Hei, kita harus yakin Dicky akan baik-baik saja, ya?" ujar Putri.Sempat ada rasa kagum di hati Thania pada Putri. Di saat seperti ini ia tak mementingkan egonya. Memang benar kata Putri. Di saat seperti ini hanya tenang yang bisa dilakukan. Yakin Dicky akan baik-baik saja. Ibu Dicky akhirnya datang bersama Vina dan ibunya. Tentunya Ibu Dicky menangis sejadi-jadinya. Baru saja ia kehilangan anak bungsunya. Namun kali ini anak sulungnya sedang berada di antara hidup dan mati."Kenapa harus anak-anakku? Kenapa bukan aku saja yang pergi?" ujar Ibu Dicky frustasi.Mendengar perkataan Itu, Vina dan Putri menghampiri Ibu Dicky
Mata Dicky akhirnya terbuka secara perlahan. Dicky sadar. Ibu Dicky langsung memeluk anak sulungnya itu yang sekarang mungkin sudah berubah status menjadi anak tunggalnya. Ibu Dicky menangis sejadi-jadinya. Bersyukur anak satu-satunya yang ia miliki sekarang itu tak pergi meninggalkannya."Kenapa kamu lakuin ini Dicky? Kenapa kamu bahayain diri kamu? Kenapa kamu juga mau ninggalin mama?" tangis Ibu Dicky."Aku cuma mau ngebales kematian Nisa ma, sekarang aku udah tenang, orang yang ngebunuh Nisa mungkin sudah berada di tempat yang semestinya, aku janji gak bakal kenapa-napa lagi ma," ujar Dicky.Ibu Dicky sedikit tenang mendengar janji anaknya itu. Ryan dan Rey juga sudah mengabari pada Dicky bahwa Rey dan teman temannya juga sudah ditangkap oleh polisi. Membuat Dicky lega. Suka cita saat itu menghapiri. Ryan dan Rey juga ikut memeluk Dicky saat itu. Berharap ini adalah kesedihan terakhir yang ia rasakan.Namun sepertinya harapan itu tidak ter