Share

8.Serba salah

“Lama banget shalatnya, Kamu shalat apa tidur?!” tanya Mayang kesal.

“Tidak, Bu. Aku selesai shalat langsung kemari,” jawab Riana lembut.

“Kenapa jadi lama banget? Ya, sudahlah langsung pijat saja, awas kalau mijatnya tidak enak!”

Riana pun diam. Dia memilih memijat ibu mertuanya dengan lembut.

Sungguh, ia tidak mau kalau Mayang akan merasa kesakitan dengan pijatannya. Jadi, ia melakukan hati-hati, karena tidak menginginkan kalau mertuanya akan marah.

“Heh, Riana! Kamu mijat apa mengelus sih?!” tanya Mayang kesal, karena ia malah merasa geli.

“Maaf, Bu. Aku tidak mau kalau Ibu akan kesakitan,” kata Riana lembut, tidak pernah terpancing menjawab mertuanya dengan nada tinggi.

Hanya kemarin saja, ia sempat terpancing karena merasa lapar dan lelah.

“Kalau Kamu memijatnya seperti itu, itu bukan memijat namanya melainkan mengelus. Pijat dengan keras!” perintah Mayang.

Riana lantas menuruti perkataan Mayang, dia memijat mertuanya dengan keras, membuat Mayang menjadi menjerit karena kesakitan. Tetapi, Riana tetap melanjutkan memijatnya, ia tidak memerdulikan teriakan Mayang.

“Kamu mau membuatku mati, Riana!” tuduh Mayang kesal.

“Bukannya Ibu sendiri yang menyuruhku memijat dengan keras?” sanggah Riana.

“Bisa banget Kamu ya melawan!” geram Mayang.

“Aku tidak melawan, Bu. Hanya saja—“ perkataan Riana terpotong.

“Diam! Keluar dari sini, biar Aku panggil tukang pijat saja kemari!” usir Mayang dengan wajah memerah karena marah.

“Aku keluar dulu.” Pamit Riana melangkah keluar dengan lesu, ia menutup pintu kamar Mayang pelan.

“Dasar menantu tidak berguna! Kenapa sih, Reynald mempertahankan wanita seperti dia?” umpatan Mayang di dalam kamar.

Riana masih berada di dekat pintu, ia mendengar umpatan Mayang di dalam kamarnya. Dia mengelus dadanya berusaha sabar dengan nasib yang sekarang dia jalani, memang tidak mudah harus menahan amarah di rumah suaminya.

“Sabar Riana, sabar. Semuanya pasti akan indah pada waktunya kalau menjadi orang yang sabar,” kata Riana berusaha menguatkan dirinya sendiri.

Riana memilih memasak makan siang untuk makan, ia sengaja memasak banyak siapa tahu mertuanya akan ikut makan bersamanya. Dia memasak sambil bersenandung kecil, ingin menghibur hatinya supaya tidak terlalu kepikiran dengan perkataan mertua.

Setelah sudah selesai, ia mengetuk pintu kamar Mayang memanggil mertuanya untuk makan bersama.

“Bu, mau makan tidak? Aku sudah masak,” kata Riana dari luar.

“Masak apa?” tanya Mayang dengan berteriak dari dalam.

“Masak telur ceplok aja, karena lauk dan sayur sudah habis,” jawab Riana.

“Cih, telur ceplok mana enak. Kamu saja yang makan, Aku tidak kepengen,” tolak Mayang, ia masih berbaring di kasurnya.

Riana mendengar itu langsung memilih makan seorang diri di dapur, ia akan menikmati telur ceplok dengan nasi hangat yang diberikan sedikit kecap. Makanan yang sangat enak sekali saat masih hangat dan lagi pula yang dia pikirkan adalah asal bisa makan saja sudah bersyukur.

.

Sedangkan Reynlad tengah menunggu Diandra di restoran, ia akan makan siang bersama dengan wanita cantik itu. Membayangkannya saja membuat darah Reynald berdesir, wanita cantik, harum dan langsing. Sangat cantik sekali, ia berharap kalau bisa membuat Diandra menjadi istrinya menggantikan Riana. Istri yang menurutnya sekarang sudah tidak cantik lagi, karena kulit yang kusam dan pakaian yang selalu Riana pakai membuat Reynald jengah.

Wanita yang Reynald tunggu akhirnya datang, dari jauh sudah terlihat sangat cantik dengan memakai dres di atas lutut, belum lagi wangi yang menguar dari tubuhnya. Seakan membuat Reynald mabuk dengan aroma yang begitu wangi itu, dia tidak berhenti memandangi Diandra.

“Kenapa? Aku cantik ya?” tanya Diandra terkekeh kecil.

“Iya, sangat cantik,” jawab Reynald cepat.

“Haha ... Kamu bisa saja,” kata Diandra tersipu malu.

“Tidak, Aku sungguh-sungguh kok mengatakannya! Kamu sangat cantik, Diandra,” puji Reynald dengan wajah serius.

Diandra terdiam dengan wajah merona, ia tidak mampu berkata-kata atas pujian yang keluar dari mulut lelaki yang berada di depannya ini. Lelaki tampan dengan jas yang terlihat mahal, membuatnya menjadi semakin tampan.

“Permisi, mau pesan apa?”

Suara dari pelayan restoran membuat Diandra berhenti melamun, ia mengambil menu yang diberikan oleh pelayan itu dan kemudian memesan satu hidangan lengkap dengan minumannya. Reynald juga ikut memesan, lalu pelayan restoran itu pergi mengambilkan pesanan mereka berdua. Suasana kembali canggung, tidak ada yang bersuara.

“Kamu kerja apa, Diandra?” tanya Reynald memecah kesunyian.

“Em, pekerjaanku hanya seorang model biasa,” jawab Diandra merendah.

“Hanya? Itu pekerjaan yang bagus loh tapi, memang sih Kamu orang yang cantik jadi menjadi model adalah hal yang tepat,” kata Reynald kagum dengan pekerjaan Diandra.

“Terima kasih, Reynald. Kamu orang yang baik, Aku sangat menyukaimu,” kata Diandra tersenyum manis.

"Me-menyukaiku?"

Reynald semakin berdebar kala melihat Diandra mengangguk. Pesonanya memang tidak pernah luntur! Sayang sekali, ia malah harus terjebak dengan Riana karena terjebak hasrat masa muda.

'Apa aku harus menceraikan Riana, ya?' batin Reynald, 'toh, Diandra seribu kali lipat lebih menarik dibanding dia!'

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status