Share

7.Lelah

Mayang menggeleng dramatis, seolah menjadi ibu mertua yang amat bijak.

“Bagaimana ya, Jeng. Namanya juga punya anak lelaki dibilangin susahnya minta ampun, padahal sudah beberapa kali kukatakan kalau Riana bukan wanita yang baik untuk menjadi istrinya. Yah tetap saja dia ngeyel,” kata Mayang dengan ekspresi sedih lagi.

“Mungkin karena si anakmu tuh, Jeng. Yang cinta berat sama istrinya, jadi wajarlah seperti itu. Apa lagi yang Aku lihat si Riana sangat cantik,” kata Desi.

“Tidak juga sih, Kamu tidak lihat Riana lagi sih, Jeng Desi. Aku kemarin lewat rumah Mayang, si Riana itu sangat berbeda sekali dengan waktu pertama menikah. Jelek, kumal dan tidak terurus gitu,” ejek Santi.

“Masa sih, Jeng Santi?” tanya Desi tidak percaya.

“Ya, jelas dong. Coba tanya Mayang, apa Aku bohong sama Kamu, iyakan, Jeng.” Santi menyenggol lengan Mayang pelan.

Mayang yang baru meminum jusnya langsung tersedak, karena terkejut. “Tentu dong, Jeng. Si Riana memang tidak pandai merawat diri, apa lagi dia boros sekali, setiap uang yang diberikan Reynald selalu habis,” kata Mayang mulai menjelek-jelekan menantunya.

“Aduh, sabar ya, Jeng Mayang. Cepat atau lambat pasti si Reynald akan menemukan wanita yang tepat untuk menjadi istrinya.” Santi memeluk temannya erat.

“Terima kasih ya, Jeng Santi.” Mayang membalas pelukan Santi.

Desi hanya menatap kedua temannya yang sedang berpelukan itu, ia memilih menyeduh minuman hangatnya.

Namun, ia menyadari ada senyum setitik di wajah Mayang.

.

Sementara itu, Reynald tengah menahan amarah.

Baru saja, dirinya dimarahi oleh atasannya. Dia tidak jadi diajak rapat, karena agenda rapat yang dia buat dikatakan tidak bagus oleh bosnya sendiri.

“Dasar, bos tidak tahu diri! Dia pikir dia hebat apa, bisa-bisanya dia berkata presentasi yang Aku buat jelek!” umpat Reynlad di ruangannya.

Ting!

Suara pesan terdengar masuk di ponselnya, membuat Reynald bergegas mengambil untuk melihat siapa pengirim pesan itu.

[ Apa Kamu hari ini bisa makan siang denganku? ]

Reynald yang membaca pesan itu langsung tersenyum senang, perasaan marahnya hilang seketika saat mengetahui pengirim pesan adalah Diandra. Wanita cantik berkulit putih dan mulus....

[ Tentu saja bisa, apa yang tidak bisa Aku lakukan untuk wanita cantik sepertimu ] balas Reynald.

[ Kamu bisa saja, Rey ]

Reynald membayangkan senyuman manis yang terukir di bibir wanita cantik itu, ia menjadi tersenyum sendiri, tak memedulikan Riana yang bersusah payah menyelesaikan seluruh pekerjaan di rumah.

Mulai dari pagi, Riana baru saja menyelesaikannya saat adzan dzuhur. Hal ini membuat Riana memilih mengistirahatkan diri sebentar sebelum melaksanakan sholat. Dia membuka ponselnya yang sangat jarang dibuka dan terkejut karena terdapat banyak pesan masuk tetapi, tidak pernah dia balas.

“Enak ya tiduran sambil main ponsel!” gerutu Mayang yang baru datang dari perkumpulan sosialitanya.

“Aku baru selesai mengerjakan semuanya, Bu. Makanya Aku istirahat sebentar sebelum sholat,” jawab Riana lembut.

“Alah, alasan Kamu doang itu. Sudah, pijatkan saja punggungku yang sakit akibat ulahmu yang tidak becus itu!”

“Sebentar, Bu. Aku sholat dulu.” Riana bangun menuju kamar mandi untuk wudhu, lalu masuk ke dalam kamarnya.

“Cih, selalu saja bisa mengelak!” gerutu Mayang.

Mayang memilih masuk ke dalam kamarnya menunggu Riana selesai, tidak lupa ia menyiapkan minyak pijat untuk pinggangnya yang sakit.

Riana yang sudah selesai sholat pun, perlahan mengetuk pintu kamar mertuanya yang tertutup rapat.

"Permisi, bu...."

Buk!

Sebuah bantal terlempar ke arah Riana.

“Lama banget shalatnya, Kamu shalat apa tidur?!”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status