Share

9.Mirip dia?

Author: Raisya_J
last update Last Updated: 2023-06-21 18:34:44

“Riana!” panggil Mayang dengan berteriak dari dalam kamar.

“Iya, Ibu.” Riana tergopoh-gopoh berlari mendekati mertuanya.

“Belikan Ibu soto ayam di depan sana, jangan pakai lama!” Mayang menyodorkan selembar uang berwarna biru.

“Iya, Bu.” Riana segera berjalan ke kamar, ia memasang jilbab instan dan jaket, lalu mengambil kunci motornya.

Motor yang sudah ada sebelum Riana menikah, motor matik menemani ke mana pun dia pergi sewaktu gadis. Riana melajukan matik pergi ke tempat yang mertuanya maksud, lumayan jauh kalau berjalan ke sana. Jadi dia memilih mengeluarkan maticnya.

Riana sudah sampai di tempat yang dia tuju, dia segera memparkirkan matiknya ke tempat parkiran. Lalu masuk ke dalam warung makan yang sangat ramai, membuat dia harus mengantri beberapa saat.

Tidak lama, tiba giliran Riana, dengan cepat wanita itu memesan satu bungkus soto. “Berapa, Pak?” tanya Riana.

“15ribu, Dek.”

“Ini uangnya.” Riana menyerahkan selembar uang berwarna biru.

Dia bergegas berjalan pulang, tidak mau membuat Mayang menjadi kesal lagi dengannya. Riana segera melajukan motornya kembali pulang tetapi, saat di pertengahan jalan yang sepi motor Riana malah mendadak mati, membuat dia menjadi kebingungan.

“Ini kenapa?” tanya Riana seorang diri.

Dia panik, tidak ada seorang pun yang lewat karena hari yang sudah mulai sore. Apa lagi jalanan yang dia lalui ini adalah sebuah perumahan elit, yang rata-rata dihuni oleh pekerja kantoran yang masih belum pulang ke rumah. Riana mencoba beberapa kali menstater motornya, berusaha untuk membuatnya hidup. Nihil, selalu saja mati, membuat dia menjadi semakin panik lantaran bingung apa yang harus dilakukan.

“Ponsel, di mana ponselku?”

Riana merogoh semua saku pakaiannya, tidak ada ponsel di sana dan seketika dia teringat kalau ponselnya sedang mengisi daya di rumah, membuatnya ingin menangis.

“Kamu kenapa?” tanya lelaki yang berada di dalam mobil mewah.

Riana terkejut karena tidak meyadari kalau ada mobil yang mendekat, “Motorku sedari tadi tidak mau nyala, Pak,” jawab Riana.

“Apa sudah Kamu engkol?” tanya lelaki berpakaian rapi dari jendela mobil.

“Belum.” Jawab Riana dengan menggelengkan kepalanya pelan.

“Coba engkol dulu, dek. Siapa tahu bisa,”

Riana mencoba mengekol motornya tetapi, ia malah kesusahan.

“Sini tak bantu.” Lelaki yang terlihat berumur 40 tahunan itu turun membantu Riana mengengkol motornya.

Riana mundur memberikan tempat untuk orang yang baik itu membantunya. Ternyata, tetap tidak bisa menyala, padahal bapak itu sampai banjir keringat mencoba sayangnya tidak bisa.

“Masih belum hidup, Pak?” terdengar suara bariton lelaki yang tampak tidak asing di telinga Riana.

“Belum, Den. Padahal sudah Bapak coba beberapa kali, tetap tidak mau nyala,”

“Coba cek bensinnya, siapa tahu bensinnya yang habis,”

Riana langsung membuka tangki bensinnya dan ya, ternyata benar kalau tangkinya kering, tidak ada setetes pun bensin yang terlihat. Membuat dia menjadi malu, wajah Riana menjadi merah dan tertunduk.

“Owalah, ternyata bensinnya habis, Dek,” kata bapak tertawa kecil.

“Maaf, ya, Pak. Aku kelupaan mengecek sebelum pergi tadi,” kata Riana menahan malu.

“Tunggu sini ya, Dek. Bapak belikan bensin dulu di depan sana,”

“Tidak usah, Pak. Siapa tahu Bapak sibuk, jadi biar Aku saja sendiri yang beli,” tolak Riana halus. Takut bapak baik hati itu akan tersinggung.

Bapak tua itu menatap kepada orang yang disebut bos di dalam mobil dan dibalas dengan anggukkan. “Nah, Dek, Bos Bapak tidak masalah kok, orang cuma sebentar,”

“Tapi, Pak, Aku jadi tidak enak,”

“Ya, tidak papalah. Tunggu di sini Bapak belikan sebentar,”

“Pak, pakai mobil ini saja, biar cepat. Jadi Saya tunggu bersama wanita ini di sini sebentar.”

“Siap, Bos.” Bapak itu segera masuk ke dalam mobil dan mobil pun melaju membelikan bensin untuk Riana.

Riana menoleh, memandang lelaki yang terbilang masih muda di sampingnya. “Wira?” tanya Riana tidak percaya.

“Maaf, Anda mengenal Saya?” tanya lelaki tampan berjas heran.

Riana menelisik penampilan lelaki yang berada di depannya dari bawah sampai ke atas. “Mungkin Aku salah orang, maaf.” Riana tertunduk, ia merasa malu karena salah mengira lelaki yang berada di depannya ini adalah Wira, temannya dulu.

Karena Wira yang di kenal Riana adalah lelaki culun lengkap dengan kacamata tebal yang selalu lelaki itu pakai. Sedangkan lelaki yang ada di depannya ini, terlihat sangat tampan, bertubuh tegap dengan memakai setelan jas berserta jam tangan mewah yang melingkar di pergelangan tangannya. Walau sekilas ada kemiripan dari mereka berdua tetapi, itu mungkin hanya perasaannya saja.

Riana merasa kikuk berada berduaan dengan lelaki asing di sampingnya, ia berharap bapak tadi segera datang kemari. Benar saja, tidak lama mobil mewah yang dikendarai bapak tadi akhirnya kembali, membuat ia menjadi senang.

“Maaf, ya, Dek. Bapak lama.” Bapak itu menyerahkan jerigen bensin kepada Riana.

“Tidak apa-apa, Pak. Terima kasih sudah mau Aku repotin.” Riana mengambil jerigen bensin dari tangan Bapak supit itu.

“Langsung coba hidupin ya, Dek!”

Riana mengisi tangki bensin yang kosong, lalu menstater motornya. “Alhamdulillah, akhirnya bisa!” pekik Riana senang.

“Alhamdulillah,” syukur bapak supir.

“Kalau begitu kita bisa pergi, Pak,”

“Baik, Den. Kami pergi dulu ya, Dek, lain kali jangan lupa lihat tangki bensinya dulu sebelum pergi,”

“Tunggu, Pak! Ini uang Bapak tadi Aku ganti.” Riana menyodorkan uangnya.

Bapak baik hati yang belum diketahui namanya siapa, menolak pemberian Riana dan pamit pergi.

“Syukur alhamdulillah Aku bertemu dengan orang baik.” Riana segera melajukan motornya pulang.

.

“Lama banget, Riana! Kenapa sih setiap kali di suruh pasti lama? Lelet banget jadi orang!” teriakan Mayang menyambut kedatangan Riana.

“Maaf, Bu. Tadi di jalan motornya mati, habis bensin.” Riana menuang soto ke dalam mangkuk.

“Halah, alasan saja. Memang Kamu orangnya lelet, tidak bisa diandalkan. Coba saja Reynald menikah dengan wanita lain, bukan Kamu!”

Mayang mendekati meja makan, ia menyentuh mangku berisi soto pembelian Riana. “Apa ini?!” Mayang bertanya dengan nada tinggi.

“Itu soto yang Ibu pesan,”

“Iya, Aku tahu kalau ini soto. Tapi, kenapa sudah dingin?” Mayang sangat kesal, ia tidak bisa menahan emosinya lantaran tahu pesanannya menjadi dingin.

“Itu masih hangat, Bu,” sanggah Riana, karena saat ia menuangkan ke dalam mangkuk masih terasa hangat.

“Ini sudah dingin, Riana. Aku tidak mau menyantap makanan dingin, pasti tidak enak!” tolak Mayang dengan raut kesal, lantaran ia sudah sangat lapar sekali sedari tadi.

“Biar Aku panaskan sebentar, Bu. Jadi Ibu tunggu saja di sini.” Riana dengan cepat mengambil mangkuk untuk memanaskan sotonya.

“Tidak usah, buang saja soto itu!” Mayang beranjak dari kursinya langsung masuk ke dalam kamar.

“Padahal masih hangat, tidak terlalu dingin. Kalau begitu, lebih baik Aku saja yang memakannya,” lirih Riana, dia menatap hidangan yang sangat menggugah jiwa itu sambil meneguk ludah beberapa kali.

Raisya_J

Terima kasih sudah mampir, jika anda menyukainya tambahkan ke daftar pustaka untuk dibaca lagi dan mohon tinggalkan komentar supaya author lebih bersemangat. Sekali lagi terima kasih

| 2
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Mamah Wirda
bagus, menguras emosi
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Dilepas Manajer, Didekap CEO Kaya   115. Saling Berdamai-TAMAT

    Tidak terasa waktu sudah berlalu dengan begitu cepat, Mayang sekarang menjadi kesulitan bicara dan berjalan karena stroke yang dia derita melumpuhkan separuh tubuhnya sebelah kanan. Sehingga apa yang ingin dia lakukan menjadi kesulitan, jadi harus dibantu oleh orang lain, mulai dari makan bahkan sampai ke kamar mandi. “Ck, aku nikah buat hidup enak, bukan seperti ini!” gerutu Diandra. Diandra sepanjang jalan menggerutu sedari tadi, membuat Reynald menajdi muak, “Diam kamu! Ini juga karena aku menikah denganmu, hidupku menjadi sial!” Reynald menyalahkan Diandra atas kesalahnnya sendiri, begitulah dia selalu melempar kesalahannya kepada orang lain. “Idih! Kamu yang korupsi, kok aku yang disalahin?!” Diandra menatap bengis kepada suaminya yang baru dia nikahi beberapa bulan ini. “Iyalah, karena aku menikah denganmu semuanya jadi kacau! Beda saat bersama dengan Riana, apa lagi kamu tahu suamimu tidak bekerja malah tetap pergi shoping, sehingga semua harta yang terisa menjadi habis kare

  • Dilepas Manajer, Didekap CEO Kaya   114. Dipecat

    “Wanita itu? Apa kamu mengingat sesuatu?” Riana menatap lekat kekasihnya, dia menunggu jawaban keluar dari mulut Wira dengan tidak sabaran.Wira masih mengingat-ingat apakah benar wanita itu, tetapi penampilan dan sifatnya jauh berbeda dengan wanita yang diingat tersebut, dulu setahu Wira hanya satu wanita yang menatap Riana dengan tatapan penuh iri dan kebencian. Wanita yang wajahnya penuh jerawat dan bahkan selalu mendelik setiap kali Riana melihatnya.“Aku tidak tahu namanya, tapi dia wanita yang selalu mendelik kepadamu setiap kali kamu melewatinya. Hanya saja penampilannya sangat jauh berbeda dengan dulu, bukan maksudku menghina, wajahnya penuh dengan jerawat bahkan selalu berjalan menunduk karena dia selalu dibully oleh senior!” ucap Wira dengan ragu, dia masih tidak yakin kalau wanita itu adalah Diandra.Hanya dia lah yang terlihat sangat membenci Riana, bahkan setiap kali ada kesempatan wanita itu akan mengerjai kekasihnya tersebut, tetapi Wira ‘lah yang selalu menggagalkan re

  • Dilepas Manajer, Didekap CEO Kaya   113. Wanita Itu?!

    “Wira? Maaf aku sedang sibuk!” Riana menjauhi Wira dan melambaikan tangan kepada pelayan yang lain. “tolong layani dia, aku akan masuk ke ruanganku!”Sebenarnya dia ingin mengajak Wira berbicara, dirinya merindukan lelaki itu walau baru sebentar tidak bertemu dengan nya, hanya saja teringat akan Subroto yang tidak merestui ubungan dia dnegan lelaki itu mmebuat Riana menjadi urung untuk sekedar mengajak Wira berbicara.“Riana, tunggu!” Wira menahan tangan Riana, supaya wanita itu tidak pergi.“Maaf saya sedang sibuk sekarang, jadi saya harap Anda pergi saja!” Riana mengusir Wira sambil menepis tangan lelaki itu dari dirinya.“Riana, apa kamu marah kepadaku karena tidak membelamu? Maafkan aku untuk itu, aku akan mengumpulkan bukti untuk mengatakan kepada Papa sekaligus membersihkan namamu!” Wira mengatakan semuanya kepada Riana, tetapi dia ragu kalau wanita itu akan mempercayainya.Riana terdiam, hatinya terasa nyeri mendnegar perkataan Wira tersebut, yah dia memang merasa sakit hati la

  • Dilepas Manajer, Didekap CEO Kaya   112. Membuat Kepikiran

    “Iya. Tante Desi memang wanita yang sangat baik, aku berdoa kalau dia ‘lah yang menjadi mertuaku nanti. Apakah aku terlalu berharap?” Riana bertanya dengan mata berbinar-binar, dia sangat berharap kalau dirinya berjodoh dnegan Wira. Kapan lagi dia mendapatkan mertua seperti Desi, yang selalu menyayanginya.“Tidak ada salahnya untuk berharap. Sekarang kamu istirahat saja, besok sudah mulai belajar mengelola restoran dengan Mutia. Jadi kamu harus menyiapkan diri untuk besok, aku pamit pulang dulu.” Edo mengusap rambut keponakannya sebelum pergi, Riana menjawab dengan anggukan kepala.*Di lain tempat Desi tengah bersedih, dia tidak menyangka kalau suaminya setega itu kepada seorang wanita muda malang itu, sungguh padahal tadi dia sangat bahagia sekali dengan kepulangan Riana dari rumah sakit dan sekaligus kedatangan suaminya yang tiba-tiba. Namun, ternyata malah berakhir dengan kesedihan, sekaang dia tidak bersemangat lagi menyambut kedatangan Subroto dengan penuh semangat seperti tadi,

  • Dilepas Manajer, Didekap CEO Kaya   111. Membalas

    “Tidak perlu Paman melakukannya, biarkan saja!” Riana tidak mau sang paman membalas apa yang telah orang-orang itu lakukan kepadanya.“Kenapa? Mereka ‘kan sudah jahat kepadamu, jadi biarkan aku yang mengurusnya. Kamu hanya perlu melihat saja tanpa perlu mengotori tanganmu itu!” Edo geram dengan ke’empat orang itu, dia ingin memberikan pelajaran kepada mereka semua. Walau Subroto sedikit sulit karena dia seorang pemilik perusahaan besar dan terkenal, tetapi dia akan berusaha sekuat tenaga untuk membalas perbuatan mereka semua.“Tidak papa! Aku sudah ingin berusaha ikhlas saja dengan perbuatan mereka, apa lagi ayahnya Wira, aku tidak mau melakukan sesuatu yang buruk kepada dia. Karena Tante Desi, istrinya sangat baik kepadaku selama ini dan juga Wira ....” Riana tidak meneruskan kalimatnya.“Apa Ibu Riana menyukai Wira? Maaf kalau saya ikut campur pembicaraan ini!” tebak Mutia. Karena dia tahu kalau seseorang membicarakan seorang lelaki dengan wajah yang memerah, berarti orang itu menyu

  • Dilepas Manajer, Didekap CEO Kaya   110. Mengembalikan

    “Iya. Ini restoran sekarang adalah milik Anda, karena Anda adalah ahli waris yang sah! Oh, iya, perkenalkan saya adalah Mutia, manajer di restoran ini.” Mutia mengulurkan tangannya, untuk memperkenalkan diri kepada bos barunya tersebut.Riana hanya menerima uluran tangan itu dalam diam, dia masih mencerna situsi yang ada, dia masih tdak menyangka kalau kedua orang tuanya memiliki restoran yang mewah dan besar seperti ini. Apakah memang benar ini adalah milik kedua orang tuanya? Dia masih tidak mempercayainya, karena menganggap semua ini hanya mimpi.“Bu Riana?” Mutia menyentuh Riana pelan, karena sedari tadi dia mengajak bicara tetapi tidak ada sahutan yang terdengar.“Eh, ii-iya!” Riana tergagap, dia terkejut karena tadi sempat melamun.“Apa Anda mau berkeliling untuk melihat restoran ini?” Mutia menawarkan untuk berkeliling, sebenanrnya Pak Edo menyuruhnya untuk mengajak Riana berkeliling dan memperkenalkan dengan bawahan yang lain.“Boleh. Tapi barangku ini di taruh di mana?” Rian

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status