Perempuan itu dibaringkan oleh mas Yoga dan perawat di atas ranjang rumah sakit. Setelah memasangkan infus pada lengan perempuan itu, perawat meninggalkan ruangan inap.
Sekarang hanya ada aku, perempuan itu dan juga suamiku yang duduk di samping ranjang sambil memegangi sebelah tangan perempuan itu.
"Awas saja jika terjadi sesuatu yang buruk pada Rindu! Aku akan bersikap sangat tegas padamu, Riana!" kilatan kemarahan terpancar jelas dari raut wajah mas Yoga ketika mengucapkan kalimat ancaman itu padaku.
"Aku tidak bermaksud membuat dia celaka, mas! Dia yang mulai duluan. Perkataannya sungguh menyinggung diriku!" aku berupaya membela diri.
"Aku tau pasti ini kemauanmu, membuat Rindu menderita! Kenapa sih kamu sangat arogan sekali? Kalian sama-sama istriku, tapi sikapmu seperti orang asing yang tidak kukenali!" mas Yoga mulai menghakimiku.
"Lalu apa mau mas? Aku sudah cukup sabar selama ini! Pe
Aku bergegas ke kamar, meraih handphone dan melihat siapa yang menelpon. Ternyata itu dari Bayu, seseorang yang aku suruh memata-matai perempuan itu."Riana, aku sekarang ada di rumah sakit. Tempat perempuan itu di rawat!" aku kaget, darimana dia tahu perempuan itu dirawat. Aku tidak memberitahunya."Kamu darimana tahu di rawat? Aku kan tidak mengabarimu?" ujarku heran."Semalam, aku mengikutinya saat suamimu menjemput perempuan itu ke rumahnya. Aku pikir itu laki-laki lain, ternyata itu suamimu!" kirain dia mau ngasih kabar baik."Lalu sekarang untuk apa kamu nelpon saya? Dia kan sekarang sama suamiku. Aku sudah tahu itu!" ujarku kecewa."Bukan itu masalahnya, aku baru nyampe rumah sakit tadi. Suamimu sudah pergi sejak pagi. Tapi, ada seseorang yang datang menjenguknya! Seorang laki-laki!" aku langsung terkejut mendengar ucapan Bayu."Apa kamu tidak salah lihat? Mungkin itu suamiku yang kembali?""Bukan, itu bukan suamimu. Dia
Kenapa perempuan itu seperti tahu sesuatu tentang rahasia suamiku? Kenapa dia bilang suamiku bahkan tidak mencintaiku sejak sedari awal pernikahan kami. Dia bilang itu cuma dikarenakan rasa bersalah dan kasihan padaku? Rasa bersalah apa? Apa aku orang yang harus mas Yoga kasihani?Ada apa? Aku dan mas Yoga saling mencintai sebelum kita menikah. Bahkan mas Yoga yang memaksa dan berjuang keras agar paman merestui pernikahan kami. Lalu apa maksud perempuan itu? Kenapa dia berkata seperti itu? Apa suamiku berkata sesuatu kepadanya? Yang membuat dia salah paham lalu beranggapan seperti itu?Pikiranku mumet, sepertinya perempuan itu ingin mengalihkan pikiranku. Mungkin dia takut aku mencari tahu tentang laki-laki yang berkunjung tadi ke ruang inapnya.Tidak, aku tidak boleh termakan ucapannya. Aku yakin sekali, dia hanyalah sedang memancing perselisihan antara aku dan mas Yoga. Tidak ada masalah apapun antara aku dan mas Yoga sebelum kehadirannya. Dia lah
Kuparkirkan mobil di bagasi rumah, dengan gontai aku beranjak membuka pintu rumah. Meletakkan tas dan kunci mobil di atas meja. Lalu duduk termenung di kursi tamu.Apa yang harus aku lakukan di rumah ini sendirian? Sepi sekali. Aku rindu canda tawa mas Yoga disini. Dulu aku sering bermanja-manja pada mas Yoga disini. Menghabiskan waktu libur mas Yoga berdua di rumah ini. Rasanya rindu masa itu.Handphone ku berdering, aku meraihnya dari dalam tas. Ternyata dari mas Candra."Hallo, mas?""Kamu dimana?""Aku di rumah mas, ada apa mas?" ujarku menanyakan maksud mas Candra menelpon."Sibuk nggak? Apa boleh mas bertandang ke rumahmu?" tanya mas Candra."Nggak, aku lagi sendiri di rumah. Mas Yoga lagi sama perempuan itu""Boleh dong? Mas main kesana?""Boleh mas. Nanti aku share lokasi rumahku ya?""Ok, mas kesana sekarang!""Baik, mas"Mas Candra mematikan sambungan telpon, aku segera mengirimkan al
Aku menggigit bibir bawahku dengan gelisah. Sedangkan mas Candra duduk sambil terus menatapku. Aku mengendalikan detak jantungku yang teramat kencang. Rasanya lututku goyang, tak mampu menopang tubuhku.Aku menikmati setiap sentuhan yang diberikan oleh mas Candra, aku sebenarnya ingin lebih dari itu. Tapi aku tahu posisiku. Apa bedanya aku dengan mas Yoga jika aku juga berkhianat dibelakangnya.Aku lalu duduk di sofa, agak jauh sedikit dari mas Candra. Aku tak ingin dia tahu, betapa groginya aku."Mas sayang sama kamu, Riana. Bahkan masih sama seperti dulu. Saat kita masih bersama. Mau kah kamu memulai lagi dengan mas, Riana?" tanya mas Candra padaku.Aku menatapnya dalam, aku tak tahu harus menjawab apa. Disatu sisi, aku sudah menyerah atas mas Yoga. Disisi lain aku masih menyimpan keraguan.Aku semakin penasaran dengan ucapan perempuan itu, aku ingin menyelidikinya. Sekarang bukan waktunya aku untuk membuka hati bagi laki-laki lain.
Rahasia apa yang disembunyikan oleh suamiku? Perempuan itu bilang, pernikahan kami hanyalah atas dasar rasa bersalah dan kasihan. Tapi mana mungkin?Aku dan mas Yoga bertemu saat sama-sama mencari pekerjaan. Pertemuan yang tanpa sengaja sedikitpun. Setelah itu saling dekat dan mulai berpacaran kemudian menikah.Selama rentang kejadian itu, tidak ada masalah sedikitpun diantara kami. Lalu apa maksud perempuan itu berbicara seperti itu?Bahkan mas Yoga sangat takut perempuan itu membocorkan rahasia itu padaku. Apa mas Yoga menikahi perempuan itu agar bersedia tutup mulut padaku?DeggggJantungku berdebar tak karuan, sangat gelisah. Penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi. Rahasia apa? Haruskah aku tanyakan langsung pada mas Yoga? Tidak...sepertinya itu bukan ide yang baik.Pikiranku berputar-putar mencari cara untuk menemukan jawaban atas keresahan hatiku. Aku tak boleh
Vidio yang dikirimkan Bayu berisi seorang pria yang mengendarai sepeda motor memasuki halaman rumah perempuan itu. Membawa kantong kresek entah apa isinya. Di teras rumah terlihat perempuan itu berdiri menunggu pria itu berjalan ke arahnya.Setelah pria itu berdekatan dengan perempuan itu, terlihat sekali dengan jelas. Pria itu mendaratkan sebuah ciuman di kening dan pipi perempuan itu. Tak salah lagi, mereka pasti punya hubungan rahasia.Mereka lalu memasuki rumah, tapi tak mengunci pintu depan. Walaupun begitu aku tak bisa melihat ke dalam rumah. Sepertinya, Bayu berdiri mengambil vidio itu dari arah yang sedikit jauh.Aku langsung menelpon Bayu, menanyakan apakah mereka masih ada di dalam rumah."Hallo, Bayu. Apa mereka masih ada di dalam?" aku langsung mencercanya dengan pertanyaan."Masih, ini aku lagi nyari tempat yang bagus untuk ngambil vidio. Sepertinya mereka lagi makan di ruang tamu", ujar Bayu padaku."Ya sudah, kamu
"Sudah kamu lihatkan? Rahasia apa yang kamu maksud? Kenapa Mas Yoga terlihat sangat takut saat kamu mengancam akan membocorkan rahasianya padaku", tanyaku dengan sedikit penasaran. Aku berharap dia segera jujur. Aku sudah tidak tahan lagi menjadi istri Mas Yoga. Aku ingin segera bercerai, tapi rasa penasaranku pada rahasia itu membuatku menunda untuk menggugat cerai Mas Yoga."Aku tidak bisa memberitahumu!" ujarnya terduduk lunglai. Sepertinya dia tidak mau jujur padaku."Kalau kamu tidak jujur, maka aku akan mengirimkan vidio ini pada Mas Yoga. Dia akan sangat marah padamu, apalagi jika melihat pria itu mencium kamu", ujarku masih berusaha untuk membuatnya mau buka mulut."Jangan kirimkan vidio itu pada Mas Yoga, aku mohon Mbak!" tampangnya memelas sekali. Pasti dia takut Mas Yoga marah padanya."Baik, sekarang kamu beritahu aku rahasia apa yang disembunyikan oleh Mas Yoga dariku?" aku mengulangi pertanyaan itu lagi padanya."Rahasia itu, tentang
Kulirik jam di pergelangan tanganku, masih jam dua siang. Mas Yoga akan kembali sore nanti sesuai ucapannya tadi pagi. Aku masih punya waktu beberapa jam. Aku rasa waktu itu cukup untuk berbicara dengan Mas Candra.Segera aku beranjak keluar rumah, menaiki mobil lalu dengan cepat melajukan kendaraan menuju kafe tempat pertemuan aku dan Mas Candra.Cafenya tidak terlalu jauh, hanya butuh lima belas menit dari rumahku. Aku segera memarkirkan mobil, disisi lain aku lihat mobil Mas Candra sudah terparkir. Berarti dia sudah duluan datang. Aku memasuki kafe, lalu mengedarkan pandangan mencari keberadaan Mas Candra.Dia duduk di pojokan, sedang menyeruput minuman yang ada di depannya. Aku segera berjalan menghampirinya."Mas? Sudah lama?" ujarku sambil menarik kursi yang ada di depannya. Mas Candra mendongakkan wajah melihat kehadiranku."Nggak, baru sampai kok. Haus, makanya langsung pesan minuman. Kamu mau pesan apa? Mau makan dulu?" ujarnya perha