ホーム / Rumah Tangga / Dimanja Paman Mantan / Bab 1. Takdir Mengerikan

共有

Dimanja Paman Mantan
Dimanja Paman Mantan
作者: Rias Ardani

Bab 1. Takdir Mengerikan

作者: Rias Ardani
last update 最終更新日: 2025-01-10 02:50:04

“Terima kasih sudah hadir di acara pertunangan saya dan wanita yang selama ini sangat saya cintai.” Dion tampak tersenyum sembari mencium tangan wanita di sampingnya. “Mengenai Olivia Janeta yang selama ini kalian kenal sebagai istri saya, secepatnya dia akan saya ceraikan. Sebab sejak awal, wanita licik itu menipu saya agar bisa menikahinya.”

Ucapan pria berstatus suamiku itu sontak menghancurkan hati.

Tubuhku bahkan gemetar hebat karena tak menerima itu semuanya.

Aku menipunya? Untuk apa?

Selama ini, aku tulus mencintainya--melakukan apapun untuk membahagiakannya, menyiapkan segala keperluannya, agar dia merasa nyaman hidup denganku.

Sekalipun pernikahan kami hanyalah kesalahan 1 malam, yang entah ulah siapa itu, aku pun tidak tahu!

Namun tak kusangka jika Dion terus saja menuduhku menjebaknya meski aku sudah menjelaskan, hanya karena aku menyukainya sejak lama!

Dan puncaknya, malam ini....

Jelas, aku ingin meninggalkan ballroom mewah yang menyesakkan dada ini. Hanya saja, aku baru menyadari, nyaris semua tamu yang hadir malam ini, sebagian besarnya adalah teman- teman masa sekolahku.

Sepertinya Dion sengaja, ingin mengukir sejarah yang memalukan bagi hidupku?

Aku tak ingin menjadi tontonan! 

Kuputuskan untuk segera pergi. Tapi siapa sangka, aku malah tak sengaja menubruk salah satu dari mereka.

“Wah, Olivia! Kau memang tidak tahu malu, ya. Sebagai wanita perusak, berani sekali kau datang ke sini?”

Deg!

Perasaanku semakin campur aduk, karena terus menerus mendapat cacian.

“Aku tidak seburuk itu,” lirihku pada mereka.

Entah bagaimana, para tamu kini menatapku. Dengan lantang dan lugas mereka menghinaku, bahkan termasuk dia, dia yang selama ini aku cintai.

Begitu hebat dia memainkan kata, merendahkanku, dan mengejek diri ini.

Aku merasa benar- benar menjadi gila, kepalaku menjadi panas, seakan mau pecah karena begitu kerasnya memikirkan hinaan yang aku alami malam ini.

“Cih, munafik!”

“Dasar tidak tahu malu!”

“Sebaiknya kamu pergi dari sini, dasar hama!!”

Bukan hanya sekadar ucapan, kini mereka tambah dengan tindakan yang mendorongku dengan kasar.

Brugh!

Tubuhku oleng. Sadar akan jatuh, mataku otomatis terpejam siap mendarat di karpet mewah ballroom itu.

Namun siapa sangka, ada tangan lebar yang menahanku, hingga terjatuh ke dalam pelukannya.

Wajah lelaki itu begitu tegas, dingin, dengan aura lelaki dewasa yang matang!

Sangat tampan, sayangnya dia tidak tersenyum sama sekali, membuatku bergegas menegakkan badan.

Aku tersentak, ketika melihat ke arah lelaki yang menahan tubuhku.

"Ammar?" Aku membatin, tanpa berani mengeluarkan suara.

Lelaki itu menatapku dalam, sembari menaikkan alis, membuatku segera sadar dan bergegas membenarkan posisi berdiriku.

Meskipun dia tidak pernah memperlakukan aku dengan buruk, aku tetap saja terlanjur berburuk sangka dengan sikapnya yang dingin dan bisa dikatakan jutek.

“Maaf,” lirihku.

Lelaki dingin itu tidak menanggapiku, keluarga Rajasa benar- benar tidak punya hati.

“Jangan membuat keributan disini,” tegasnya, kepada orang yang mendorongku tadi.

Mereka hanya terdiam, tidak berani bersuara.

“Dia, Ammar.”

“CEO dingin dan terkenal kejam itu kan.”

"Jangan merusak moodnya, kita bisa dalam masalah."

"Kenapa Paman kemari?" tanya Dion, yang terlihat menyapa pada Ammar.

"Hanya ingin melihat pertunjukkan," jawab Ammar, dengan santai.

Bisik- bisik para tamu mulai terdengar. Lelaki yang mereka sebut Ammar itu pun melangkah tegas, ke tengah-tengah acara.

Sedangkan aku?

Kupilih menyeret langkah, meninggalkan ruangan yang penuh dengan cibiran ini.

Aku berlari menuju ke luar dari acara. Keluarga Rajasa semua sama saja, tidak memiliki hati.

Entah mengapa, aku menjadi linglung, tidak tahu harus ke mana.

Hingga sebuah balkon yang terlihat di ujung koridor hotel, menjadi tujuan langkahku saat ini.

Sesampainya di sana, air mata yang kutahan, akhirnya luruh juga.

Aku mulai menangis terisak- isak—meratapi nasib yang tidak beruntung ini. Cukup lama aku terdiam, menangis di tempat sepi ini.

Tiba- tiba saat aku berdiri, sebuah tangan dingin menyentuh bahuku yang berguncang–membuatku tersentak dan langsung berbalik badan.

“Dion?” lirihku.

Suamiku itu tiba-tiba saja tersenyum miring, dan di detik berikutnya….

Bugh!

Dia mendorong bahuku dengan kuat, hingga aku hilang keseimbangan, tanpa sempat berpegangan!

“Matilah, Olivia,” ucapnya pelan.

Setelah puas menghina dan mempermalukanku di hadapan semua orang, Dion membunuhku?

“AAA!” teriakku ketakutan.

Tubuhku begitu sakit. Cairan merah menggenang sekelilingku.

Aku tidak menyangka Dion akan melakukan ini kepadaku.

Apakah dia sebenci itu padaku? Haruskah kematian sehina ini, yang harus aku dapatkan?

Ini tidak adil rasanya, Tuhan.

“Aku mohon, Tuhan. Tolong berilah aku satu kesempatan, untuk memilih takdir hidupku yang lebih baik. Demi apapun juga, andai kesempatan itu ada. Aku tidak akan memilih Dion, untuk menjadi suamiku lagi, maupun lelaki yang aku gilai.”

Aku berdoa di detik-detik terakhir dalam hidupku.

Sebelum kematian benar- benar mengakhiri nasib malangku.

Hanya saja....

“Nona, Nona ....” Suara berat terdengar di telingaku. Aku berusaha kuat untuk membuka mata meskipun rasanya sedikit kesulitan.

Saat pandanganku mulai terlihat jelas, sosok wanita tua, dengan wajah keriput, serta rambut yang nyaris semua berwarna putih itu, sedang memandangku.

“Akkhh, astaga ....” Aku langsung terduduk dengan spontan.

Aku memandangi diriku, hingga baju yang aku kenakan–seragam olahraga

“Aku hidup lagi? Atau aku memang masih hidup dan semua yang terjadi hanyalah mimpi?”

Aku bergumam bingung seorang diri, mencoba mencerna yang terjadi.

“Nona, kamu sudah melihatnya dengan jelas, bukan? Itulah gambaran masa depanmu, jika kamu memilih lelaki itu.”

Deg!

Aku tertegun, mendengar ucapan wanita tua di depanku ini. Usai berkata, Nenek itu kemudian terkekeh, dan menghilang dalam asap!

Segera aku mengucek mata dan semakin syok melihatnya dan baru menyadari bahwa aku, sedang tersesat di dalam hutan yang lebat!

“Aaakkkhh ....

Aku berlari pontang-panting, ketakutan setengah mati.

Siapa sangka, Tuhan menjawab doaku?

Jika aku memang diberi kesempatan hidup sekali lagi, aku tidak akan mau menggilai Dion, lelaki yang aku cintai itu, lagi.

Dia adalah kehancuran dan maut di hidupku.

Tanganku mengepal. Di kehidupan ini, aku tidak akan lagi mengejarnya!

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード

最新チャプター

  • Dimanja Paman Mantan   TAMAT

    Bab87"Turun!" teriaknya lagi. Aku hanya terdiam, menatap dalam ke wajah wanita paru baya yang bergelar ibu mertua itu.Wanita yang sudah lupa asal- usulnya. Wanita yang seakan sedang berdiri tinggi di atas awan, padahal bukan siapa- siapa."Kamu tuli?" Dia kembali bersuara, dan dengan langkah yang semakin cepat, menuju ke arah kami semua berdiri."Berisik! Satpam, tahan wanita itu," tunjuk kak Dewa, ke arah ibu mertua.Seketika, wajah tua wanita itu terkejut."Kenapa saya ditahan? Memangnya kamu siapa. Ini hari penting untuk anak saya," ujar ibu mertua."Heh Mike, ngapain kamu duduk disitu?" tanya wanita itu, yang baru melihat ke arah Mike terduduk.Mike tidak menyahut."Davina? Ini ada apa, kenapa kalian berdua duduk di lantai?"Ibu mertua terlihat semakin bingung. Namun dia tidak bisa melangkah maju lagi, karena kini di hadapannya ada dua petugas keamanan menghadang."Anakku lelaki terhormat, dan menantuky wanita hebat. Apa yang telah kalian semua lakukan pada mereka? Apakah ini ul

  • Dimanja Paman Mantan   Bab86

    Bab86"Hei, Mike. Kenapa kamu jadi nyalahin aku begini? Kamu dan ibumu yang mau menghadirkan aku, dengan iming- iming karir yang melejit, apa kamu lupa? Kamu jangan coba- coba seakan akan aku yang salah. Padahal kamu dan ibumu, yang menipu Rosalinda.""Diam! Busuk, kamu jangan fitnah aku." Mike berteriak panik."Aku punya semua buktinya, Mike. Semua pesan singkat yang kamu kirim, nggak pernah aku hapus. Untuk apa aku fitnah kamu, akui saja, Mike. Jadilah lelaki kali ini," ujar Davina."Rosa, Rosalinda. Tolong sayang, percaya aku, oke. Dia yang merayuku lebih dulu, aku hanya cinta kamu, aku khilaf sayang." Kini Mike menatapku, dengan tatapan memohon. Dia masih terduduk di lantai panggung, tanpa berani mendekat lagi. "Khilaf?" Aku terkekeh, mengulang kalimat khilafnya."Iya sayang. Iya, aku khilaf. Kamu percaya kan, kalau aku hanya cinta kamu. Bukan dia!" tunjuk Mike ke arah Davina."Wanita murahan seperti dia, mana cocok sama aku," lanjut Mike, sembari merendahkan Davina.Tiba- tiba D

  • Dimanja Paman Mantan   Bab85

    Bab85"Siapa yang kamu katakan miskin?" Suara berat kak Dewa menggema. Aura nya menunjukkan ketegasan."Pak, jangan salah paham. Saya mengatakan wanita yang bersama anda itu, dia miskin dan tidak mempunyai keluarga.""Oh ya. Kamu beneran nggak punya keluarga?" Kak Dewa bertanya padaku. Tatapannya begitu penasaran dan cukup serius.Aku tersenyum."Ngapain ditanya, dia emang anak yatim piatu dari panti asuhan, orang tuanya tidak jelas. Entah anak hasil dari hubungan gelap, kita tidak pernah tahu." Davina bersuara lagi.Ucapan kasar dan pedasnya, membuat aku cukup terkejut, begitu juga dengan kak Dewa.Lelaki itu mengepalkan tinjunya, dan ingin sekali mengamuk."Ulangi sekali lagi," ujar kak Dewa, menatap marah pada Davina.Davina benar- benar menunjukkan wajah aslinya malam ini. Ucapan kasar dan pedasnya itu, mendapat dukungan dari Mike. Lelaki itu bahkan tidak menegur Davina sama sekali, dia membiarkan aku dihina wanita itu di depan umum malam ini.Kurasa, dia juga mungkin sudah menyera

  • Dimanja Paman Mantan   Bab84

    Bab84"Jadi, cuma kamu yang pantas?""Rosa! Aku dan Davina datang ke acara penting perusahaan, juga karirku. Kenapa sih kamu egois begini.""Ros. Siapa dia?" tanya kak Dewa. Dia memang tidak tahu, kalau lelaki di depan kami ini adalah Mike."Saya suaminya." Mike menyahut."Suami Rosa?" Kak Dewa memperlihatkan ekspresi terkejut. Namun detik berikutnya, terlihat wajah marahnya, yang membuatku seketika memegang tangan kak Dewa, memberinya isyarat untuk tenang."Kenapa? Anda tidak malu, membawa wanita bersuami ke acara ini?""Kalau Rosa istri anda, terus wanita ini siapa?" tanya kak Dewa dengan tenang."Ini bukan urusan anda, sebaiknya jangan ikut campur." "Oh ya. Oke." Kak Dewa memilih diam."Rosa, pulang. Jangan buat aku malu," pinta Mike."Kak, aku lapar," rengekku pada kak Dewa, dan mengabaikan titah dari Mike."Ayo." Kak Dewa tersenyum sembari memegang tanganku dengan sengaja."Rosa! Kamu benar'benar keterlaluan. Aku nggak akan maafin kamu," ujar Mike memberi peringatan.Aku dan kak

  • Dimanja Paman Mantan   bab83

    Bab83"Jika memang itu yang terbaik, mari berpisah, Mike. Kurasa, aku tidak kamu butuhkan lagi.""Mike, jangan emosi. Kasihan Rosalinda, jika kamu ceraikan dia, dia akan jadi pengemis nantinya," kata Davina, yang kini memegangi tangan Mike di hadapanku dengan berani."Aku tidak perduli, Vin. Dia sudah keterlaluan menghina kamu, aku nggak suka." Dua sejoli ini, berdrama di depanku, memuakkan."Aku nggak apa- apa, Mike. Wajar dia hina aku, karena aku tidak memiliki kejelasan status sama kamu.""Ceraikan aku dulu, baru kamu tuntut status," timpalku."Rosalinda. Kalau kamu terus melawan Mike, aku nggak bisa bantu lagi.""Memangnya kamu bantu apa? Bantu merusak, bukannya sudah tercapai?""Ros. Jaga ucapan kamu," bentak Mike lagi."Rosa. Aku tidak pernah ada niat merusak, aku hanya kasihan sama ibu, yang begitu ingin punya menantu karir sepertiku. Dan juga pengen punya cucu, karena aku tidak mandul gitu, Ros.""Kalau kamu peduli ibu, pinta saja sama Mike, untuk segera ceraikan aku, beres!"

  • Dimanja Paman Mantan   bab82

    Bab82"Kenapa diam?" tanyaku lagi, merasa mulai kehilangan rasa sabar."Tidak perlu teriak- teriak, Ros. Aku dan Davina memang dekat, apa salahnya?" "Ya, kalau cuma teman, kenapa harus dia yang kamu bawa?""Kenapa hal begini harus debat, Ros? Davina itu cantik, dia juga teman satu perusahaan sama aku. Aku nggak akan malu bawa dia, malah saling bangga."Aku mengernyit."Jadi, aku nggak cantik, nggak menarik dan tidak membanggakan?""Sudahlah, capek. Ngomong sama wanita pengangguran, tahunya cuma nuntut saja, capek."Aku tersentak, mendengar ucapan pedasnya. Tidak kusangga, ternyata dia mulai tega mengucapkan kata- kata yang menyakitkan. Andai saja dia tahu siapa aku, entah apa dia masih berani berkata remeh semacam ini."Wanita pengangguran? Banyak menuntut? Rupanya kamu benar- benar tidak layak di pertahankan.""Maksud kamu apa, Rosalinda? Bukannya bersukur, karena hidup denganku, kamu jadi enak. Punya segalanya, jauh dengan masa lalumu, anak yatim."Gila, benar- benar ucapannya sema

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status