Home / Romansa / Dimanja Suami Kontrak / Padahal hanya… Topeng

Share

Padahal hanya… Topeng

Author: AD07
last update Last Updated: 2025-08-22 09:16:58

Pemakaman berlangsung cepat dan khidmat, tanpa hiruk pikuk, tanpa keramaian yang tidak perlu. Hanya kerabat dekat Danadyaksa yang hadir, memberi hormat terakhir pada Kuncoro. Angin siang yang lembut berhembus, menggerakkan daun-daun kering yang jatuh di sekitar area pemakaman, menciptakan suasana hening yang kian syahdu.

Lura berdiri tegak, tubuhnya terlindung mantel hitam yang sederhana namun elegan. Kacamata hitam menutupi matanya, tapi tak mampu menyembunyikan air mata yang terus mengalir deras. Pandangannya terpaku pada pusara ayahnya, yang baru saja ditaburi bunga segar oleh para pelayat. Di wajahnya tergambar jelas keikhlasan, tapi di dalam hatinya berkecamuk rasa pilu.

Ia mengikhlaskan kepergian ayahnya, tapi tetap saja ada ratapan batin yang sulit ia hentikan. Pikirannya terus berputar, menghadirkan tanya yang tidak akan pernah terjawab. Andaikan masa laluku tidak seburuk itu… pasti ada banyak momen indah antara aku dan Papa. Pasti aku pernah merasakan pelukan ayah tanpa rasa
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Yanti Aching
nasib ibu tiri lura gmana kak
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Dimanja Suami Kontrak   Hanya ada Kita Berdua

    Suara langkah Lura bergema pelan di lorong dingin penjara. Udara pengap bercampur bau besi karatan seakan menegaskan tempat yang suram ini. Lura berdiri di depan sel, menatap lurus pada sosok di dalam. Jelita, dengan wajah kusut, rambut berantakan, dan mata penuh bara, duduk di kursi logam. Tatapan nyalangnya menusuk, dipenuhi dendam kesumat yang seakan tak ada habisnya.Namun Lura tetap berdiri dengan tenang. Penampilannya rapi, anggun, dengan kesombongan tenang yang bukan dibuat-buat, auranya menunjukkan kelas yang tak mungkin dijangkau oleh adik tirinya itu. Justru itulah yang membuat Jelita semakin terbakar, semakin ingin menghabisinya di tempat itu juga.“Ku pikir,” Lura membuka suara, datar namun tajam, “dengan ibumu dinikahi ayahku, hidupmu akan membaik. Tapi nyatanya tidak. Kau tetap liar. Bahkan di balik punggung orang yang memberimu makan, kau menikamnya berulang kali. Kau lakukan banyak kejahatan. Kau jatuhkan harga dirimu sendiri sampai ke dasar. Padahal aku masih berharap

  • Dimanja Suami Kontrak   Yang Bisa Kuucapkan Padamu

    Ruang sidang siang itu penuh sesak. Kursi pengunjung terisi hampir seluruhnya, sebagian besar dari kalangan media dan masyarakat yang penasaran dengan kasus besar ini. Blitz kamera berkilat-kilat sejak awal sidang dibuka, menyorot pada sosok yang kini duduk di kursi pesakitan. Jelita.Wanita yang dulu dikenal dengan citra mewah dan berkelas, kini benar-benar berbeda. Rambutnya yang acak-acakan, riasan wajah yang berantakan, serta tatapan mata yang kosong namun penuh amarah membuatnya hampir tidak dikenali. Bahkan Lura yang menyaksikan dari deretan kursi pengunjung merasa seolah melihat orang asing. Apakah ini adik tiriku? pikirnya. Sosok yang dulu selalu menuntut perhatian dan kemewahan kini terlihat seperti bayangan dirinya sendiri.Jaksa penuntut umum berdiri, membuka berkas perkara, dan mulai membacakan tuntutan panjang, pasal demi pasal yang menjerat Jelita. Tuduhan percobaan pembunuhan. Suaranya bergema memenuhi ruang sidang, tapi Lura tidak bergeming. Tidak ada rasa iba, tidak a

  • Dimanja Suami Kontrak   Sekarang adalah, Kau

    Irene mengangguk pelan, sorot matanya jujur dan penuh keteguhan. “Aku harus pergi,” ucapnya dengan suara lembut namun tegas. “Alasanku kembali adalah Khai, tapi sekarang… jalan hidup kami benar-benar sudah berbeda. Aku harus menata ulang hidupku, dan itu jauh darinya.” Kalimat itu terdengar seperti penutup, bukan hanya sebuah keputusan, melainkan pembebasan bagi dirinya sendiri.Lura terdiam sejenak, lalu meraih tangan Irene. Genggamannya hangat, mantap, seperti ingin menyalurkan seluruh ketulusan hatinya melalui sentuhan itu. “Aku harap hidupmu jauh lebih baik,” katanya dengan tulus. “Dan aku ingin kita tetap berteman. Aku tidak peduli hubunganmu dan Khailas di masa lalu. Bagiku yang terpenting adalah hari ini, dan masa depan. Dan aku juga ingin kau tahu… aku selalu menjadi sahabatmu. Kapanpun kau membutuhkanku, aku akan selalu ada.”Mata Irene bergetar, berkaca-kaca, menampakkan emosi yang selama ini ia sembunyikan rapat-rapat di balik wajah tenangnya. Air matanya hampir jatuh ketik

  • Dimanja Suami Kontrak   Padahal hanya… Topeng

    Pemakaman berlangsung cepat dan khidmat, tanpa hiruk pikuk, tanpa keramaian yang tidak perlu. Hanya kerabat dekat Danadyaksa yang hadir, memberi hormat terakhir pada Kuncoro. Angin siang yang lembut berhembus, menggerakkan daun-daun kering yang jatuh di sekitar area pemakaman, menciptakan suasana hening yang kian syahdu.Lura berdiri tegak, tubuhnya terlindung mantel hitam yang sederhana namun elegan. Kacamata hitam menutupi matanya, tapi tak mampu menyembunyikan air mata yang terus mengalir deras. Pandangannya terpaku pada pusara ayahnya, yang baru saja ditaburi bunga segar oleh para pelayat. Di wajahnya tergambar jelas keikhlasan, tapi di dalam hatinya berkecamuk rasa pilu.Ia mengikhlaskan kepergian ayahnya, tapi tetap saja ada ratapan batin yang sulit ia hentikan. Pikirannya terus berputar, menghadirkan tanya yang tidak akan pernah terjawab. Andaikan masa laluku tidak seburuk itu… pasti ada banyak momen indah antara aku dan Papa. Pasti aku pernah merasakan pelukan ayah tanpa rasa

  • Dimanja Suami Kontrak   Dia Pergi dengan Tenang

    Khailas menatap Lura yang wajahnya sedang diliputi kebimbangan. Sorot matanya penuh ketenangan, tapi tegas, seolah ingin memberi istri yang dicintainya itu sandaran paling kokoh. Suaranya rendah namun tajam, “Keputusan ada di tanganmu. Pilih penyesalan yang lebih kecil,” ucapnya lagi.Lura mengerutkan kening, menoleh penuh tanya pada Khailas. “Apa maksudmu? Katakan lebih jelas,” pintanya, karena ia tahu, setiap kata Khailas selalu memiliki bobot yang dalam.Khailas menarik napas dan membuangnya pelan, kemudian berkata, “Coba tanya hatimu. Kalau kau tetap bertahan dengan pilihanmu sekarang, apakah di kemudian hari kau akan menyesalinya atau tidak? Sebab bisa jadi ini pertemuan terakhir. Dan kalau itu terjadi, penyesalan itu tidak bisa ditebus sampai kapan pun.” Ucapannya terukur, namun cukup menusuk Lura.Wanita itu menunduk, hatinya dilanda badai. Ia sadar benar arah pembicaraan ini, ayahnya. Pertemuan terakhir yang masih ia ragu untuk hadiri. Dengan suara lirih ia berbisik, “Kau seo

  • Dimanja Suami Kontrak   Keputusan ada Ditanganmu

    Lura masih berada dalam dekapan Khailas, tubuhnya lelah, namun ada sinar cinta yang terpancar jelas dari matanya. Nafasnya teratur meski berat, lalu dengan suara yang bergetar namun penuh ketulusan, ia berkata, “Terima kasih karena mengizinkanku mencintaimu. Terima kasih juga karena memilihku menjadi satu-satunya wanita dalam hidupmu. Jujur, aku tidak lagi meratapi nasibku setelah bertemu denganmu… setelah jatuh cinta padamu. Aku justru berterima kasih pada Tuhan karena mentakdirkanku menjadi aku, menjadi Lura. Lura yang akhirnya dipertemukan denganmu. Yang dijadikan istri, yang begitu dimanjakan olehmu. Walaupun pernikahan kita ini dulu hanya berdasarkan kontrak.”Suara itu lirih, namun penuh kekuatan. Ada haru yang memancar dari cara Lura menatap Khailas, seakan seluruh luka masa lalunya luruh, terganti dengan rasa syukur. Ia merasakan dirinya tak lagi seorang perempuan yang tak dianggap, melainkan seorang istri yang dipeluk dengan seluruh keberadaan.Khailas, yang sejak tadi mengus

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status