Chapter: Dari Mulutmu… Aku PercayaTubuh Lura terasa hangat, terkulai dalam pelukan Khailas setelah puncak keintiman mereka yang panjang dan memukau. Nafasnya masih tersengal, matanya menatap langit luas, dimana aurora menari anggun, seakan ikut menjadi saksi cinta mereka malam itu.Dengan suara lembut, ia bertanya, “Apa nama aurora itu, Amor? Dan… maukah kau menjelaskan bagaimana proses terjadinya aurora? Menurutmu, aurora yang paling indah dan langka itu seperti apa? Aku ingin tahu isi kepalamu, bukan hanya soal pekerjaan… atau aku.”Khailas mengeratkan pelukannya, pipinya menyentuh pucuk kepala Lura. Ia menghela nafas panjang, kemudian menjawab dengan nada tenang namun ringan, seolah sedang bercerita. “Aurora yang kau lihat sekarang disebut Aurora Borealis, cahaya utara. Jika ini terjadi di belahan selatan, namanya Aurora Australis. Prosesnya terjadi ketika partikel matahari, yang disebut angin surya, menabrak atmosfer bumi. Ketika bertemu dengan medan magnet di kutub, partikel itu menghasilkan cahaya. Warna hijau
Last Updated: 2025-08-30
Chapter: Manis SekaliSuasana dalam tenda kaca itu seperti terhenti, hanya ada mereka berdua dengan kehangatan yang melingkupi. Kata-kata Khailas tadi masih berputar di telinga Lura, membuat tubuhnya gemetar karena bahagia. Ia memeluk suaminya erat, menempelkan wajah di dada bidang itu.“Pengakuanmu,” bisik Lura dengan suara bergetar, “adalah kalimat paling indah yang pernah aku dengar seumur hidupku. Aku janji, Amor… aku akan menjadi yang terbaik untukmu. Setiap hari, aku akan belajar. Belajar menjadi istri yang pantas, pendamping yang layak, teman yang tidak pernah meninggalkanmu, apapun yang terjadi.”Tangannya mencengkeram erat mantel hangat Khailas, seolah takut jika perasaan ini hanya mimpi yang bisa hilang sewaktu-waktu.Khailas menunduk, mengecup pucuk kepalanya, lalu mengusap punggungnya dengan lembut. Gerakannya mantap, tapi penuh kasih, berbeda dari wibawa keras yang biasa ditunjukkannya pada dunia luar. “Tanpa belajar pun,” katanya tenang, “kau sudah melakukannya.”Lura mengangkat wajahnya, men
Last Updated: 2025-08-29
Chapter: Membalas PerasaankuMobil hitam yang mereka tumpangi terus melaju di jalanan Islandia yang sepi, membelah hamparan salju putih yang tak berujung. Lura menempelkan wajah ke jendela, pandangannya tak pernah lepas dari pemandangan luar. Air terjun raksasa yang jatuh bebas, lapisan lava hitam yang kontras dengan putihnya salju, hingga kawah vulkanik yang mengepulkan uap hangat, semua itu membuatnya terpukau. Bagaimana bisa dunia memiliki tempat seindah ini? batinnya tak henti bertanya.Setelah perjalanan lebih dari satu jam, mobil akhirnya berhenti di depan sebuah bangunan kayu bergaya Skandinavia modern. Dari luar, penginapan itu tampak sederhana, tapi aura kehangatan memancar dari jendela-jendela besar yang menyala terang. Atapnya tertutup salju, dan asap tipis mengepul dari cerobong, menandakan kehangatan api unggun di dalam.Lura menoleh cepat ke arah Khailas, matanya berbinar. “Tempat ini…” ia berbisik kagum, “seperti rumah dalam dongeng.”Khailas hanya menatap sekilas, lalu turun lebih dulu. Ia membuka
Last Updated: 2025-08-28
Chapter: Kita Menginap Dimana?Suara mesin jet pribadi bergemuruh lembut, stabil menembus langit malam. Lura duduk di kursi kulit yang empuk, tubuhnya masih sedikit tegang, jantungnya berdetak tidak karuan. Baru saja beberapa jam lalu Khailas mengajaknya pergi, dan tanpa banyak penjelasan, ia kini berada di pesawat pribadi milik suaminya.Di sampingnya, Khailas tampak santai, menatap layar kecil di hadapannya yang menampilkan rute perjalanan. Ia lalu menoleh pada istrinya, seolah membaca kekagetan yang masih jelas terpancar di wajah Lura. Dengan nada datar tapi penuh karisma, ia berkata, “Kita menuju Islandia.”Lura berkedip cepat, seperti memastikan ia tidak salah dengar. “Islandia?” suaranya lirih, penuh tanda tanya.Khailas mengangguk, lalu melanjutkan, “Ada sesuatu yang istimewa dari sana, sesuatu yang tidak akan kau temukan di negara lain. Islandia adalah negeri es dan api, tempat di mana langit bisa menari. Aurora borealis, fenomena alam yang membuat dunia seolah berhenti bernafas.”Mata Lura membesar, rasa t
Last Updated: 2025-08-26
Chapter: Hanya ada Kita BerduaSuara langkah Lura bergema pelan di lorong dingin penjara. Udara pengap bercampur bau besi karatan seakan menegaskan tempat yang suram ini. Lura berdiri di depan sel, menatap lurus pada sosok di dalam. Jelita, dengan wajah kusut, rambut berantakan, dan mata penuh bara, duduk di kursi logam. Tatapan nyalangnya menusuk, dipenuhi dendam kesumat yang seakan tak ada habisnya.Namun Lura tetap berdiri dengan tenang. Penampilannya rapi, anggun, dengan kesombongan tenang yang bukan dibuat-buat, auranya menunjukkan kelas yang tak mungkin dijangkau oleh adik tirinya itu. Justru itulah yang membuat Jelita semakin terbakar, semakin ingin menghabisinya di tempat itu juga.“Ku pikir,” Lura membuka suara, datar namun tajam, “dengan ibumu dinikahi ayahku, hidupmu akan membaik. Tapi nyatanya tidak. Kau tetap liar. Bahkan di balik punggung orang yang memberimu makan, kau menikamnya berulang kali. Kau lakukan banyak kejahatan. Kau jatuhkan harga dirimu sendiri sampai ke dasar. Padahal aku masih berharap
Last Updated: 2025-08-25
Chapter: Yang Bisa Kuucapkan PadamuRuang sidang siang itu penuh sesak. Kursi pengunjung terisi hampir seluruhnya, sebagian besar dari kalangan media dan masyarakat yang penasaran dengan kasus besar ini. Blitz kamera berkilat-kilat sejak awal sidang dibuka, menyorot pada sosok yang kini duduk di kursi pesakitan. Jelita.Wanita yang dulu dikenal dengan citra mewah dan berkelas, kini benar-benar berbeda. Rambutnya yang acak-acakan, riasan wajah yang berantakan, serta tatapan mata yang kosong namun penuh amarah membuatnya hampir tidak dikenali. Bahkan Lura yang menyaksikan dari deretan kursi pengunjung merasa seolah melihat orang asing. Apakah ini adik tiriku? pikirnya. Sosok yang dulu selalu menuntut perhatian dan kemewahan kini terlihat seperti bayangan dirinya sendiri.Jaksa penuntut umum berdiri, membuka berkas perkara, dan mulai membacakan tuntutan panjang, pasal demi pasal yang menjerat Jelita. Tuduhan percobaan pembunuhan. Suaranya bergema memenuhi ruang sidang, tapi Lura tidak bergeming. Tidak ada rasa iba, tidak a
Last Updated: 2025-08-24
Chapter: Melihat KemiripanKetegangan di ruangan itu melonjak ke titik didih yang nyaris meledakkan pembuluh darah. Suara sekretaris Damien dari interkom masih menggantung di udara, membawa ancaman realitas yang tajam, Kejaksaan Agung, institusi yang bisa memenjarakan Soraya, sedang berada di ujung saluran telepon. Namun, di tengah bahaya yang mengintai di balik pintu mahoni itu, Damien tidak menarik diri. Dia tidak mendorong Soraya menjauh atau merapikan pakaian mereka dengan panik layaknya orang yang tertangkap basah melakukan kejahatan moral. Sebaliknya, pria itu tetap duduk kokoh di tepi meja, kejantanannya masih tertanam dalam-dalam di liang hangat Soraya, menjadi pasak yang mengunci wanita itu di tempatnya.Mata Damien, yang gelap dan setajam mata elang, tidak menatap pintu. Tatapan itu terkunci pada wajah Soraya yang pucat pasi namun memerah karena gairah yang tertahan. Tidak ada kata-kata yang terucap, namun pesan yang dikirimkan Damien begitu jelas, seolah diteriakkan langsung ke dalam benak Soraya.
Last Updated: 2025-12-19
Chapter: Sekarang, Peluk LeherkuNapas Soraya masih memburu, sisa-sisa kejutan dari orgasme paksa yang baru saja diberikan Damien masih mengaliri syaraf-syarafnya seperti listrik statis. Tubuhnya terkulai lemah di atas meja kerja yang berantakan, namun jeda itu tidak berlangsung lama. Damien, yang berdiri di antara kedua kaki Soraya yang terbuka lebar, tidak membiarkan wanita itu mendapatkan kembali kewarasannya.Mata gelap pria itu kini terkunci pada satu titik yang sejak tadi mengganggu konsentrasinya, dada Soraya yang naik turun dengan cepat di balik kain dress hitam yang sudah melorot setengah badan. Kain itu hanya menyangkut di lengan, membiarkan bagian atas tubuh Soraya terekspos sebagian, menggoda iman siapapun yang melihatnya. Kulit putih pucat yang kontras dengan gaun hitam itu, serta belahan dada yang terbentuk karena posisi Soraya yang terbaring, adalah undangan terbuka yang tidak bisa lagi ditolak oleh iblis di hadapannya.Damien yang sedari tadi tergiur dengan dada Soraya, kehilangan sisa kesabarannya.T
Last Updated: 2025-12-18
Chapter: Aku mau keluar… ku mohon!Ciuman yang bermula sebagai deklarasi penyerahan diri itu dengan cepat bermutasi menjadi pergulatan kekuasaan yang liar. Bibir mereka saling melumat, bukan dengan kelembutan sepasang kekasih, melainkan dengan kelaparan dua predator yang saling mencabik.Damien tidak memberikan ampun, lidahnya mendominasi rongga mulut Soraya, menyapu setiap inci, menyesap rasa takut dan gairah yang bercampur menjadi satu. Soraya, yang telah membuang topeng istri diplomatnya di depan pintu, menyambut invasi itu dengan lenguhan tertahan di tenggorokan, tangannya mencengkeram rambut tebal Damien, menariknya lebih dekat seolah ingin meleburkan diri.Napas mereka memburu, kasar dan tidak beraturan, mengisi keheningan kantor mewah itu dengan suara-suara basah yang intim. Tanpa melepaskan tautan bibir mereka, Damien melingkarkan lengan kekarnya di bawah pinggul Soraya. Dengan satu sentakan kuat yang menunjukkan kekuatan fisiknya, Damien menggendong Soraya. Kaki Soraya secara insting melingkar erat di pinggan
Last Updated: 2025-12-17
Chapter: Sebuah Pembalasan Dendam"Perhatikan gerakan tangannya di detik ke-empat puluh lima. Lihat baik-baik. Jangan alihkan pandanganmu sedikitpun," perintah Damien, suaranya dingin dan tajam, memotong udara ruang tamu yang sudah sarat ketegangan. Dia menyodorkan tablet mahalnya ke atas meja kopi, tepat di hadapan Soraya, memutar rekaman CCTV yang sudah dia bedah semalaman di kantornya.Soraya mencondongkan tubuhnya yang kaku, matanya terpaku pada layar retina display yang jernih itu. Di sana, dalam resolusi yang sudah ditingkatkan secara digital, sosok wanita yang mengenakan trench coat berwarna krem dan kacamata hitam besar sedang berdiri di depan mesin ATM."Itu..." Soraya tergagap, nafasnya tercekat. "Itu... caraku menyelipkan rambut ke belakang telinga.""Tepat sekali," sambar Damien cepat, matanya tidak lepas dari wajah Soraya, mencari reaksi jujur. "Bukan hanya itu. Lihat cara dia memiringkan bobot tubuhnya ke kaki kiri saat menunggu struk keluar. Itu kebiasaanmu saat sedang gugup atau tidak sabar. Dan lihat
Last Updated: 2025-12-16
Chapter: Kembaran AndaKamar tidur utama yang luas itu kembali hening setelah deru napas penyatuan mereka mereda, menyisakan aroma tubuh yang bercampur dengan dinginnya udara pendingin ruangan. Soraya berbaring miring, punggungnya menempel pada dada bidang George, sementara tangan suaminya yang besar dan hangat mengusap-usap lengan atasnya dengan ritme yang monoton. Itu adalah gestur pasca-seks yang biasa George lakukan, sebuah tanda kepemilikan dan penenangan yang seharusnya membuat Soraya merasa aman. Namun, malam ini, setiap elusan itu terasa seperti kertas amplas yang menggesek kecurigaan di dalam hatinya.Pikiran Soraya tidak bisa lepas dari bayangan wanita di CCTV yang sempat diperlihatkan sekilas di berita, wanita yang Damien tonton dengan obsesif di kantornya. Wanita yang mengenakan wajahnya, tubuhnya, dan gerak-geriknya."Wanita itu... di CCTV," bisik Soraya, memecah keheningan, suaranya bergetar ragu. "Dia... dia sangat mirip denganku, George. Bahkan cara dia memegang tas..."Seketika itu juga, el
Last Updated: 2025-12-15
Chapter: Kenapa sangat mirip Aku?"Pelan-pelan, Sayang. Tidak perlu terburu-buru, mobil sudah menunggu di lobi depan, aku akan memapahmu sampai kau duduk nyaman di dalam," suara George terdengar begitu lembut, bergetar dengan nada protektif yang sempurna saat tangannya melingkar di pinggang Soraya, menahan bobot tubuh istrinya yang masih lemah."Tuan, Anda benar-benar suami idaman," seorang perawat senior yang mengantar mereka sampai ke pintu keluar berdecak kagum, matanya berbinar menatap George seolah sedang menatap dewa yang turun ke bumi. "Nyonya Estenne sangat beruntung. Seminggu ini Tuan tidak pernah absen menjaga, bahkan rela tidur di sofa yang sempit itu padahal Tuan pejabat penting. Jarang ada suami sesetia ini di zaman sekarang.""Suster bisa saja," George tersenyum rendah hati, senyum yang memamerkan lesung pipinya yang menawan. "Ini kewajiban saya. Soraya adalah nyawa saya. Kalau dia sakit, saya yang lebih sakit. Terima kasih sudah merawat istri saya dengan baik selama di sini.""Sama-sama, Tuan. Hati-hati
Last Updated: 2025-12-14