Suara Sean memang tidak keras, tetapi ruang di kamar mandi juga tidak besar. Oleh karena itu, Xavier di ujung telepon yang sudah mendengar suara Sean sejak tadi pun tersenyum dengan lembut."Suruh Sean datang menemuiku saja. Aku akan menemaninya mengobrol sebentar, kamu pergi bantu aku urus istriku," kata Xavier sambil tertawa, lalu menutup teleponnya.Sementara itu, Tiffany masih memegang ponselnya dengan kondisi rambut yang berantakan karena ditiup angin dan menatap Sean."Xavier bilang .... Hmm ...."Sebelum Tiffany selesai berbicara, Sean langsung menekan Tiffany ke dinding dan mencium bibir Tiffany dengan kuat.Tiffany juga merasa pusing karena ciuman yang mendadak itu. Dalam keadaan tak berdaya, dia hanya bisa mengangkat tangannya dan merangkul pinggang Sean yang kekar. "Sayang ....""Sayang, biarkan aku menciummu sebentar."Setelah itu, Sean memeluk Tiffany sambil memejamkan matanya. "Aku sangat lelah, hanya kamu yang bisa membuatku merasa nggak terlalu lelah."Mendengar suara S
"Dia mau cerai sama aku," jelas Xavier.Tiffany hampir menyemburkan air kumur dari mulutnya. Setelah beberapa saat, dia batuk ringan, lalu bertanya, "Bukannya kalian baru nikah? Kok sekarang malah mau cerai?"Selesai berkata, dia mengerucutkan bibir, lalu berpura-pura serius bertanya kepada Xavier, "Jangan-jangan kamu ngomong sesuatu yang buat dia nyesal nikah sama kamu?"Xavier hanya bisa tersenyum pasrah. "Mana mungkin! Tiff, aku ngaku, awalnya aku tunangan sama dia karena aku pikir dia oke juga.""Tapi sekarang, setelah semua yang dia lakukan buat aku, aku benar-benar tersentuh sama si bodoh itu. Aku benaran ingin hidup sama dia sampai tua. Masa iya aku tega sakiti dia, apalagi cerai?"Tiffany menggenggam ponselnya. Ini pertama kalinya dia mendengar Xavier membahas perasaannya untuk wanita. Rasanya agak aneh, tetapi juga menarik.Dia menarik napas panjang. "Ini pertama kali kamu pacaran ya? Kamu nggak tahu harus ngapain, jadi telepon aku?"Dari seberang, terdengar napas berat Xavier
"Orang-orangku sudah menyelidikinya." Sean menghela napas pelan. "Semua ini adalah rencana yang telah Cathy susun dengan matang.""Mereka membuat orang-orang mempersulitku dan Tiffany, memasang alat pengacau sinyal di tempat kami makan, membuat kami menjauh dari lokasi, lalu menggunakan identitasmu. Dia memanfaatkan fakta bahwa para pelayan di rumahku nggak akan menolak perintahmu hingga berhasil menyelamatkan Ronny.""Bahkan setelah mereka keluar dari rumah sakit, mereka langsung menuju ke arah pelabuhan. Sekarang Ronny sudah menaiki kapal penyelundup dan meninggalkan Kota Zimbab."Saat Sean mengungkapkan semua ini dengan nada datar, tubuh Bronson sudah gemetar karena marah."Gimana bisa Cathy ...."Bagaimana bisa dia menyakiti ayahnya dengan cara seperti ini? Cathy tahu betul bahwa dirinya membenci Ronny sampai ke tulang!Di dunia ini, kalau Sean adalah orang yang paling membenci Ronny, itu artinya Bronson adalah orang kedua! Ronny yang membuat keluarganya hancur!Namun sekarang, Cat
Sambil berbicara, Sofyan sudah membuka laptopnya. Di layar, muncul rekaman CCTV. Dalam rekaman itu, tampak Cathy mengenakan mantel merah sedang memapah seorang pria yang bentuk tubuh dan pakaiannya sama persis dengan Bronson. Mereka berjalan perlahan ke bangsal.Pria itu mengenakan topi dan masker, tetapi pakaian yang dia kenakan jelas adalah pakaian yang Bronson kenakan saat menghadiri acara pernikahan hari ini. Sepanjang hari ini, Bronson memang hanya mengenakan setelan itu.Bahkan saat ini dia duduk di hadapan Sean, mantel di tubuhnya adalah mantel yang sama seperti dalam rekaman!Wajah Bronson langsung menegang dan alisnya berkerut tajam. Kalau dia tidak salah ingat, mantel yang dia kenakan itu adalah hadiah dari Cathy sebelumnya. Dia merasa bahwa anak angkatnya itu sangat memahami seleranya, jadi dia sangat menyukai mantel itu. Makanya, setiap kali menghadiri acara formal, dia selalu memakainya.Waktu itu, Cathy bahkan berkata bahwa mantel itu adalah desainnya sendiri, dipesan khu
Saat Sean mengetuk pintu kamar hotel Bronson bersama orang-orangnya, Bronson baru saja selesai menulis suratnya. Ketika dia sedang memasukkan kertas surat yang elegan itu ke amplop, pintu tiba-tiba diketuk.Dia mengernyit, menoleh ke arah pintu dengan agak kesal, lalu menutup pintu kamar tempat Arlo dan Arlene tidur dengan hati-hati. Setelah itu, dia berjalan dengan enggan untuk membuka pintu. "Siapa?""Ayah, ini aku." Suara berat Sean terdengar dari luar pintu.Alis Bronson semakin berkerut. "Sudah larut begini, kenapa kamu nggak menemani Tiffany? Datang ke sini untuk apa?"Meskipun nada bicara Bronson kurang baik, Sean tetap bersikap tenang. Dia tersenyum tipis dan menyahut, "Ada hal penting yang harus kubicarakan denganmu."Bronson mengerutkan dahi. "Harus malam-malam begini?"Kedua anak itu sudah tidur. Bronson khawatir suara mereka akan membangunkan anak-anak.Arlene masih bisa diatur, tetapi Arlo adalah anak yang sensitif. Bronson takut Arlo terbangun dan mendengar hal-hal yang s
Ternyata, menyulitkan mereka bukanlah tujuan utamanya. Cathy punya rencana, yaitu membuat Sean dan Tiffany tidak bisa kembali ke rumah sakit.Sean juga percaya, Genta pasti sudah mencoba menghubunginya. Fakta bahwa ponselnya tidak ada sinyal mungkin memang benar. Bagaimanapun, jika Cathy bisa mengerahkan begitu banyak orang untuk mengganggu dirinya dan Tiffany, memasang beberapa alat pengacau sinyal di pinggir jalan bukanlah hal yang mustahil.Melihat Sean diam, Genta takut sampai berlutut di depannya. "Tuan, ini semua salahku. Tuan boleh menghukumku sesuka hati ...."Sebagai orang kepercayaan Sean, Genta sangat tahu betapa dalamnya kebencian Sean terhadap Ronny. Sean bahkan tak pernah memedulikan hubungan darah mereka selama bertahun-tahun, langsung saja menghajar Ronny seperti itu.Sekarang karena kelalaiannya sesaat, Ronny malah dibawa kabur oleh orang lain ...."Nggak apa-apa." Sean akhirnya tersadar dari lamunannya, menatap Genta dengan tenang. "Nggak perlu terlalu menyalahkan dir