Satu minggu setelah kematian nenek Diana, pihak kepolisian menghubungi Sofyan untuk menindak lanjuti kasus penyebab kecelakaan. Pelaku sama sekali belum ditemukan, apalagi sudah beredar kabar di media bahwa kasus ini adalah kecelakaan misterius.
"Bagaimana ini? Aku belum bisa berbuat banyak. Aku terlalu fokus sama penagih hutang, hampir gak punya waktu buat urus ini urus itu, mana berat badanku makin hari makin berkurang," keluh Suci.
"Pasti ada jalannya. Suatu hari pasti ketemu siapa pelakunya, aku kan detektif, masa gak percaya," kata Sofyan.
Tentunya Suci belum mampu ikhtiar sendiri. Kekalutan hatinya masih menyerang dirinya, namun karena semangatnya dia mampu menghadapi yang terjadi saat ini.
ketika Suci duduk kursi panjang di luar ruangan itu. Ia membuka botol minuman kemudian diteguknya hingga habis. "Segarnya. Aku sekarang udah lega. Sidang ini masih lanjut?" "Sampai tuntas mungkin dua atau tiga kali lagi," jawab Sofyan. "Sofyan. Doakan aku, ya. Semoga bisa bayar semua hutang aku yang segunung, mungkin dalam waktu dekat ini aku mau berangkat buat kerja di luar negeri," kata Suci. "Serius? Kerja di sana perlu tenaga besar, mental juga siap sedia. Kamu sanggup?" "Ya sanggup, dong. Siapa yang mau bayar hutang aku yang banyak itu coba? Daripada aku stress lebih baik kerja, kan? Memang berat tapi mau giman
"Bagaimana dengan fotonya? Kalian sudah ambil beberapa pose, kan?" Tanya Adhika pada bodyguard pribadinya. Salah satu bodyguard memberikan hasil potret kepada majikannya itu. Seketika wajah Andhika kembali sumringah. "Bagus!" "Kalau boleh tahu, kenapa Anda lakukan ini?" "Sebarkan ini di media sosial, aku ingin membuktikan bahwa CEO kaya raya seperti aku mampu berbuat baik pada siapapun meski pada musuhnya, kalian tahu? Namaku harus bersih! Kalian sama sekali gak merasakan sakit hati saya karena kehilangan orangtua," sahutnya. Semua bodyguard menepuk kening karena mendapati kebodohan majika
Kabar tentang gugatan seorang kaya raya pada gadis miskin itu sudah tersebar di media televisi dan jaringan sosial. Pihak wartawan dan netizen bahkan mengolok-olok sikap konyol sang penggugat yang dirasa memalukan. Tak ayal, ini membuat Andhika menjadi sangat gusar. Pada berita di televisi itu menayangkan sosok Suci sedang duduk di kursi persidangan yang tunduk setia mendengar vonis dari hakim. Sedangkan Andhika terlihat sedang bersedekap sembari menengadahkan kepala sehingga tampak angkuh. "Sialan! Siapa yang nyebarin berita ini! Dasar wartawan sialan, urusan mereka juga bukan, ngapain ikut campur masalah gue!" Keluhnya. Dan seorang reporter itu menegaskan bahwa aksi tersebut hanyal
"Aku harus ke agen penyalur TKI sekarang juga. Mudah-mudahan bisa diterima," gumam Suci sembari merapikan bajunya di depan cermin. Pintu terketuk. Ia lantas membukanya dan penampakan seorang wanita dewasa seperti toko emas berjalan tengah berdiri dengan tatapan mata yang tajam. "Ibu Arin?" "Kamu Suci, ya? Anak ibu Kana yang pernah pinjem duit buat berobat," ucapnya. "Iya, bu. Almarhum ibu saya masih punya hutang, ya? Tapi, saat ini belum bisa membayar, kalau begitu minta nomer hape saja ya bu, biar nanti saya hubungi kalau sudah bekerja di luar negeri," pinta Suci dengan lembut.
Tak ada jalan lain selain menuruti keinginan Andhika yang memaksanya untuk masuk ke dalam butik mewah itu. Saat memasuki ruangan, ada beberapa orang yang memandang aneh pada Suci, mereka melirikan matanya kemudian mendekat dan bertanya-tanya. "Kamu yang digugat itu, kan? Oh, iya sebenarnya masalahnya gimana sih, kok bisa ya sampai ke pengadilan tapi kasusnya gak jelas begitu? Jangan-jangan kamu--" "Maaf, Anda salah orang, belum tentu yang di media itu adalah saya, kan?" Kata Suci. "Maaf, ini calon istri saya, jangan ganggu, ya." Andhika menghindari pertanyaan itu dengan sengaja merangkul Suci lalu membawanya ke dalam butik untuk memilih baju.
Tampaknya Suci masih keberatan dan dibuat galau oleh niat Andhika yang hendak menikahinya. Ada rasa ragu namun dia perlu. Seluruh pikirannya tengah carut marut dengan kondisi saat ini, mulai dari masalah hutang yang belum lunas, banyaknya penagih yang galak, ditambah beban dari paksaan CEO yang arogan. "Aku memang perlu seseorang untuk bersandar, dia adalah Sofyan, satu-satunya lelaki yang aku harapkan, tapi kenapa harus begini?" Batinnya. Saat galau melanda, Suci terbiasa melampiaskan keluh kesahnya pada Sofyan, namun saat ini beberapa kali ia hubungi tak jua menerima panggilanya. Kacau sudah batinnya yang diliputi segudang perasaan yang bisa membuatnya depresi. "Kenapa jadi begini? Kalau aku sudah pulang ke rumah, pastinya penagih hutang sudah menunggu di sana. Apa aku terima saja ya lamaran dari Andhika?" Begitu pulang ke rumah kontrakan.
Suci lantas duduk di kursi sofa tanpa meminta izin. Dan Andhika menatapnya dengan sinis dan senyuman hambar. "Sudah aku bilang, kamu belum bisa bertahan karena jatuhnya finansial, jadi orang miskin jangan munafik, ya!" "Setelah beberapa bulan menikah kita cerai, gimana? Ada kesepakatan lebih awal lebih bagus," tukas Suci. "Lagian, aku gak mau hidup lama-lama sama orang arogan kayak kamu." Andhika mendekat dan duduk di samping Suci. Ia mulai berani menunjukkan sifat genitnya dengan mencubit pipi wanita itu. "Iihh, jangan macam-macam!" "Eit, untung wajahmu cantik, kalau jelek? Aku gak bisa apa-apa, iya kan? Suci, jangan anggap aku ini mau melabuhkan hatiku padamu. Dengar! Kamu itu bukan standard sultan sepertiku," ucap Andhika. "Terus, niat kamu
Andhika tak punya perasaan. Ia lantas menghampiri ibunya di ruang tamu sambil melempar tinggi ponsel milik Suci. Ibu Marlina keheranan dengan sikap putranya yang kaku itu. "Keputusan kamu udah direncanakan?" "Mama, sudah aku bilang. Aku nikahi dia sementara waktu. Kabar tak sedap sudah merambah negara ini, bahkan netizen sialan ngasih komentar seenaknya tanpa tahu kebenarannya. Ini semua demi nama baik keluarga kita, kalau nama keluarga Sanjaya sudah bersih baru aku ceraikan Suci," terang Andhika. "Well, kamu sudah besar. Mama izinkan kamu menikahi dia tapi mesti ada tanggung jawab juga. Berapa lama kira-kira jangka waktu pernikahan kalian nanti?" "Kalau namaku sudah bersih. Besok aku undang sejumlah wartawan bayaran, biar mereka yang posting juga memoles berita sedemikian rupa bahwa Andhika Sanjaya adalah orang yang mulia."