"Kan ada aku, Mas? Aku istri kamu," ucap Suci. "Aku yang lebih berhak melayani kamu. Selama jadi istri ya aku yang harusnya layani suami.""Maaf, aku lagi gak butuh kamu," tukas Andhika. Tiga hari kemudian, Andhika pulang ke rumah. Tidak ada senyum yang tersungging di wajahnya kecuali kepada sang gadis kecilnya."Mana anak Papa?" "Ini, Papa," sahut Putri. Meskipun dalam kondisi belum pulih, Andhika tetap menggendong gadis kecilnya."Mas, hati-hati," pinta Suci."Pa, Mama bilang hati-hati tapi kok diem aja?" Tanya Putri. "Lagi berantem, ya?""Enggak, Sayangku. Malam ini kamu tidur temenin Papa ya, biar ada teman ngobrol, udah lama Papa gak masuk ke dunia kamu," ucapnya. Andhika lantas mengajak Putri ke kamarnya.Sementara itu, Suci menyambangi dapur, menyiapkan masakan untuk keluarganya. Ketika, mengiris sayuran, tiba-tiba mertuanya menyapa. "Suci, kamu masak buat kapan?" Tanya Pak Adi."Makan malam nanti, aku mau buatkan makanan yang enak buat keluarga, anggap saja ini perayaan ke
"Perlu kamu ingat, jangan sekali-kali lagi kamu sebarkan gosip mengenai saya dan istri. Akhir-akhir ini saya mendapat musibah, kenapa kamu gak sebarkan saja beritanya, biar semua orang tahu kalau orang jahat berkeliaran di sekitar," ucap Andhika. Andhika tampaknya tidak mau berlama-lama berhadapan dengan Revi. Ia menghindar dari pertemuan itu sampai Indah menyusulnya. "Katanya mau ketemuan, tapi malah kabur," protes Sofyan. "Sorry, saya harus tugas sekarang," pamit Revi. Kemudian, staf khusus kantor muncul. Seorang pria tampak geram berhadapan dengan Revi. Ia berkata," Saya sudah mendengar percakapan kamu sama dia. Revi, sejak kapan kamu jadi MC di infotainment? Acara apaan itu?" Lantas, Sofyan menunjukkan sebuah borgol besi di hadapan gadis itu dan berkata," Anda tahanan kami." Revi melunglai, dia duduk dahulu di sofa dan mulai terisak-isak. "Kenapa? Apa ada peran lain di belakang kamu? Kalau masih menutupi kasus terpaksa saya akan laporkan kamu ke pengadilan, bisa dikenai hu
"Jujur saja kamu mau menyingkirkan Suci dari hidup saya," ucap Andhika. "Sayangnya, gagal!""Aaarrrghhh!" Indah berteriak. Dokter itu menutup telinganya sambil terisak-isak. "Kamu gak pernah menghargai cinta aku, Andhika!""Karena demi cinta kamu menghalalkan segala cara. Padahal masih ada pria lain yang mau menikahi kamu. Sayangnya, rencana kamu untuk menghancurkan rumah tangga saya sudah gagal. Saya terlanjur mencintai Suci," terang Andhika. "Yang kamu lakukan itu menyakitkan, saya gak pernah menyakiti kamu.""Mungkin bagi dokter Indah sangat menyakitkan, tapi waktu saya tertimpa gosip perselingkuhan itu memang benar-benar mengecewakan, perilaku kamu gak bisa dimaafkan, Indah," tegas Sofyan.Sofyan mengeluarkan sebuah borgol di hadapan Indah . Pemandangan itu tentunya membuat Indah sesak nafas dan panik."Sekarang saya tanya, apa kamu pelaku penusukan sewaktu di Monas?" Tanya Andhika. "Apa buktinya kalau aku pelakunya?" Tanya Indah."Waktu saya lap sepatu kamu dengan tissue. Saya
Siang hari, selesai mengajar di taman kanak-kanak tempat ia mencari nafkah, Suci lantas pergi ke tempat untuk menjenguk ibunya yang sedang dirawat. Di saat sinar matahari yang terik, gadis manis nan menawan itu menyusuri jalan yang ramai kendaraan bermotor. Angin menyibakan rambut hitam berkilau dan hitam, dia memang memiliki wajah cantik tapi postur badannya kurus, bahkan asap kendaraan yang hitam dan kotor sudah tak dihiraukan lagi.Pakaiannya sederhana, cara dia berjalan juga kalem dan anggun. Wajahnya selalu dihiasi senyuman manis dan lembut. Kini dia sedang membawa sebuah tas anyaman yang berisi makanan."Mudah-mudahan ibu senang aku bawakan makanan ini," gumamnya sembari melihat isi tas anyamannya.Dia hendak menyeberangi jalan raya kemudian masuk gang, ketika dirinya menikmati angin sepoi-sepoi yang menerpa tubuhnya, tiba-tiba saja suara klakson terdengar nyaring dan mengagetkan hingga menghentikan langkahnya. Suc
Ketika tiba di rumah sakit, Suci tak lagi menemukan ibunya di ruang rawat inap biasa. Tabung oksigen dan selang yang menjuntai disertai ranjang pasien dengan selimut yang menggulung dibiarkan begitu saja. Pikiran buruk sudah menghantuinya, batinnya mulai merasa ada sesuatu yang terjadi pada orang tua satu-satunya itu."Di mana ibu?" keluhnya.Kemudian seorang perawat menyambanginya lalu menyapanya."Ini dengan ibu Suci, kan? saya mau kasih kabar kalau ibu Kana baru saja dipindahkan ke ruang ICU untuk perawatan lebih intensif karena kemo sore nanti kemungkinan kami batalkan."Suci tercekat. Terbesit pertanyaan dalam benaknya, rasa gundah mulai meliputi dirinya."Kenapa memang? saya pasti bayar biayanya, sudah kompromi dulu sama dokter," sangkal Suci agak naik pitam."Kondisi ibu Kana saat ini mungkin hanya Tuhan yang menentukan. Tapi, kita masih bisa tengok dia dari dindin
Andhika hendak mencari orang tuanya yang mengalami kecelakaan. Ia hanya datang seorang diri. Saat itu, dia melihat sosok gadis kecil yang sedang berjalan-jalan di luar ruang UGD dan ada pria berbadan kekar menghampirinya."Putri, ya Tuhan!"Andhika berjalan terburu-buru ke ruang UGD. Ia menghempas tangan si pria yang tampak sedang merayu gadis kecil itu."Tunggu! anda mau apakan anak saya!" hardiknya."Oh, kami dari kepolisian. Anda anggota keluarga nenek Diana, kan? kebetulan kami sedang menunggu," jawabnya.Andhika menggendong putrinya lalu menengok neneknya yang sedang berbaring di ranjang."Nenek," panggilnya, ia memeluknya dengan erat."Nenek baru saja dirampok orang, untung ada yang mau menolong, coba kalau enggak," keluh beliau sambil mengusap bahu Andhika.Andhika lantas keluar ruang UGD dan menyambangi pria yang sedang menu
"Aku harus apa lagi?" batin Suci.Sofyan tetap memeluknya. Mengusap bahu dan rambut gadis itu.Suci terus mengeluhkan kondisinya saat ini yang sedang dirundung masalah. Ibunya sudah semakin parah, hutang bekas pengobatan terus menggunung, bahkan air mata sendunya tak mampu lagi teteskan."Tenang, aku ada di sini buat kamu," kata Sofyan.Tiba di sore hari, dia hendak pulang ke rumahnya dengan menyusuri jalan yang sama. Suci masih mengingat insiden saat menolong seorang nenek dan gadis kecil itu di sana. Ia berdiri sejenak lalu bayangan mereka begitu terngiang-ngiang, apalagi jurus silat yang ia keluarkan saat melawan para begal."Berkesan juga, ya. Kok aku bisa sekuat itu? kenapa aku gak kuat ketika ibuku sakit, ya."Suci pun melanjutkan perjalanannya sendirian. Meski berat dirasa tapi terpaksa harus ia lakukan demi kesembuhan ibunya."
Andhika menghela napas saat mendapati putrinya tak juga berangkat sekolah. Seragam lucunya sudah ia kenakan namun masih saja bermain-main di dalam rumah dengan skuter kesayangannya."Putri," sapanya. "Putri, papa punya makanan kesukaan kamu, nih. Ada coklat, kue dan strawberry juga."Makanan itu ia berikan. Andhika menatap fokus pada gadis kecilnya yang tak mau merespon sapaannya. Dan Putri hanya mengambil satu buah strawberry lalu ia malah menjauhi ayahnya."Kenapa dia gak mau sekolah?" gumam Andhika.Makanan itu ia simpan di atas meja makan. Dan Andhika hanya menikmati beberapa masakan yang tersaji. Neneknya baru saja muncul, dia membawa sebuah tas, dari pakaiannya saja sudah menunjukan bahwa beliau hendak berpergian."Nek, kok Putri gak mau sekolah? apa dia lagi males saja ya?" tanya Andhika."Ya namanya juga anak, kita gak bisa paksa dia seenaknya,