Share

bab 4 Manusia Aneh

"Elive, mau tinggal bersamaku saja?" Pertanyaa Zavian membuat Elive terkejut di tempatnya namun segera menetralkan diri. Gadis itu mengabaikan pertanyaan atasannya dan menyuguhkan makanan untuk pria itu

“Tuan, ini susu dan roti isi untuk Anda,” ucap Elive.

Zavian segera duduk di depan pantry dan melahap roti isi buatan Elive, sementara gadis itu menunggu dengan sabar. Membiarkan Zavian makan dengan tenang. Lagipula, kalau mereka terlambat, Elive bisa membuat alasan dengan menggunakan bosnya tersebut.

“Sudah selesai,” ucap Zavian.

Dengan cekatan, Elive mengambil susu dan tempat roti isi yang sudah habis isinya tersebut. meletakannya di wastafel dan mengajak Zavian untuk berangkat atau mereka akan terlambat.

“Tuan, nanti saya turun agak jauh dari kantor tidak apa-apa. Saya tidak mau ada gosip menyebar tentang saya,” jujur Elive.

“Saya akan ke parkiran bawah khusus kendaraan direksi. Jadi, kamu tidak perlu khawatir akan ada karyawan yang memergoki kamu,” jawab Zavian santai.

Keduanya akhirnya sampai di kantor dan turun dari kendaraan roda empat tersebut.

Elive tidak lupa mengucapkan terima kasih dan segera menuju ruangannya. Ia masih belum sepenuhnya mengerti tentang apa yang terjadi sekarang.

Atasanya tiba-tiba mengantarnya pulang, mengobati lukanya, bahkan menjemputnya di rumah. Jika Elive adalah pemeran utama perempuan dalam cerita yang sering ia baca, ia pasti sudah sangat bahagia. Sayangnya, Elive masih cukup waras bahwa apa yang terjadi sekarang dikarenakan balas budi dari san atasan. Meskipun Zavian masih bersikap begitu dingin, respon yang diberikan pria itu sangatlah hangat.

Elive bisa merasakan ketulusan dari sikap Zavian. Gadis itu mendadak merasa bersalah karena sudah bepikiran bukur tentang keturunan Lee tersebut.

Begitu masuk ke ruangannya, Elive segera fokus dengan pekerjaannya hingga jam makan siang tiba. Gadis itu menuju kantin bersama Hana. Sambil berbincang kecil, mereka membawa nampan berisi makan siang tersebut ke salahsatu meja yang ada di ujung. Beruntunglah karena kantin tidak begitu ramai, sebab kebanyakan karyawan akan memilih kantin yang ada di lantai tiga. Sangat sedikit yang mmeilih kantin di lantai satu.

“Maaf, Tuan Zavian. Saya sungguh tidak sengaja.”

Hana dan Elive menoleh, ia melihat seorang karyawan tengah membungkuk di depan Zavian.

“Bagaimana bisa karyawan yang sangat ceroboh sepertimu diterima kerja di perusahaan ini,” ucap Zavian dingin.

“Maaf, Tuan. Saya tidak sengaja. Sungguh, saya tersandung kaki saya sendiri.”

“Tentu saja. Kamu berjalan tidak fokus dengan lajurmu, tapi sibur tebar pesona,” sarkas Zavian.

“Maaf, Tuan.”

“Berikan karyawan  ini surat peringatan. Dia beruntung karena menabrakku. Kalau dia menabrak rekan kerjaku, aku pastikan dia langsung dipecat dari tempat ini,” ucap Zavian dingin dan segera berjalan melewati karyawan tersebut.

Elive dan Hana yang melihat kejadian tersebut hanya saling berpandangan. Bergidik ngeri saat melihat tatapan Zavian yang begitu dingin.

“Kalau aku di posisi gadis itu, aku sudah menangis,” ucap Hana.

“Dia terlalu dingin. Benar, bahwa sebagai atasan kita harus bertindak tegas, tapi sikapnya sangat dingin. Dia bahkan tidak melihat karyawan tersebut. Walaupun sedang marah, setidaknya dia bisa mengatakan kalimat yang lebih halus,” ujar Elive.

“Dunia bisnis tidak mengajarinya untuk bersikap seperti itu, Elive. Belum lagi dia adalah seorang atasan, pasti dia terbiasa dibentuk menjadi pribadi yang tegas dan keras sampai berinteraksi dengan orang lain pun harus seperti itu,” bela Hana.

“Dunia bisnis tidak mengajari kemanusiaan dan empati.” Elive sibuk mengunyah makanannya. Mengabaikan Hana yang masih mengoceh, mencoba membela Zavian.

Elive kembali kehilangan nilai positif yang sebelumnya ia berikan pada Zavian. Ia pikir, Zavian benar-benar memiliki sisi hangat, meski hanya sedikit. Nyatanya, pria itu sama sekali tidak memiliki sikap itu.

Sifat sombong dan angkuh melekat kuat dalam diri Zavian hingga Elive semakin kehilangan minat. Gadis itu bahkan hanya mengangguk kecil dan tidak repot-repot menunjukkan wajah ramahnya seperti Hana saat mereka menyapa rombongan Zavian di meja makan.

Elive tidak tahu bahwa sikapnya tersebut berhasil membuat fokus Zavian terpecah. Gadis itu melanjutkan berjalan tanpa penasaran apa yang terjadi di belakangnya.

Elive memilih ke kamar mandi terlebih dahulu sementara Hana langsung menuju ruangan. Begitu keluar dari kamar mandi, Elive dikejutkan dengan Zavian yang tiba-tiba berdiri di samping pintu masuk.

“Tuan Zavian, ada yang bisa saya bantu?” tanya Elive.

Zavian menegakkan tubuhnya sebentar kemudian menatap Elive dengan sorot mata datarnya.

“Pulang kerja nanti, kita makan malam bersama.”    

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status