Jangan pernah menjadi budak dunia, yang tidak pernah memikirkan urusan akhirat.
🍃🍃🍃Brak!
Di tutupnya dengan keras pintu mobil saat Adrian bersama kedua anaknya telah memasuki mobil tersebut. Wajah Adrian begitu ditekuk sempurna membuat Rama yang hendak protes akan kekagetannya akibat ulah Adrian kini mengurungnkan niatnya dan membiarkan bos besarnya itu untuk tenang terlebih dulu.
"Jalan!" perintah Adrian. Rama mengangguk, ia mulai menancapkan gas meski ia tak tau arah tujuan mereka saat ini akan kemana.
"Kita gak usah pulang ke hotel, tapi ke rumah om Darius" ucap Adrian kembali memecahkan keheningan di antara keduanya sedangkan si kembar kini tengah asik pada dunianya masing-masing.
"Baik pak," jawab Rama. Ia jelas tahu alamat rumah Om Darius, paman dari bosnya itu sebab sudah hampir kesekian kalinya Adrian mengajak Rama untuk ikut menemui pamannya itu.
Tak butuh waktu lama, mobil pazero hitam itu telah terparkir rapi
Mario nampak mengerinyitkan dahinya kala melihat wajah Anna yang sedari tadi tertekuk kesal."Kamu kenapa yang, ih kok kaya kesal gitu?" tanya Mario hati-hati takut kekasihnya itu lebih kesal lagi.Anna menoleh, diletakannya ponsel di atas meja kerjanya. "Aku tuh masih sebal, kesal!" geram Anna.Mario hanya mengangguk, menunggu kekasihnya itu untuk bercerita. Ya, tanpa Mario minta Anna akan bercerita setiap keluh kesah padanya hanya karena satu pertanyaan saja yang Mario lontarkan padanya."Tau gak, tadi ayahnya si kembar tuh marah-marah gak jelas. Banting pintu segala lagi, gimana aku gak kesal Mas" cerita Anna bersungut-sungut."Mung-" baru saja Mario hendak berbicara namun Anna dengan cepat memotongnya sehingga membuat Mario terpaksa mengatupkan kedua bibirnya kembali."Kok bisa ya sahabat Mas itu tahan punya bos kaya dia" heran Anna."Jadi gara-gara ini, mas dicuekin?" tanya Mario. Ditatapnya wajah Anna dengan lekat, hampir
Seminggu berlalu ...Hari ini Anna seperti kembali menuliskan alur hidupnya sendiri. Untuk setahun kedepan ia akan kembali melewati hidupnya dengan begitu banyak kesepian yang mungkin akan melibatkan air mata kerinduan.Masa depannya telah kembali ia terawang, menerka-nerka apa yang akan terjadi nantinya. Ah, rupanya ia tak sadar jika takdir hidupnya hanya Allah lah yang berkuasa.Terduduk memandang langit malam kini ia lakukan sebagai bentuk pengenangan atas kepergian Mario ke Bandung untuk beberapa bulan kedepan."Jika rindu, pandanglanglah langit malam. Aku akan hadir dalam kesunyian malam, menjadi bentangan langit yang luas sebagai penampung gemerlapnya cahaya bintang dan purnama dan aku akan menjadikan kamu sebagai awan yang begitu setia menemaniku" ujar Mario sebelum kepergiannya seminggu yang lalu.Anna tersenyum, mengingat perlakuan manis Mario yang tak berubah sedari dulu. Romantis dan begitu humoris."Aku akan menjadi awan yang sel
Masih sepagi ini namun langit Surabaya sudah dilanda mendung tak terkira, mungkin sebentar lagi hujan akan turun membasahi bumi dengan membawa segala ingatan tentang orang-orang dimasa lalu setiap anak manusia."Ayah bangun, ayo kita solat subuh" kedua tangan mungil milik Raja kini tengah berusaha menyibakkan selimut di tubuh Ayahnya. Berusaha keras ia membangunkan Rian dengan berbagai cara dilakukan, salah satunya menarik selimut pada tubuh Adrian dan Ratu, adik kembarnya bertugas untuk memainkan telinga Adrian serta membisikan kata-kata padanya."Hemmm," gumam Adrian, berusaha membuka kedua matanya yang terasa berat."Ih ayah ayo bangun, subuhnya nanti kelewat lagi. Mamah udah nungguin pasti," seru Ratu di telinga Adrian. Mendengar kata Mamah membuat Adrian seketika membuka kedua matanya, buru-buru ia bangun menghadap Ratu yang menatapnya tak berkedip."Siapa yang nungguin kita sayang?" tanya Adrian memastikan kembali jika ia tadi mendengar kata mamah y
Adrian menatap lekat punggung putra kesayangannya dengan sendu, naik turunnya bahu sang putra membuat hatinya merasa menyesal. Sekejam inikah ia padanya selama ini? Tapi ini juga demi kebaikannya, inilah cara mendidik Adrian pada sikembar selama ini."Berbalik, hadap ayah sini" titah Adrian dingin. Raja tersentak, buru-buru ia menyeka air matanya dan menuruti perintah Adrian."Tahu kesalahan kamu apa?" tanyanya dengan melipat kedua tangan di dada.Raja mengangguk lemah, masih dengan menunduk."Coba sebutkan" perintahnya."Abang usilin adek, gak nurut apa kata ayah dan abang yang menjadi penyebab adek menumpahkan secangkir wedang jahe hingga berkas-berkas ayah basah" akunya Raja menatap sekilas Adrian dengan ketakutan."Mau ulangi lagi?" tanya Adrian setengah berjongkok, menatap tajam putranya."Tidak ayah, Raja menyesal" geleng Raja berusaha menghindari tatapan tajam tersebut."Bagus, apa yang harus kamu lakukan setelah ini?" t
Tubuh terpaku seorang Adrian kini kembali normal saat kedua pria setengah ,paruhbaya itu kembali memasuki kamar Anna."Apa dia sudah tidur?" tanya Darius pada Ajeng yang senantiasa menemani Anna. disampingnya."Sudah Mas," jawab Ajeng mendongak kearahnya."Baiklah, Rian bisa kamu bantu om sekarang?" tanya Darius menatap sang keponakan itu penuh harap."Bantu apa Om?" Adrian bertanya sembari mendekat kearah Darius."Tolong kamu gendong dia kemobil, kita akan membawanya kerumah sakit" titah Darius membuat Adrian tercengang."Saya Om?" Adrian bertanya memastikan jika perintah Darius itu benar untuknya."Iya kamulah Ri, kuatkan?""Tapi Om, diakan bukan-""Jangan protes, kamu masih muda pasti kuat. Apa kamu tega membiarkan sahabt Om ini mengendong putrinya dari lantai dua ke halaman rumah denga kondisi begini bahkan dia sudah tua sama seperti Om, apa kamu tega?" potong Darius begitu cepat sebelum Adria menolak dengan berbagai
Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam, Raja telah bersiap dengan pakaian tidurnya sementara Ratu masih duduk termenung melihat jam dinding."Kamu ngapain ngelihatin jam dinding kaya gitu dek?" tanya Raja duduk disebelahnya.Ratu menghela napas gusar, menoleh sekilas pada sang kakak. "Kok ayah belum pulang ya? Ratu jadi khawatir deh,""Ayahkan kerja, tadi Oma bilang Ayah akan pulang larut" jawab Raja.Kedua tangan Ratu pun kini ia gunakan untuk menopang dagunya. "Ayah jahat! Ratu gak suka!"Raja terkaget saat Ratu berbicara dengan nada tinggi seperti barusan."Kok Ratu ngomongnya gitu, ayahkan kerja untuk kita. Gak boleh ngomong gitu ah, abang gak suka. Biasakan ayah juga gitu" protes Raja. Ratu menoleh dengan mengerucutkan bibirnya."Habis Ayah gak ada waktu buat kita, Ratu tau kok Ayah juga bohong tentang ibu. Ayah selalu mengulur-ulurkan waktu untuk ketemu ibu, padahal Ratu udah kangen banget sama ibu""Kalau itu
Adrian mencoba memelankan langkahnya saat tak sengaja mendengar suara lucu yang tak asing dari sebuah ruangan yang pernah ia masuki.Tepat saat di depan pintu ruangan tersebut Adrian berhenti diikuti Rama dibelakangnya.Matanya menyipit, menyusuri sebuah celah yang terbuka di ruangan tersebut."Kenapa berhenti bos?"tanya Rama bingung. Ia mencoba mengikuti arah pandang majikannya."Hemm pantesan, sikembar ada disini rupanya. Ayo bos kalau gitu kita masuk sekarang, biar gak capek naik turun lift keruanganya si Om" cerocos Rama hendak membuka knop pintu namun dengan segera Adrian mencegah."Siapa suruh kamu buka pintu ini? Kita belum tau pasti didalam ada siapa saja, ayo telepon bunda. Tanyakan sikembar dimana" suruhnya menyeret Rama segera menjauh dari ruangan tersebut. Rama pun berdecak, merogoh sakunya dalam dan mengeluarkan alat komunikasi yang tak pernah jauh darinya.Sembari menunggu Rama menghubungi tante Murni. Ia pun kembali melihat ke
Seminggu kemudian, kondisi Anna sudah membaik bahkan ia pun diperbolehkan untuk pulang. Dan seminggu itu pula, Mario tidak pernah menghubunginya bahkan membalas satu pesan saja pun rasanya Mario sudah tak mampu.Semilir angin disore hari membuat Anna terhanyut dalam dekapan rindu, senja yang selalu menjadi saksi pun kini telah memudar di gantikan dengan sang rembulan yang datang dengan gelapnya.Anna terpaku, melihat ponsel yang masih saja tidak ada notif dari sang kekasih hati."Haruskah aku memudarkan kepercayaan?" Tanyanya dalam hati.Tak lama setelah mengucapkan hal itu, ponsel pun berdering menampakan sesosok nama indah yang selalu ditunggu kabarnya.Dengan semangat, anna segera menggeser tombol berwarna biru itu keatas."Sayang, aku kangen ..." serunya tanpa basa-basi.Mendengar hal itu, Mario tertawa disebrang sana. Ia pun berucap demikian."Bahkan Mas jauh lebih rindu dibanding kamu" selorohnya. Anna terdiam, pipi berse