Jingga Eliana dikenal sebagai influencer kecantikan yang konsisten dengan konten edukatif perihal kosmetika. Namanya melejit saat latar belakang keluarga Jingga terungkap beberapa tahun lalu. Tak disangka, Jingga merupakan cucu bungsu pemilik perusahaan kecantikan terkemuka di Indonesia.
Selain cerdas, Jingga mempunyai kepribadian yang hangat, tipikal kupu-kupu sosial idaman banyak orang. Jingga juga beberapa kali dikabarkan dekat dengan sejumlah selebritas ternama, membuat sorotan publik hampir selalu tertuju padanya sepanjang tahun.
Ke mana pun Jingga pergi, atensi orang-orang selalu mudah tertuju padanya. Tentu saja tak terkecuali saat Jingga datang ke kafe milik istri mantan kekasihnya siang ini.
"Itu Jingga, kan? Cantik banget!"
"Aslinya ternyata lebih cantik."
"Spek bidadari kayak begitu bisa-bisanya ngaku jomblo. Nggak mungkin!"
Banyak pengunjung Kanya Coffee & Bakery yang tak bisa menyembunyikan antusiasme mereka. Selain mendadak kasak-kusuk, mereka tidak mau melewatkan kesempatan untuk mengabadikan momen kehadiran Jingga di kafe tersebut, terlebih saat Kanya mendatangi meja yang ditempati sang influencer.
"Mereka saling kenal? Sejak kapan?"
"Kayaknya lumayan akrab. Seumuran, kan, ya?"
"Plot twist banget misal Jingga ternyata mantannya suami Kanya."
Nyatanya, Jingga memang mantan pacar Sena. Hanya saja, saat masih menjalin hubungan asmara, Jingga belum terlalu populer, begitu pula Sena yang dulunya memang tidak banyak terlibat dalam bisnis keluarganya.
Setelah putus, keduanya juga bersepakat tentang menghapus setiap foto maupun video momen romantis mereka di media sosial. Alhasil, kisah cinta mereka tidak pernah menjadi konsumsi publik hingga kini.
Meski begitu, hubungan Jingga dan Sena di masa lalu bukanlah rahasia. Orang di sekitar mereka tahu bagaimana keduanya bahkan nyaris bertunangan.
Kanya pun mengetahui perihal hubungan Sena dan Jingga. Jika bukan gara-gara perjodohan bisnis sialan itu, perempuan yang dinikahi Sena mestinya memang Jingga, bukan dirinya.
“Apa kabar?” tanya Jingga pada Kanya yang duduk di depannya.
Kanya tersenyum mengacuhkan pertanyaan basa-basi Jingga. Sebagai gantinya, dia memilih balik bertanya, “Kopinya enak?”
Jingga menganggukkan kepala, tersenyum lebar sambil memandangi minumannya.
“Aku sengaja pesen kopi long black, kesukaan Mas Sena,” tuturnya kemudian.
Begitu nama suaminya disebut, perasaan Kanya langsung tidak enak. Apa sebenarnya alasan Jingga tiba-tiba mendatanginya setelah tiga tahun berlalu?
“Ada urusan apa, ya? Bisa langsung ke intinya aja?”
Kanya masih mempertahankan senyumnya. Jingga pun tak jauh berbeda. Di mata orang-orang, keduanya memang tampak akrab, padahal nyatanya ada yang baru saja menabuh genderang perang.
“Nggak aneh-aneh, kok,” ucap Jingga sembari menyisir rambut panjangnya dengan jari-jari lentiknya.
“Cuma mau nyuruh kamu minta cerai secepatnya,” lanjut Jingga, sengaja memelankan suara hingga nyaris seperti berbisik.
Kanya sempat tertegun mendengar ucapan Jingga, terlebih karena perempuan itu mengatakannya dengan mata berbinar. Bagaimana bisa seseorang tampak begitu bahagia saat menyuruh orang lain bercerai?
“Ide yang buruk,” balas Kanya seraya tersenyum simpul. “Aku nggak tertarik melakukan hal semacam itu.”
Jingga berdecak meremehkan. “Kenapa? Jelas-jelas cuma pernikahan bisnis. Aku tahu banget, Kanya. Sampai kapan pun, Mas Sena nggak akan bisa cinta sama kamu.”
Kanya hanya diam, membiarkan Jingga terus mengoceh tentang hubungannya dengan Sena.
“Lagian kamu juga nggak cinta, kan? Jujur males banget lihat kalian berdua pura-pura mesra di depan semua orang. Kasihan Mas Sena, terpaksa ngeladeni perempuan egois dan manipulatif kayak kamu.”
Kanya tetap diam. Meski begitu, kedua tangannya tampak sudah mengepal kuat, berupaya menahan gejolak emosi dalam dirinya.
“Jadi, mana yang menurutmu lebih baik? Menunggu Mas Sena dapat momen oke untuk menceraikan kamu atau minta cerai duluan?”
***
Rencana Mika hari ini sesungguhnya begitu sederhana. Dia cuma ingin nongkrong seharian di kafenya Kanya sambil membaca buku sang sahabat yang baru terbit kemarin.
Namun, rencana sesederhana itu kacau begitu saja gara-gara Jingga. Mana bisa Mika santai-santai saat Kanya tiba-tiba didatangi mantan pacar suaminya?
“Bas, kafe ini udah punya daftar hitam atau belum?”
Mika bertanya pada Bastian yang duduk bersama dirinya di meja paling dekat kasir. Khawatir bakal terjadi hal tak diinginkan, Mika memutuskan untuk mengawasi Kanya dan Jingga dari kejauhan.
Sambil ikut melihat ke arah yang sama, Bastian balik bertanya, “Maksudnya, nama orang-orang yang nggak boleh datang ke kafe gitu, Mbak?”
“Iya, orang-orang yang halal diusir kalau dia nekat masuk tanpa permisi,” jelas Mika.
“Kalau yang kayak begitu, belum ada, sih, Mbak.”
“Bikin sekarang. Nomor satu, orang itu,” titah Mika sambil menunjuk Jingga dengan dagunya. “Jingga Eliana, mantannya Sena.”
***
Kanya tidak bisa menyebut dirinya adalah istri yang bahagia setelah menikah dengan Sena. Pura-pura mesra sungguh melelahkan, tetapi bukan berarti dia punya pilihan untuk menyerah. Apa pun yang terjadi, demi menjaga hubungan baik dua keluarga, pernikahan ini harus dipertahankan.
“Pernikahan ini memang tanpa cinta, tapi memangnya kenapa? Cinta atau tidak, Mas Sena tetap suamiku. Bagaimanapun, sekarang dia milikku.”
Kanya tampak percaya diri saat mengatakannya. Biarpun aslinya tidak yakin dengan omongannya sendiri, Kanya berusaha membuat dirinya kelihatan tetap tenang.
“Soal pilihan aneh yang kamu bilang barusan, aku nggak mau dua-duanya. Kami tidak menikah untuk kemudian berpisah,” ungkap Kanya seraya tersenyum menggelengkan kepala.
Jingga berdecak kesal, tetapi tak butuh waktu lama juga baginya untuk kembali tersenyum pada lawan bicaranya. Perempuan itu siap menjatuhkan bom diyakini bakal menghancurkan kepercayaan diri Kanya seketika.
“Mas Sena pasti akan menceraikan kamu, Kanya. Itu janjinya tiga tahun yang lalu.”
Walau sudah tiga tahun menikah, fase bulan madu Sena dan Kanya nyatanya memang baru saja dimulai. Setelah menjalani ribuan hari dengan bertekad tidak saling jatuh cinta, keduanya akhirnya sadar bahwa perasaan mereka untuk satu sama lain merupakan anugerah terindah.Kini, setiap detik yang dilalui bersama terasa sangat berharga. Setiap pelukan terasa jauh lebih hangat, pun setiap ciuman yang selalu membuat mereka menginginkannya, lagi dan lagi.Setelah sekian purnama, Kanya akhirnya benar-benar menjadi orang yang pertama kali Sena lihat saat membuka mata di pagi hari. Sena juga sungguh bahagia karena sekarang bisa sepuasnya memandangi wajah istrinya sebelum memejamkan mata di malam hari.Sena ingin menghabiskan banyak waktu bersama Kanya setiap hari. Dia ingin bepergian jauh, menjelajahi keindahan yang tersebar di seluruh penjuru negeri, dan mengukir jutaan kenangan tak terlupakan berdua.Lantaran sudah menahan diri sekian lama, rasanya tidak berlebihan jika Sena bertekad libur panjang
Sampai beberapa menit yang lalu, Yenny masih sangat mencemaskan kondisi anak perempuannya. Ada begitu banyak pemberitaan buruk dan dia merasa bersalah atas kemalangan yang menimpa anaknya.Yenny bersumpah dirinya tak peduli dengan omongan miring orang-orang tentang dia dan suaminya yang disebut-sebut pasangan mata duitan. Ironisnya, memang nyatanya mereka telah tega menggadaikan kebahagiaan anak perempuan satu-satunya demi mempertahankan bisnis keluarga. Biar saja orang-orang bergunjing tentang dirinya. Seburuk apa pun omongan mereka, Yenny bakal menggubrisnya. Namun, hanya membayangkan betapa sedih dan terlukanya Kanya karena kabar ngawur yang belakangan beredar, membuatnya terus-menerus gelisah. Dia khawatir Kanya mengalami masa sulit sendirian.Kecemasan Yenny kian menjadi lantaran Kanya tidak mau mengangkat telepon maupun sekedar membalas pesan darinya. Nasib serupa juga dialami suami dan anak sulungnya. Makanya, saat tahu bahwa sang putri menghubungi putranya kemarin, Yenny mer
Barangkali memang terlalu serakah jika Jingga berharap seluruh perasaan cintanya hilang secepat kilat. Mau sekuat apa pun ditepis, hatinya tetap masih perih saat melihat sosok yang dulu begitu menyayanginya kini telah berpaling memuja perempuan lain.Cukup lama Jingga terpaku pada satu unggahan. Entah sudah berapa kali dia membaca ulang kalimat singkat bermakna mendalam yang tertera di sana.“I’m yours.”Napas Jingga terhela pelan, menandai pergulatan batin yang nyatanya terlalu sulit ditampik. Matanya tak kunjung beranjak dari layar ponselnya.“Ternyata hubungan mereka tetap baik-baik saja,” lirih Jingga.Ada jeda panjang sebelum ia menarik napas dalam-dalam. Senyum tipis yang terlukis di bibirnya terasa getir dan hampa.“Bahkan, sepertinya malah jadi lebih baik ketimbang sebelumnya.”*** Di tempat berbeda, tatapan Haris juga terpaku pada layar ponselnya. Matanya menyipit beberapa detik, merasa sedikit terganggu dengan sikap mesra yang dipamerkan Sena di media sosial. Sudut bibirny
“Apa sebenarnya yang bikin Sena ngide posting foto seksi istrinya di siang bolong kayak gitu?”Obrolan Kanya dan Mika berlanjut lewat sambungan telepon. Mumpung kerjaan Mika lagi longgar banget, alasannya.“Seksi dari mana, deh, Mik? Orang akunya masih pakai baju. Kaus biasa juga, bukan lingerie atau bikini.”Terdengar suara berdecak dari seberang sana. “Si Sena nggak bakal rela pamer fotomu pakai baju haram kayak begitu, Nya. Mending dia nikmati sendiri sebelum akhirnya dia robek dan bikin kamu tel—”“Sinting,” umpat Kanya pelan, sengaja memotong omongan Mika sebelum makin parah jadinya.Mika pun tertawa, sadar betapa sahabatnya masih malu-malu untuk membicarakan hal-hal dewasa dengannya.“Jadi, apa alasannya Sena bikin postingan kayak gitu?” Mika kembali bertanya soal topik utama.“Kata dia, itu semacam intro sebelum kami rilis klarifikasi dalam waktu dekat,” ungkap Kanya sambil perlahan beranjak dari ranjang perlahan.Berjalan menuju beranda kamar, Kanya lalu memaparkan, “Kami sepa
Lebih dari 60 persen karyawan Pandega Group adalah perempuan. Tentu saja banyak di antara mereka yang memiliki penampilan menawan dan pesona tak terbantahkan.Sehari-hari, Sena pun banyak berinteraksi dengan mereka. Bahkan meski tahu bahwa Sena sudah menikah, ada saja segelintir karyawan perempuan yang masih coba-coba menarik perhatiannya dengan bersikap centil.Masuk akal dan wajar-wajar saja jika Kanya uring-uringan karena ulah oknum karyawan genit. Meski bukannya berharap kejadian, Sena yakin dirinya bakal siap menghadapi ketantruman Kanya.Namun, mengapa Kanya justru mempermasalahkan keberadaan Andi yang notabene adalah laki-laki? Dari begitu banyak karyawan perempuan yang ada di sekitar Sena, kenapa Kanya cemburunya dengan Andi?“Ini bukan soal cemburu, Mas,” bantah Kanya. “Ini masalah batas privasi. Walau dia bertanggung jawab mengurus banyak hal, mestinya tetap ada ruang pribadi yang nggak boleh semudah itu dia akses.”“Misalnya?” Sena bertanya karena dia memang tidak tahu. Se
Diskursus tentang unggahan story Sena yang tak kalah seru juga terjadi setelah seseorang membikin cuitan anonim via akun menfess.“Diam seolah enggan klarifikasi, bergerak pamer foto cakep istri,” demikian bunyi cuitan yang menyertakan tangkap layar unggahan Sena tersebut.Hanya saja, alih-alih membincangkan rumor cinta segitiga yang belakangan tak ada habisnya mencuri perhatian, rupanya malah banyak yang salah fokus dengan lokasi pengambilan foto.“Siapa yang kemarin takut Kanya kenapa-kenapa karena dia nggak pernah update medsos? Ternyata orangnya lagi liburan bareng suami tercinta,” komentar seorang warganet.“Salfok sama tempatnya. Bagus banget pemandangannya. Ada yang tahu kira-kira itu di mana?”Kanya memang dipotret saat santai berdiri di balkon kamarnya. Langit biru begitu cerah dengan gumpalan awan putih yang terlihat selembut kapas. Bentangan cakrawala di atas permukaan laut juga terlihat lumayan jelas. Bukan hal mengherankan jika kemudian jadi banyak yang penasaran tentang d