แชร์

Bab 4. Badai Jingga

ผู้เขียน: Sekarani
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-01-24 19:13:17

Jingga Eliana dikenal sebagai influencer kecantikan yang konsisten dengan konten edukatif perihal kosmetika. Namanya melejit saat latar belakang keluarga Jingga terungkap beberapa tahun lalu. Tak disangka, Jingga merupakan cucu bungsu pemilik perusahaan kecantikan terkemuka di Indonesia.

Selain cerdas, Jingga mempunyai kepribadian yang hangat, tipikal kupu-kupu sosial idaman banyak orang. Jingga juga beberapa kali dikabarkan dekat dengan sejumlah selebritas ternama, membuat sorotan publik hampir selalu tertuju padanya sepanjang tahun.

Ke mana pun Jingga pergi, atensi orang-orang selalu mudah tertuju padanya. Tentu saja tak terkecuali saat Jingga datang ke kafe milik istri mantan kekasihnya siang ini.

"Itu Jingga, kan? Cantik banget!"

"Aslinya ternyata lebih cantik."

"Spek bidadari kayak begitu bisa-bisanya ngaku jomblo. Nggak mungkin!"

Banyak pengunjung Kanya Coffee & Bakery yang tak bisa menyembunyikan antusiasme mereka. Selain mendadak kasak-kusuk, mereka tidak mau melewatkan kesempatan untuk mengabadikan momen kehadiran Jingga di kafe tersebut, terlebih saat Kanya mendatangi meja yang ditempati sang influencer.

"Mereka saling kenal? Sejak kapan?"

"Kayaknya lumayan akrab. Seumuran, kan, ya?"

"Plot twist banget misal Jingga ternyata mantannya suami Kanya."

Nyatanya, Jingga memang mantan pacar Sena. Hanya saja, saat masih menjalin hubungan asmara, Jingga belum terlalu populer, begitu pula Sena yang dulunya memang tidak banyak terlibat dalam bisnis keluarganya.

Setelah putus, keduanya juga bersepakat tentang menghapus setiap foto maupun video momen romantis mereka di media sosial. Alhasil, kisah cinta mereka tidak pernah menjadi konsumsi publik hingga kini.

Meski begitu, hubungan Jingga dan Sena di masa lalu bukanlah rahasia. Orang di sekitar mereka tahu bagaimana keduanya bahkan nyaris bertunangan.

Kanya pun mengetahui perihal hubungan Sena dan Jingga. Jika bukan gara-gara perjodohan bisnis sialan itu, perempuan yang dinikahi Sena mestinya memang Jingga, bukan dirinya.

“Apa kabar?” tanya Jingga pada Kanya yang duduk di depannya.

Kanya tersenyum mengacuhkan pertanyaan basa-basi Jingga. Sebagai gantinya, dia memilih balik bertanya, “Kopinya enak?”

Jingga menganggukkan kepala, tersenyum lebar sambil memandangi minumannya.

“Aku sengaja pesen kopi long black, kesukaan Mas Sena,” tuturnya kemudian.

Begitu nama suaminya disebut, perasaan Kanya langsung tidak enak. Apa sebenarnya alasan Jingga tiba-tiba mendatanginya setelah tiga tahun berlalu?

“Ada urusan apa, ya? Bisa langsung ke intinya aja?”

Kanya masih mempertahankan senyumnya. Jingga pun tak jauh berbeda. Di mata orang-orang, keduanya memang tampak akrab, padahal nyatanya ada yang baru saja menabuh genderang perang.

“Nggak aneh-aneh, kok,” ucap Jingga sembari menyisir rambut panjangnya dengan jari-jari lentiknya.

“Cuma mau nyuruh kamu minta cerai secepatnya,” lanjut Jingga, sengaja memelankan suara hingga nyaris seperti berbisik.

Kanya sempat tertegun mendengar ucapan Jingga, terlebih karena perempuan itu mengatakannya dengan mata berbinar. Bagaimana bisa seseorang tampak begitu bahagia saat menyuruh orang lain bercerai?

“Ide yang buruk,” balas Kanya seraya tersenyum simpul. “Aku nggak tertarik melakukan hal semacam itu.”

Jingga berdecak meremehkan. “Kenapa? Jelas-jelas cuma pernikahan bisnis. Aku tahu banget, Kanya. Sampai kapan pun, Mas Sena nggak akan bisa cinta sama kamu.”

Kanya hanya diam, membiarkan Jingga terus mengoceh tentang hubungannya dengan Sena.

“Lagian kamu juga nggak cinta, kan? Jujur males banget lihat kalian berdua pura-pura mesra di depan semua orang. Kasihan Mas Sena, terpaksa ngeladeni perempuan egois dan manipulatif kayak kamu.”

Kanya tetap diam. Meski begitu, kedua tangannya tampak sudah mengepal kuat, berupaya menahan gejolak emosi dalam dirinya.

“Jadi, mana yang menurutmu lebih baik? Menunggu Mas Sena dapat momen oke untuk menceraikan kamu atau minta cerai duluan?”

***

Rencana Mika hari ini sesungguhnya begitu sederhana. Dia cuma ingin nongkrong seharian di kafenya Kanya sambil membaca buku sang sahabat yang baru terbit kemarin.

Namun, rencana sesederhana itu kacau begitu saja gara-gara Jingga. Mana bisa Mika santai-santai saat Kanya tiba-tiba didatangi mantan pacar suaminya?

“Bas, kafe ini udah punya daftar hitam atau belum?”

Mika bertanya pada Bastian yang duduk bersama dirinya di meja paling dekat kasir. Khawatir bakal terjadi hal tak diinginkan, Mika memutuskan untuk mengawasi Kanya dan Jingga dari kejauhan.

Sambil ikut melihat ke arah yang sama, Bastian balik bertanya, “Maksudnya, nama orang-orang yang nggak boleh datang ke kafe gitu, Mbak?”

“Iya, orang-orang yang halal diusir kalau dia nekat masuk tanpa permisi,” jelas Mika.

“Kalau yang kayak begitu, belum ada, sih, Mbak.”

“Bikin sekarang. Nomor satu, orang itu,” titah Mika sambil menunjuk Jingga dengan dagunya. “Jingga Eliana, mantannya Sena.”

***

Kanya tidak bisa menyebut dirinya adalah istri yang bahagia setelah menikah dengan Sena. Pura-pura mesra sungguh melelahkan, tetapi bukan berarti dia punya pilihan untuk menyerah. Apa pun yang terjadi, demi menjaga hubungan baik dua keluarga, pernikahan ini harus dipertahankan.

“Pernikahan ini memang tanpa cinta, tapi memangnya kenapa? Cinta atau tidak, Mas Sena tetap suamiku. Bagaimanapun, sekarang dia milikku.”

Kanya tampak percaya diri saat mengatakannya. Biarpun aslinya tidak yakin dengan omongannya sendiri, Kanya berusaha membuat dirinya kelihatan tetap tenang.

“Soal pilihan aneh yang kamu bilang barusan, aku nggak mau dua-duanya. Kami tidak menikah untuk kemudian berpisah,” ungkap Kanya seraya tersenyum menggelengkan kepala.

Jingga berdecak kesal, tetapi tak butuh waktu lama juga baginya untuk kembali tersenyum pada lawan bicaranya. Perempuan itu siap menjatuhkan bom diyakini bakal menghancurkan kepercayaan diri Kanya seketika.

“Mas Sena pasti akan menceraikan kamu, Kanya. Itu janjinya tiga tahun yang lalu.”

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Dinikahi Calon Adik Ipar   Bab 99. Hari Sial

    “Ini kopinya, Mas.”Segelas es amerikano segera disajikan Bastian begitu Sena tiba. Dia juga menyiapkan beberapa potong lapis legit untuk dinikmati bersama minuman yang biasa dipesan Sena setiap kali berkunjung ke Kanya Coffee & Bakery tersebut.“Makasih, Bas,” kata Sena tanpa mengalihkan perhatian dari ponselnya.“Sama-sama, Mas.”Bukannya pergi, Bastian malah duduk di kursi yang berhadapan dengan suami bosnya. Sikapnya jelas menunjukkan bahwa dia ingin atensi Sena beralih padanya.“Kanya baik-baik aja, Bas.”Ucapan kalem Sena membikin Bastian terkesiap. “Saya belum ngomong apa-apa, Mas Sena,” tuturnya sambil menggaruk lehernya yang tidak gatal.Sena tersenyum seraya meletakkan ponselnya di meja. “Tapi memang mau tanya soal kondisinya istri saya, kan?” Bastian cuma bisa cengar-cengir canggung. Faktanya, memang itulah yang ingin dia tanyakan.“Ini Mbak Kanya di rumah, Mas? Kok, nggak ikut Mas Sena ke sini?” tanya Bastian sambil memerhatikan Sena yang sedang meminum kopinya.“Istri sa

  • Dinikahi Calon Adik Ipar   Bab 98. Rayuan Mantan

    Bersama Jingga, Sena dulunya terbiasa menyetir dengan satu tangan. Jika ada Jingga di sampingnya, dia tak ingin sekedar berkendara. Jingga dulunya juga terbiasa membiarkan tangan Sena yang tak menyentuh kemudi menjalar ke pangkuannya. Jingga tak keberatan dengan kebiasaan Sena yang gemar menggenggam jemarinya. Begitu pula kala pria itu menyentuh pahanya, memberikan sentuhan ringan yang bukannya tak mungkin berubah menjadi lebih sensual.Saat mesti berhenti karena lampu merah, terkadang Sena akan mencuri kesempatan untuk mengecup sudut bibir Jingga. Andai detik yang tersisa masih cukup banyak, ciuman yang sedikit lebih intens juga bisa saja terjadi.Jingga pun tak jauh beda. Dia menemukan kesenangan tersendiri dengan sesekali menggoda Sena lewat sentuhan nakal. Cukup untuk membuat hasrat Sena terpanggil dan mempercepat laju mobil agar bisa segera sampai tujuan, lantas menuntaskan gairah yang telah dipantik Jingga.Namun, tentu saja itu hanyalah masa lalu. Sena jelas tidak waras jika s

  • Dinikahi Calon Adik Ipar   Bab 97. Bahaya Godaan Mantan

    “Mereka udah berangkat?”Zidan yang baru saja duduk di samping Mika langsung menjawab pertanyaan Kanya dengan sebuah anggukan.“Beneran dua mobil?” tanya Kanya lagi.“Kenapa? Tiba-tiba nggak rela suamimu semobil berdua sama mantannya?” balas Zidan sambil senyum jahil.Kanya berdecak kesal. Bukan soal rela tidak rela, tetapi jengkel saja dengan ekspresi Zidan yang tampak menyebalkan di matanya.“Bagus, deh, kalau mereka beneran semobil berdua. Kapan lagi coba bisa kasih tes kesetiaan sesulit ini ke suami?”Mika yang sedang makan salad buah langsung angkat jempol. Bangga pada Kanya yang berani mengambil keputusan berisiko.Sebagaimana kemauan Kanya, pagi ini Sena sungguh mengantarkan Jingga ke bandara. Mantan pasangan kekasih itu benar-benar cuma berdua, sementara Chacha semobil dengan Andi. Namun, berbeda dengan bosnya, Andi tidak menyetir sendiri. Ada supir yang sebelumnya juga ikut menjemput Jingga dan Chacha kemarin.“Ngomong-ngomong, kamu kerja jam berapa, Mik? Hampir jam 9, santai

  • Dinikahi Calon Adik Ipar   Bab 96. Patah Hati Termahal

    Tidak mudah meluluhkan hati Sena. Bagi Jingga, butuh bertahun-tahun untuk membuat pria itu membalas perasaannya.Saat pertama kali Jingga mengungkapkan cinta, Sena jelas bilang tidak memiliki perasaan yang sama. Meski begitu, Sena tak pernah mendorong Jingga menjauh. Pria itu membiarkan Jingga terus berusaha mencuri perhatiannya.Hati Sena ibarat rumah yang pintunya terbuka untuk Jingga. Hanya saja, dalam kurun waktu yang tidak sebentar, Jingga hanya diperbolehkan berdiri di depan pintu tersebut. Dia selalu merasa tidak diizinkan masuk, apalagi berkeliling dan melihat-lihat berbagai perabot di dalamnya.Ketika akhirnya Sena mempersilakan Jingga masuk, pria itu sungguh merupakan tuan rumah yang baik. Kapan pun Jingga datang, Sena siap menyambut. Setiap kali Jingga butuh tempat pulang, dia cuma perlu meminta pelukan sang kekasih.‘Kamu adalah kamu, orang spesial yang waktu itu aku sayangi dan cintai dengan sepenuh hati ….’Jingga tersenyum simpul, teringat apa yang dikatakan Sena semala

  • Dinikahi Calon Adik Ipar   Bab 95. Tentang Malaikat Penyelamat

    “Kak Jingga!”Baru saja hendak menanggapi tawaran Andi, suara teriakan Chacha mengalihkan perhatian Jingga. “Kak Jingga kenapa pagi-pagi bikin orang khawatir setengah mati, sih?!”Chacha bicara sambil berjalan cepat menghampiri Jingga. Kecemasan yang begitu nyata terlihat di parasnya. Tak butuh waktu lama untuk membuatnya berdiri di depan Jingga, mengisi ruang yang tadinya ditempati Andi.“Cuma mau ke pantai, Cha,” tutur Jingga.“Pantai …?”Chacha cepat-cepat memeluk Jingga. Kejadian menyeramkan dari mimpi buruk gadis itu seketika kembali terbayang, membuat air matanya jatuh begitu saja.“Ngapain ke pantai? Nggak usah, Kak! Jangan ke sana! Jangan pergi sebelum waktunya …!”Chacha sungguh tak ingin Jingga pergi meninggalkannya untuk selamanya seperti apa yang dia lihat dalam mimpi buruknya.“Jangan mati …!”***Sejak bekerja untuk pewaris Pandega Group, Andi memaksa dirinya untuk rajin olahraga. Tak peduli sesibuk apa pun, dia harus berusaha menyempatkan waktu untuk latihan fisik agar

  • Dinikahi Calon Adik Ipar   Bab 94. Kesabaran di Ujung Hasrat

    Sena menyukai cara Kanya membalas setiap pagutan dan lumatan yang membawa mereka tenggelam bersama dalam cumbuan mesra.Sambutan Kanya membikin Sena tersenyum di sela pertarungan bibir dan lidah mereka. Sesekali ia menggigit kecil bibir bawah Kanya, membuat sang istri melenguh dan tanpa sadar menjambak rambut belakangnya.Sena nyaris membikin Kanya lupa diri saat satu tangannya mulai menyusup masuk ke dalam piyama yang dikenakan perempuan tersebut. Jemarinya merayap naik, memberikan sensasi elektrik yang terlalu sulit ditampik.Hanya butuh satu gerakan untuk melepas pengait bra yang dikenakan Kanya. Namun, sebelum Sena sungguh melakukan itu, Kanya berhasil menarik diri dengan sisa-sisa akal sehatnya.“Maaf, Mas, tapi …”Kanya meraup oksigen sebanyak-banyaknya di tengah napas yang terengah-engah. Dia pun melihat Sena melakukan hal serupa sambil terus menatap intens bibirnya.“Mas nggak lupa kalau aku lagi merah, kan …?”Jika diteruskan, Kanya tahu ke mana hasrat mereka akan berlabuh. S

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status