Beranda / Romansa / Dinikahi Calon Adik Ipar / Bab 3. Partner Sandiwara

Share

Bab 3. Partner Sandiwara

Penulis: Sekarani
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-24 19:11:39

Kanya terdiam memandangi cincin pernikahan yang melingkar di jari manisnya. Memadukan emas dan perak, two tone wedding ring tersebut tampak mewah karena juga dipercantik dengan berlian warna kuning madu.

Ironis. Pikir Kanya, dibanding kehidupan pernikahannya, cincin berhias fancy coloured diamond miliknya jauh lebih indah.

“Jangan ngelamun di depan kompor!”

Kanya tersentak karena Sena tiba-tiba sudah berdiri di sampingnya, mematikan kompor sambil mengomel.

“Kamu sengaja bikin singkong bakar atau gimana? Baunya udah gosong banget. Bisa-bisanya malah bengong.”

Sorry, aku …”

Belum sempat menyelesaikan kalimat permintaan maaf, Kanya berujung cuma menghela napas karena Sena langsung balik kanan meninggalkannya.

Pria itu berpenampilan kasual, namun tetap rapi dan menawan. Entah mau pergi ke mana, mungkin ada urusan pekerjaan atau sekadar hangout bersama kawan di akhir pekan. Kanya tidak diberi tahu dan pada dasarnya memang tak mau tahu.

Setelah meratapi singkong kukus yang nyaris berubah menjadi singkong bakar, Kanya mengambil beberapa potong untuk disantap di meja makan. Untung masih layak makan, cuma warnanya memang tampak kecoklatan pada sisi tertentu dan sedikit berbau hangus.

Pada akhirnya, Kanya sarapan sendirian. Tidak ada siapapun selain dirinya di rumah sehingga otomatis Kanya tidak punya teman makan. Bahkan misal Sena tidak pergi ke mana pun, Kanya tetap akan makan sendiri.

Kanya sempat rajin menyiapkan dua porsi sarapan semenjak menikah. Namun, ternyata Sena tidak pernah sudi makan bersamanya di rumah. Pria itu tak mau menyebutkan alasannya, mungkin karena hanya terlalu muak dengan Kanya, perempuan yang terpaksa dia nikahi.

Berulang kali mendapat penolakan, Kanya mulanya tetap semangat menyiapkan sarapan setiap hari. Dia juga menjajal berbagai resep agar makanan yang disajikan lebih variatif. Hasilnya? Tak ada satu pun yang tidak berbuah penolakan.

Jadi, Kanya memilih berhenti memasak untuk Sena pada bulan ketiga pernikahan mereka. Terserah suaminya itu mau sarapan apa di luar sana. Kanya berusaha membiasakan diri untuk tidak peduli.

“Sarapan sendiri lagi? Menunya apa hari ini? Jagung? Ubi?”

“Singkong gosong.”

“Singkong gosong? Beneran? Sedih banget, sih, kehidupan istri orang. Hal-hal kayak begini, nih, yang bikin aku males nikah.”

Saat hampir selesai menikmati sarapan dalam keheningan seperti biasa, Kanya tiba-tiba menerima panggilan video dari sahabat terdekatnya, Mika.

“Nikah itu seru, asal suaminya bukan Sena,” kata Kanya setelah menghabiskan sarapannya.

“Iya, pasti seru kalau jadi nikahnya sama abangnya Sena.”

Celetukan tanpa filter yang barusan dilontarkan Mika membuat ekspresi Kanya yang tadinya tersenyum seketika berubah menjadi sendu.

“Maaf banget, Nya. Sorry, keceplosan. Maafin aku, Kanya.”

Mika buru-buru minta maaf. Dia merasa sangat bersalah karena membikin suasana hati Kanya memburuk dengan tanpa pikir panjang mengangkat topik terlarang.

“Nggak apa-apa, Mik. Lagian apa yang kamu bilang nggak salah juga,” tutur Kanya, tersenyum simpul tanpa melihat ke arah layar ponsel.

“Andai nikahnya beneran sama Mas Arga, yakin 100 persen, aku bakal jadi istri yang diratukan banget sama dia. Cuma karena akhirnya nikah sama Sena, mungkin emang harus puas jadi partner sandiwara dia aja.”

***

"Terlepas dari gue yang emang udah lama suka karyanya Kanya, kemarin gue rela dateng jauh-jauh dari Bandung ke Jogja, ya, karena mau lihat langsung momen romantis pasutri ini. Emang segemes itu ternyata! Sumpah!"

"Kanya, kok, kuat banget, ya? Gue kayaknya bisa langsung pingsan kalau dapet tatapan sepenuh cinta itu dari Sena."

"Kanya sama Sena beneran definisi pasangan yang setara. Setara status sosialnya, setara juga cintanya."

"Sena mode bucin emang nggak ada obat, tapi cinta ugal-ugalan versi Kanya is another level. Pada sadar nggak, sih? Selalu ada Sena dalam setiap buku yang ditulis Kanya."

Kanya membaca utas viral di media sosial dalam perjalanan menuju kafe miliknya. Melihat beberapa foto yang diunggah bersamaan dengan cuitan anonim via akun menfess itu, perasaan takjub menghinggapi benaknya.

Ada momen saat Sena tersenyum sambil memandangi buket bunga mawar untuk Kanya sebelum memasuki area acara, Sena yang sengaja menjadikan buket bunga tersebut sebagai tameng saat diam-diam ikut antre dalam barisan penggemar istrinya, hingga potret Kanya yang tersipu malu karena menyadari kehadiran Sena dengan hadiah ‘tak terduga’ itu.

“Suami yang profesional banget.”

Gumaman Kanya mengalihkan perhatian Mika yang tengah fokus menyetir. “Konteks?” tanyanya pada sang sahabat yang duduk di kursi sebelah kemudi.

Kanya langsung menunjukkan layar ponselnya. Kendati cuma melihatnya sekilas, Mika langsung paham. Utas yang dibaca Kanya memang terbilang paling populer sejak kemarin. Mika sendiri sudah sempat lihat tadi malam begitu utas tersebut nongol di berandanya.

“Nggak kebayang gimana jadinya misal mereka tahu kalau aku sama dia bahkan nggak tidur sekamar,” kata Kanya sambil memasukkan ponselnya ke dalam tas.

Mika mengangguk setuju. “Tapi dengan akting luar biasa kalian, selain aku sama sohibnya Sena, yakin banget nggak bakal ada yang tahu fakta mencengangkan itu,” ucapnya.

Kali ini giliran Kanya yang mengiyakan omongan temannya. “Apa aku coba meniti karir jadi aktris aja, ya? Udah latihan tiga tahun, minimal lolos casting pemeran pendamping utama,” celetuk Kanya.

Obrolan masih sangat bisa berkembang menjadi lebih nyeleneh jika ponsel Kanya tidak berdering. Namun, Kanya memilih untuk segera mengangkat telepon yang ternyata dari manajer kafe, Bastian.

“Gimana, Bas? Ada masalah apa di kafe?” Kanya bertanya demikian karena sang manajer biasanya memang cuma menelepon jika ada perkara mendesak.

Benar saja. Raut wajah Kanya yang tadinya cerah seketika berubah menjadi masam setelah menerima laporan Bastian.

“Beneran ada masalah di kafe?” Mika penasaran. “Aku ngebut, nih, nyetirnya, biar kita cepet sampai.”

Kanya diam cukup lama sambil menggigit bibir bawahnya cemas. “Mik …,” katanya dengan suara menggatung.

“Iya, kenapa?” sahut Mika secepat kilat.

“Mika ….”

“Kanya, tolong, ya. Ada masalah apa, langsung bilang aja. Nggak usah …”

“Jingga dateng ke kafe,” ungkap Kanya, membikin Mika langsung bungkam.

“Kata Bastian, dia nyariin aku,” sambung Kanya. “Mantannya Sena ini kira-kira mau ngapain, ya, Mik?”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dinikahi Calon Adik Ipar   Bab 99. Hari Sial

    “Ini kopinya, Mas.”Segelas es amerikano segera disajikan Bastian begitu Sena tiba. Dia juga menyiapkan beberapa potong lapis legit untuk dinikmati bersama minuman yang biasa dipesan Sena setiap kali berkunjung ke Kanya Coffee & Bakery tersebut.“Makasih, Bas,” kata Sena tanpa mengalihkan perhatian dari ponselnya.“Sama-sama, Mas.”Bukannya pergi, Bastian malah duduk di kursi yang berhadapan dengan suami bosnya. Sikapnya jelas menunjukkan bahwa dia ingin atensi Sena beralih padanya.“Kanya baik-baik aja, Bas.”Ucapan kalem Sena membikin Bastian terkesiap. “Saya belum ngomong apa-apa, Mas Sena,” tuturnya sambil menggaruk lehernya yang tidak gatal.Sena tersenyum seraya meletakkan ponselnya di meja. “Tapi memang mau tanya soal kondisinya istri saya, kan?” Bastian cuma bisa cengar-cengir canggung. Faktanya, memang itulah yang ingin dia tanyakan.“Ini Mbak Kanya di rumah, Mas? Kok, nggak ikut Mas Sena ke sini?” tanya Bastian sambil memerhatikan Sena yang sedang meminum kopinya.“Istri sa

  • Dinikahi Calon Adik Ipar   Bab 98. Rayuan Mantan

    Bersama Jingga, Sena dulunya terbiasa menyetir dengan satu tangan. Jika ada Jingga di sampingnya, dia tak ingin sekedar berkendara. Jingga dulunya juga terbiasa membiarkan tangan Sena yang tak menyentuh kemudi menjalar ke pangkuannya. Jingga tak keberatan dengan kebiasaan Sena yang gemar menggenggam jemarinya. Begitu pula kala pria itu menyentuh pahanya, memberikan sentuhan ringan yang bukannya tak mungkin berubah menjadi lebih sensual.Saat mesti berhenti karena lampu merah, terkadang Sena akan mencuri kesempatan untuk mengecup sudut bibir Jingga. Andai detik yang tersisa masih cukup banyak, ciuman yang sedikit lebih intens juga bisa saja terjadi.Jingga pun tak jauh beda. Dia menemukan kesenangan tersendiri dengan sesekali menggoda Sena lewat sentuhan nakal. Cukup untuk membuat hasrat Sena terpanggil dan mempercepat laju mobil agar bisa segera sampai tujuan, lantas menuntaskan gairah yang telah dipantik Jingga.Namun, tentu saja itu hanyalah masa lalu. Sena jelas tidak waras jika s

  • Dinikahi Calon Adik Ipar   Bab 97. Bahaya Godaan Mantan

    “Mereka udah berangkat?”Zidan yang baru saja duduk di samping Mika langsung menjawab pertanyaan Kanya dengan sebuah anggukan.“Beneran dua mobil?” tanya Kanya lagi.“Kenapa? Tiba-tiba nggak rela suamimu semobil berdua sama mantannya?” balas Zidan sambil senyum jahil.Kanya berdecak kesal. Bukan soal rela tidak rela, tetapi jengkel saja dengan ekspresi Zidan yang tampak menyebalkan di matanya.“Bagus, deh, kalau mereka beneran semobil berdua. Kapan lagi coba bisa kasih tes kesetiaan sesulit ini ke suami?”Mika yang sedang makan salad buah langsung angkat jempol. Bangga pada Kanya yang berani mengambil keputusan berisiko.Sebagaimana kemauan Kanya, pagi ini Sena sungguh mengantarkan Jingga ke bandara. Mantan pasangan kekasih itu benar-benar cuma berdua, sementara Chacha semobil dengan Andi. Namun, berbeda dengan bosnya, Andi tidak menyetir sendiri. Ada supir yang sebelumnya juga ikut menjemput Jingga dan Chacha kemarin.“Ngomong-ngomong, kamu kerja jam berapa, Mik? Hampir jam 9, santai

  • Dinikahi Calon Adik Ipar   Bab 96. Patah Hati Termahal

    Tidak mudah meluluhkan hati Sena. Bagi Jingga, butuh bertahun-tahun untuk membuat pria itu membalas perasaannya.Saat pertama kali Jingga mengungkapkan cinta, Sena jelas bilang tidak memiliki perasaan yang sama. Meski begitu, Sena tak pernah mendorong Jingga menjauh. Pria itu membiarkan Jingga terus berusaha mencuri perhatiannya.Hati Sena ibarat rumah yang pintunya terbuka untuk Jingga. Hanya saja, dalam kurun waktu yang tidak sebentar, Jingga hanya diperbolehkan berdiri di depan pintu tersebut. Dia selalu merasa tidak diizinkan masuk, apalagi berkeliling dan melihat-lihat berbagai perabot di dalamnya.Ketika akhirnya Sena mempersilakan Jingga masuk, pria itu sungguh merupakan tuan rumah yang baik. Kapan pun Jingga datang, Sena siap menyambut. Setiap kali Jingga butuh tempat pulang, dia cuma perlu meminta pelukan sang kekasih.‘Kamu adalah kamu, orang spesial yang waktu itu aku sayangi dan cintai dengan sepenuh hati ….’Jingga tersenyum simpul, teringat apa yang dikatakan Sena semala

  • Dinikahi Calon Adik Ipar   Bab 95. Tentang Malaikat Penyelamat

    “Kak Jingga!”Baru saja hendak menanggapi tawaran Andi, suara teriakan Chacha mengalihkan perhatian Jingga. “Kak Jingga kenapa pagi-pagi bikin orang khawatir setengah mati, sih?!”Chacha bicara sambil berjalan cepat menghampiri Jingga. Kecemasan yang begitu nyata terlihat di parasnya. Tak butuh waktu lama untuk membuatnya berdiri di depan Jingga, mengisi ruang yang tadinya ditempati Andi.“Cuma mau ke pantai, Cha,” tutur Jingga.“Pantai …?”Chacha cepat-cepat memeluk Jingga. Kejadian menyeramkan dari mimpi buruk gadis itu seketika kembali terbayang, membuat air matanya jatuh begitu saja.“Ngapain ke pantai? Nggak usah, Kak! Jangan ke sana! Jangan pergi sebelum waktunya …!”Chacha sungguh tak ingin Jingga pergi meninggalkannya untuk selamanya seperti apa yang dia lihat dalam mimpi buruknya.“Jangan mati …!”***Sejak bekerja untuk pewaris Pandega Group, Andi memaksa dirinya untuk rajin olahraga. Tak peduli sesibuk apa pun, dia harus berusaha menyempatkan waktu untuk latihan fisik agar

  • Dinikahi Calon Adik Ipar   Bab 94. Kesabaran di Ujung Hasrat

    Sena menyukai cara Kanya membalas setiap pagutan dan lumatan yang membawa mereka tenggelam bersama dalam cumbuan mesra.Sambutan Kanya membikin Sena tersenyum di sela pertarungan bibir dan lidah mereka. Sesekali ia menggigit kecil bibir bawah Kanya, membuat sang istri melenguh dan tanpa sadar menjambak rambut belakangnya.Sena nyaris membikin Kanya lupa diri saat satu tangannya mulai menyusup masuk ke dalam piyama yang dikenakan perempuan tersebut. Jemarinya merayap naik, memberikan sensasi elektrik yang terlalu sulit ditampik.Hanya butuh satu gerakan untuk melepas pengait bra yang dikenakan Kanya. Namun, sebelum Sena sungguh melakukan itu, Kanya berhasil menarik diri dengan sisa-sisa akal sehatnya.“Maaf, Mas, tapi …”Kanya meraup oksigen sebanyak-banyaknya di tengah napas yang terengah-engah. Dia pun melihat Sena melakukan hal serupa sambil terus menatap intens bibirnya.“Mas nggak lupa kalau aku lagi merah, kan …?”Jika diteruskan, Kanya tahu ke mana hasrat mereka akan berlabuh. S

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status