Janagn lupa jempolnya, ya :)
Langit dunia bawah berganti warna perlahan—dari merah pekat menjadi ungu gelap bersemburat biru tua, pertanda bahwa malam masih berjaga meski waktu tak sepenuhnya bergerak seperti di dunia fana.Rombongan kecil itu berangkat sebelum fajar iblis menyingsing. Tak ada iring-iringan resmi. Hanya dua kuda iblis yang melangkah pelan di antara jalan berbatu hitam, dibimbing oleh bayangan dan bisikan mantra pelindung.Arcelia mengenakan jubah berwarna abu kabut, tak mencolok namun tetap menunjukkan statusnya. Ia duduk tegak di atas kudanya, pandangan matanya tajam namun dalam, menyapu jalanan dan langit yang tak berhenti bergetar pelan oleh sihir kuno yang terjaga.Di sampingnya, Azrael—Kaisar Dunia Bawah—diam-diam mengamati. Ia mengenakan jubah perjalanannya yang sederhana, tapi aura kekaisarannya tak pernah bisa disembunyikan. Setiap langkah kudanya seperti menggetarkan tanah.“Tak ada tanda penghalang sejauh ini,” gumam Azrael, suaranya pelan namun mantap.Arcelia menoleh padanya, “Tapi ki
Langit dunia bawah menghitam lebih awal hari itu, dan kabar menyebar seperti pecahan kaca yang menusuk setiap sudut kekuasaan: Ratu Arcelia telah meninggalkan istana, diam-diam, dalam iring-iringan sihir yang hanya diketahui segelintir pihak.Dan di dalam ruang Sidang Dalam, ketenangan tak bertahan lama.Bangku-bangku batu bergemuruh oleh langkah para bangsawan dan penasihat tinggi yang bergegas masuk. Tujuh kursi utama Dewan telah terisi, namun kali ini, bukan untuk perdebatan biasa.“Dia pergi… tanpa pengawalan Dewan! Tanpa pemberitahuan! Ini penghinaan terhadap struktur kekuasaan kita!” suara Lord Ferum menggema, disambut beberapa anggukan dan gumaman tajam.Seorang bangsawan dari klan Nadir berdiri setengah berteriak, “Apa yang dia cari di Pegunungan Jiwa? Tidak ada yang pergi ke Aetheryn Caelus kecuali untuk membangkitkan sesuatu yang lebih tua dari kekuasaan Kaisar sendiri!”Salah satu anggota muda dari garis hukum berdiri kaku.“Jika dia mengakses Perpustakaan Leluhur… dia bisa
Dua hari setelah mimpi itu, Istana Bawah tidak lagi setenang biasanya.Ratu Arcelia telah memberi perintah diam-diam kepada para pelayannya untuk mempersiapkan perjalanan ke pegunungan Jiwa. Tidak diumumkan secara publik. Bahkan sebagian besar penasihat tidak diberi tahu secara langsung.Karena perjalanan ini memang bukan semata tentang Arcelia, apa yang didapatkan dari perjalanan ini mungkin saja mempengaruhi keseimbangan dan keamanan dunia bawah.Namun, tetap saja ada bisik-bisik mulai beredar di antara pengawal elit.“Ratu hendak melakukan perjalanan spiritual?”“Ke mana?”“Pegunungan Jiwa… tempat roh leluhur disimpan.”“Bukankah itu daerah terlarang bagi yang bukan darah ras pertama?”Tapi tidak ada yang berani bertanya langsung. Karena yang mendampingi sang Ratu dalam perjalanan itu bukan sembarang penjaga.Kaisar Azrael sendiri.Di Ruang Persiapan Istana TimurArcelia berdiri di depan cermin, mengenakan jubah perjalanan berwarna kelabu dengan bordir keemasan berbentuk pola akar d
Arcelia menoleh pelan, menatap anak kecil yang berdiri di belakangnya. Rambut si anak gelap dan berombak, mata merah keunguan yang begitu familier—bayangan Azrael, namun dengan kedalaman yang mencerminkan dirinya. Anak itu tampak nyata, meski dunia di sekitar mereka bagai berkabut dan tak berbentuk.“Ibu?” ulang anak itu lagi, suaranya lembut dan penuh harap. Arcelia menyentuh dadanya saat anak itu memanggilnya ‘ibu’. Dia anakku?.Arcelia berlutut perlahan, menyamakan tinggi pandang mereka. “Siapa namamu?” bisiknya, meski hatinya sudah tahu jawabannya.Anak itu hanya tersenyum. “Aku belum punya nama… karena Ibu belum memberikannya.”Petir samar menyambar langit tak berbentuk di atas mereka, namun tak membangunkan Arcelia. Sebaliknya, ia melangkah bersama si anak menuju pintu kristal yang menjulang—pintu itu dipenuhi ukiran kuno dalam bahasa yang tak ia kenal, namun terasa begitu akrab di jiwanya. Setiap huruf bersinar lembut, seolah merespons kehadirannya."Darah yang lama tertidur kin
Azrael menatap langit gelap, lalu mulai menjelaskan dengan suara dalam:“Dahulu kala, sebelum perang besar antara ras pertama dan para penghuni dunia atas, ada sebuah sumpah rahasia: bahwa satu garis keturunan dari ras asli akan disembunyikan dalam bentuk manusia. Dijauhkan dari dunia bawah agar terhindar dari pemburuan Elder Daemons.”“Dan aku...?”“Kau adalah keturunan langsung dari salah satu Permaisuri Tertua, satu-satunya yang melarikan diri dengan bantuan Daemon Cahaya. Garis keturunanmu murni, tak tercampur, dan sangat langka—karena dalam tubuhmu mengalir dua kekuatan yang tak seharusnya bersatu: cahaya dan kegelapan ras pertama. Kau dititipkan di dalam tubuh manusia mulia yang terpilih dan bersedia mengorbankan dirinya untuk kelahiranmu”Arcelia merasa dunia berguncang sejenak. “Kenapa tidak ada yang memberitahuku?”Azrael menatapnya dalam. “Karena jika kau tahu lebih awal… para Elder akan tahu juga. Bahkan aku tidak bisa membangkitkan kekuatan itu dengan paksaan. Hanya jiwamu
Koneksi batin Arcelia dengan ras asli perlahan mulai bangkit seiring stabilnya kekuatannya dan semakin kuatnya resonansi jiwanya tanpa Arcelia sadar ini membuka jalur spiritual link dengan makhluk-makhluk tertentu—termasuk ras asli iblis.Arcelia selama ini tidak pernah tahu bahwa untuk kelahirannya ke dunia ini, kesialan-kesialan yang menimpanya selama di dunia fanah adalah sebuah konsekuensi atas kelahirannya. Malam itu terasa ganjil.Bahkan bagi langit dunia iblis yang terbiasa merah membara, malam ini tampak terlalu sunyi. Terlalu dalam. Seolah seluruh alam menahan napas.Di dalam paviliun pribadinya, Arcelia terbangun. Bukan karena mimpi buruk, tetapi karena sesuatu dalam dirinya… bergetar. Bukan ketakutan. Bukan juga kekuatan. Tapi semacam tarikan halus, nyaris seperti jalinan tak kasat mata yang perlahan menggeliat dari pusat dadanya.Ia duduk di ranjang, jari-jarinya menyentuh tulang selangka—tepat di tempat tanda gelap samar muncul sejak ia kembali dari pelatihan di Aeloria