Home / Romansa / Dinikahi Pria Kutu Buku / Bab 1 Pak Izyan?!

Share

Dinikahi Pria Kutu Buku
Dinikahi Pria Kutu Buku
Author: Zayanawa

Bab 1 Pak Izyan?!

Author: Zayanawa
last update Last Updated: 2024-07-04 21:12:52

"P ... Pak Izyan?!!!" Pekik Najma yang sedang duduk, spontan berdiri tatkala melihat siapa yang datang ke rumah ini.

"Yang sopan Najma. Jangan teriak-teriak." Bisik Bu Laras sembari sedikit menutup mulut putrinya. Lalu berusaha membuat Najma duduk kembali.

Terlalu terkejut dengan siapa yang datang mengajak berkenalan lebih ke jenjang serius. Kedua mata Najma sampai terbelalak serta mulutnya melongo. Tubuhnya pun menjadi menegang. Menelan saliva dalam-dalam, lalu menyandarkan punggung ke sofa

"Minum dulu. Kamu mau pingsan."

Bukan Bu Laras yang menuangkaan air mineral ke dalam gelas. Melainkan Izyan lah yang tiba-tiba melakukan hal demikian sembari berjongkok di depan Najma.

"Ayo diminum," ujarnya sekali lagi dengan suara lembut.

Tangan Najma yang bergetar pun menerima gelas berisikan air mineral tersebut. Meminum tiga tegukan lalu meletakan ke atas meja. Sedangkan, Izyan sudah berada di tempat duduknya semula.

"Perjalanan ke sini membutuhkan waktu berapa menit atau jam Yan??" tanya Bu Laras memulai obrolan.

"Sekitar tiga puluh menitan Bu," jawab Izyan.

Bu Laras menanggapi ini dengan anggukan kepala.

"Sebenarnya, kalian tidak usah berkenalan lebih dalam lagi. Karena, kalian sering bertemu di kampus. Izyan juga kadang ke sini kan?? Jadi, kalian jadi sering bertemu ...," ucap Bu Laras sembari mengelus kepala belakang putrinya yang terbalut jilbab instan.

Najma menoleh lalu bergumam, "Kenapa harus kutu buku banget bu ...."

"Ha kenapa?? Kutu buku??" Bu Laras yang mendengar penuturan lirih putrinya pun memperkeras suara.

"Memangnya kenapa kalau saya kutu buku?? Saya kan mencintai ilmu," sahut Izyan dengan rasa percaya dirinya yang tinggi.

Najma menghela napasnya. Terlintas di pikiran tentang masa depan hidupnya jika hidup bersama Izyan. Lalu membatin. Ya nggak apa-apa sih sebenarnya. Toh juga dia pengusaha kertas yang punya banyak uang. Ah, nanti aku bisa jalan-jalan sepuasnya. Meskipun aku yakin. Dia sangat sulit diajak berpergian. Tapi tak masalah. Aku bisa berpergian sendiri. Boleh juga lah. Wajahnya juga nggak jelek-jelek amat. Menikah nggak usah berlandaskan cinta. Karena, modal cinta nggak bisa buat kebutuhan hidupku terpenuhi.

"Oke boleh .... Terpenting ...." Najma menggantung ucapan.

"Ya??" Sebelah alis Izyan terangkat.

"Setelah menikah, Anda masih memperbolehkan saya berkarir dan menjelajahi alam!"

"Of course," jawab Izyan dengan senang hati.

"Hm, Najma ini. Bilang begitu kayak orang mau nikah aja. Padahal, Izyan ke sini niatnya cuman mau main doang loh ....." Bu Laras tertawa kecil menanggapi hal ini.

"Lah tadi Ibu bilang, Pak eh Mas Izyan ke sini karena punya niat serius??" Heran Najma.

"Ya nggak apa-apa kok Bu. Artinya, Najma mau sama saya hehe ...." Izyan tersenyum lalu menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Mas Izyan, siapa sih yang nggak mau sama kamu. Kamu masih muda, mapan, pinter, sukses, ya tentu Najma mau banget sama kamu. Karena ya, kamu sesuai lah kriterianya!" Bu Laras menimpali.

"Ibu apa-apaan sih, aku malu lah." Kesal Najma sembari memukul pelan paha ibunya.

Izyan menanggapi ini dengan senyuman tipis serta tatapan yang sesekali memandang calon istrinya.

"Saya mau tanya. Kok bisa-bisanya, Anda tiba-tiba datang dan bilang mau serius sama saya?? Heran! Padahal, sebelumnya. Meskipun Anda seorang Dosen Sastra, saya mahasiswa Ilmu Komunikasi. Kita tak pernah bercakap-cakap dan berkomunikasi loh?? Kok bisa-bisanya tiba-tiba ke sini??" Najma mengajukan pertanyaan.

"Najma. Saya sebenarnya telah menaruh perasaan padamu sejak lama. Yakni, sejak kamu masuk kuliah. Saya awalnya sangat suka melihat matamu, mendengarkanmu berbicara, serta caramu menjadi Najma dalam versi terbaik dalam dirimu. Saya sangat menyukai segala hal tentangmu. Saya terpesona dengan kecerdasanmu dalam berucap. Putri Pak Rektor yang sangat membuat hati saya berbunga-bunga." Ungkap Izyan.

Mendengar penuturan jujurnya, membuat Najma bingung sendiri. Karena, ia rasa, sewaktu menjadi mahasiswa hanya ada satu dua tiga yang mendekati. Itu pun, lama-lama mundur. Karena, lelaki yang mendekatinya tidak suka Najma yang banyak berbicara dan selalu mengajak berdiskusi. Najma pikir, telah menjadi perempuan yang buruk rupa yang tak menarik bagi lelaki. Sehingga, ia memaksimalkan potensi sekaligus kecerdasan otak untuk menambal kekurangannya yang merasa kurang unggul dalam kecantikan fisik. Tapi pada kenyataan sewaktu menjadi mahasiswa?? Sangat jarang lelaki yang benar-benar mendekati. Sebenarnya, itu tak terlalu menjadi masalah baginya. Selagi bisa menikmati hidupnya.

"Bagaimana bisa Anda tertarik pada saya?? Padahal, saya rasa, saya menjadi perempuan biasa-biasa saja dalam segi fisik??" tanya Najma.

"Kata siapa kamu biasa-biasa saja dalam segi fisik, Najma?? You are very pretty. Kamu cantik akal dan fisik. Sepertinya, kamu harus banyak baca buku tentang self love deh." Izyan menimpali dengan memberikan saran.

"Tapi kenapa tak banyak lelaki yang mendekati saya?? Bukankah jika saya cantik, banyak lelaki yang mendekati??"

Izyan tertawa kecil mendengar hal ini. "Jarang-jarang lelaki yang berani mendekati Putri Pak Rektor yang cantik, cerdas, ambis, IPK 3,89?? Kamu terlalu tinggi bagi lelaki yang belum jadi apa-apa. Teman kampusmu takut mendekatimu. Khawatir tak bisa mengimbangimu. Sehingga, bisa membuat sisi maskulin mereka terancam."

"Kok bisa ya?? Pak Izyan menyimpulkan seperti itu?? Padahal kan, saya juga tak pernah memiliki pemikiran seperti itu??" Heran Najma.

"Mas Izyan itu Dosen Sastra, sekaligus seorang pengusaha. Pengetahuannya luas. Melebihi dirimu. Sehingga bisa mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." Sambung Bu Laras.

"Baru sadar ternyata aku seperti itu." Gumam Najma.

"Jadi, selama ini kau memandang dirimu sendiri bagaimana, Najma??" tanya Izyan.

"Saya hanya seorang Reporter berita biasa Pak."

"Kamu di mata saya luar biasa."

Najma yang tak pernah digombali lelaki mendengar hal ini tentu membuatnya bergidik ngeri. "Emang kalau nguasain Sastra jadi tukang gombal ya Pak??"

"Ya boleh jadi."

Najma memutar-mutar bola matanya. "Kok bisa, Anda suka sama saya?? Padahal, masih banyak perempuan yang lebih baik dari saya?? Heran."

"Kamu tak sadar bahwa kamu adalah perempuan yang sangat-sangat berharga?"

"Masa sih??" Najma yang belum sepenuhnya percaya dengan ucapan Izyan pun, masih bertanya-tanya.

Izyan tak berucap apa-apa lagi. Justru, ia berpamitan. "Ya sudah saya pamit pulang dulu ya Bu, Naj. Karena, saya harus mengecek tugas mahasiswa. Saya ke sini niatnya bertamu sekaligus mengutarakan niat baik. Yakni memberitahukan perasaan yang sangat senang jika diterima dengan baik. Saya lusa In syaa Allah akan datang ke sini lagi. Saya pamit pulang dulu, Bu dan Najma. Assalamualaikum." Izyan lalu berdiri dari duduknya

"Wa'alaikumussalam ...," jawab Najma dan Bu Laras serempak. Lalu mengantarkan Izyan ke depan rumah.

Setelah kepergiannya, tiba-tiba Najma nyeletuk. "Kok tiba-tiba aku ngerasa pas sama Pak Izyan ya bu??? Padahal, dulu kami hanya sebatas mahasiswa dan Dosen yang sangat jarang berinteraksi?"

"Ibu doakan semoga dia jodoh dunia akhiratmu."

"Hm .... Emang boleh?? Se sat-set ini???"

"Najma. Jodoh itu misteri. Alangkah baiknya, kamu minta petunjuk sama Allah lewat sholat istikharah ya Nak ...."

"Iya bu. Tapi, aku masih heran loh Bu. Bisa-bisanya Pak Izyan datang ke sini. Duduk hanya selama beberapa menit saja. Lalu, bilang menaruh perasaan padaku?? Memangnya dia tidak grogi ya Bu??"

"Kamu tahu Nak. Setelah kamu lulus kuliah. Sebenarnya, dia sering menanyakan kabarmu lewat Ayah loh Nak. Udah punya calon apa belum. Gimana pekerjaanmu. Ayah sering cerita hal ini pada Ibu. Tapi, Ibu baru bilang sekarang."

"Masa sih??"

"Betul. Dia lelaki baik dan punya niat baik padamu. Serta, ia juga masuk ke dalam kriteriamu bukan? Tapi sayangnya, ibu lihat-lihat. Kamu belum siap berumah tangga ya??"

Najma mengangkat bahunya. "Entah lah bu. Aku mau siap-siap berangkat kerja dulu!" Lalu pergi dari hadapan ibunya.

Melihat putrinya yang masih memiliki jiwa petualang sekaligus muda berkelana, Bu Laras menanggapi ini dengan gelengan kepala.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dinikahi Pria Kutu Buku   Bab 46 Tak Dihiraukan

    "Kalian harus menikah! Sudahlah Mas Izyan! Tak perlu ada pembelaan lagi! Sudah jelas-jelas ada bukti di depan mata!" Tegas Kepala RW."Apa-apaan sih Pak! Saya itu tak kenal perempuan itu! Saya seumur hidup hanya menggauli Najma!" Lalu berganti menatap Tasya. "Heh kamu, tolonglah jangan rusak rumah tangga saya! Lagi pula, sebelumnya kita tak saling kenal! Kamu ini jahat sekali!" Izyan yang tak terima, terus saja berbicara. Tasya diam sembari memainkan jari jemarinya yang mengeluarkan keringat dingin."Oh, apakah Ayah dari anakmu tak mau bertanggung jawab?? Makanya, kau memfitnah saya agar menutupi kelakuan bejatmu itu? Iya?!" Izyan menggelengkan kepala. "Hatimu benar-benar busuk! Dengan teganya kamu menghancurkan rumah tangga orang lain serta mengusik ketenangan kami! Kamu benar-benar jahat!""Sudah cukup-cukup!!" Kepala RT yang kesal dengan ini sampai menggebrek meja. "Mas Izyan, tolong tanggung jawan atas kehamilan Mbak Tasya! Kami lebih percaya bukti dari pada omongan Anda!""Kalia

  • Dinikahi Pria Kutu Buku   Bab 45 Jangan-Jangan

    Wajah yang tampan itu, tampak lelah sekaligus bermata sayu. Memikirkan semua ini sampai membuatnya tak nafsu makan. Ia yang merasa memiliki keterbatasan dalam berfikir, rela bangun waktu dini hari untuk meminta solusi atas jawaban ini semua. Duduk mengahadap Tuhan yang tak terlihat. Namun, bisa melihat apapun meskipun itu hal tersembunyi.Menengadahkan tangan, meminta maaf, meminta keinginan, serta terutama meminta keutuhan rumah tangganya. Diiringi tangisan, Izyan terus berdoa agar diberikan jalan keluar atas semua ini. Selama setengah jam lamanya, digunakan untuk berdoa. Mengusap wajah, lalu berdiri dari duduknya.Terbilang tangannya sudah sembuh. Jadi, tak usah lagi memakai arm sling. Kedua tangan Izyan sudah bebas bisa melakukan apa saja. Ya dia memang bahagia sekaligus bersyukur dengan ini. Namun, disatu sisi, masalah rumah tangga yang menerpa begitu besar.Sungguh. Ia tak pernah mengkhianati Najma. Bahkan, dengan perempuan itu saja, tak kenal. Karena, bagaimana mungkin ia akan b

  • Dinikahi Pria Kutu Buku   Bab 44 Siapakah?

    Najma diantar ke kamar. Sedangkan Izyan menghadap Pak Thariq. Duduk di ruang keluarga. Izyan yang merasa tak bersalah berani melakukan kontak mata."Jelaskan Izyan!" Tegas Pal Thariq."Saya tak kenal perempuan itu Pak! Bahkan, baru pertama kali saya lihat dia!" Bela Izyan."Terus? Kenapa dia bisa mengaku bahwa sedang hamil anakmu dan menunjukan fotomu sekamar bersamanya?"Posisi mereka seperti seorang seorang Polisi yang sedang mengintrogasi tawanan."Demi Allah Pak! Saya tak melakukan itu! Kalaupun ada foto itu, saya yakin itu hanya editan! Saya mencintai Najma dan saya sudah berjanji akan setia! Saya tak ada keinginan sedikitpun untuk berkhianat! Saya benar-benar tak kenal perempuan itu Pak!" Izyan masih berusaha menjelaskan agar Ayah mertuanya percaya."Mana ponselmu!"Izyan memberikan bahkan, langsung membukakan kunci sandi.Pak Thariq membelakan mata. Lalu menunjukan layar yang memperlihatkan chat dari nomor yang tak disimpan."Baca Yan!"Izyan membaca dengan gumaman, "Mas tolong

  • Dinikahi Pria Kutu Buku   Bab 43 Tuduhan

    "Mbak Najma. Kedatangan saya ke sini karena memberitahukan soal ini ...."Perempuan yang kemarin menatap dari jarak beberapa meter Najma dan Izyan di depan rumah. Tiba-tiba datang ketika Najma baru pulang kerja. Menyodorkan amplop cokelat kecil. Tentu, langsung Najma terima. Mengeluarkan apa yang di dalamnya. Menautkan kedua alis. Karena, ketika baru memperlihatkan kop surat, tertulis nama rumah sakit. Melebarkan surat yang terlipat itu. Membaca satu persatu kata yang ada di dalamnya."Surat keterangan hamil?" Kedua mata Najma terbelalak. "Maksudnya apa? Kamu siapa? Kok bisa-bisanya datang menunjukan surat ini? Kita sebelumnya tidak kenal loh .... Saya hanya tahu kamu tetangga saya!"Tiba-tiba, perempuan itu menundukan kepala. Air matanya mengalir. Sekaligus diiringi isak tangis."Jelaskan!! Apa yang sebenarnya terjadi!!" Najma memegang kedua bahu wanita itu. Bahkan, sampai memaju-mundurkan karena tak kunjung menjawab. Justru, semakin mengeraskan tangisan."Saya .... Hamil anak Mas I

  • Dinikahi Pria Kutu Buku   Bab 42 Khawatir

    "Naj. Bagaimana kelanjutan pembahasan pembangunan perpustakaan gratis depan rumah kita kelak? Kamu masih bersedia kerjasama kan?" Najma yang sedang melahap sosis bakar pun menoleh. Lalu menjawab, "Ya aku mau Mas. Itu hal yang baik. Ngomong-ngomong, soal progress rumah udah kayak apa?""Nih. Aku dikirimin sama Pak Mandor." Izyan menunjukan foto rumah mereka.Terlihat bangunan bata yang masih terlihat bahannya. Belum dihaluskan menggunakan semen. Namun, sudah bisa digunakan untuk berteduh. Terbilang sudah dipasang atap. "Sekitar berapa bulan lagi Mas?""Kata Pak Mandor bisa sebulan lebih lagi. Karena belum buat dapur, kamar mandi, dan masih ada beberapa ruangan belum dibuat. Naj. Sebentar lagi kita akan tinggal di sana."Dengan penuh nikmat, Najma mengunyah sosis yang tinggal setengah itu. Ketika hari libur tiba, mereka keluar rumah untuk menikmati waktu berdua. Kali ini, mereka berada di taman wisata Gunung Pancar. Sebelum ke sini, tentu Najma membeli jajanan pinggir jalan. "Mas Izy

  • Dinikahi Pria Kutu Buku   Bab 41 Baikan

    "Pak! Pak Izyan! Pak!"Panggil seorang mahasiswi sembari menyeimbangkan langkah kaki Izyan yang lebar."Ada apa?" tanya Izyan dengan suara datar."Pak Izyan kenapa tidak lagi balas chat dan telepon saya?""Ada apa memangnya?"Haura memainkan jari jemari yang mengeluarkan keringat dingin. "Saya butuh Pak Izyan .... Saya di rumah kesepian .... Hati saya sakit Pak .... Mental saya tertekan memendam luka ini sendirian .... Sedangkan, Ayah saya tak peduli. Saya pernah mengadu kepadanya namun, saya yang dimarahi ....""Haura. Sembuhkanlah lukamu dengan caramu sendiri.""T ... tapi, t ... tapi kan Pak Izyan pernah bilang sama saya mau bantu saya kan? Termasuk membantu masalah saya? Sa ... saya benar-benar butuh bantuan Pak Izyan ... Saya butuh teman bercerita Pak ..." Haura menundukan kepala. "Saya rasa, hanya Pak Izyan yang mampu mendengarkan saya ketika dunia ini membungkam. Hanya Pak Izyan yang mau mengulurkan tangan untuk membantu saya ketika dunia menendang saya. Dan hanya Pak Izyan ya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status