Share

Bab 6 Kesal

Penulis: Zayanawa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-13 10:29:37

Ibu serta adik Izyan memang menentang keras rencana pernikahannya dengan Najma. Namun, ia tak memedulikan soal itu. Karena, Izyan berfikir bahwa ia berhak membangun rumah tangga dengan seorang wanita idaman. Wanita yang selama ini didoakan sekaligus diperjuangkan dalam diam. Wanita yang namanya selalu diselipkan ketika berdoa.

Izyan tentu sungguh bahagia sekaligus bersyukur. Ketika lamarannya diterima oleh Najma. Maka, ia tak mungkin menyia-nyiakan kesempatan emas ini. Meskipun pada kenyataannya tahu dan paham. Ibu dan adiknya membenci hal itu. Agar Najma merasa kehadirannya diharapkan keluarga Izyan. Meskipun Izyan sengaja tak memperkenalkannya pada ibu sambung serta adiknya.

Namun, Izyan mengajak Najma pergi ke rumah Paman Bibi dari jalur ibu kandung. Kedatangan Najma disambut dengan sangat baik. Mereka juga mengobrol banyak hal. Najma yang pandai menyesuaikan diri dimanapun tempatnya. Membuat Izyan semakin yakin untuk menikahinya.

Setiap hal yang Najma lakukan selalu membuat Izyan bangga sejak dulu. Menjadi pengagum rahasia bukanlah hal yang mudah. Dibutuhkan hati yang lapang serta sabar dalam proses ini. Tapi ternyata, usahanya bersabar, membuahkan hasil. Tanpa berbelit-belit hanya menunggu hitungan hari. Najma bersedia menjadi calon istrinya. Salah satu keberuntungannya adalah, segera menikah dengan wanita yang didambakan, dibutuhkan, dan dicintai.

Bahkan, Izyan perhatikan. Najma tak sedikitpun merasa berat hati menerima lamarannya. Hal ini semakin membuat Izyan yakin pada wanita yang sedang mengobrol lancar dengan Paman sekaligus Bibinya. Entah apapun ujian rumah tangga yang terjadi pada pernikahan mereka kelak. Izyan akan selalu usahakan. Agar mereka bisa bertahan mengarungi badai kehidupan. Apapun yang terjadi.

Selama berjam-jam mengobrol, akhirnya Najma meminta pulang. Karena, nanti harus melanjutkan pekerjaan sebagai seorang Reporter. Mereka ke sini tidak menggunakan satu mobil atau satu motor. Namun, masing-masing membawa motor sendiri. Dengan Izyan yang berada di depan mendahului motor Najma. Ini atas permintaan Izyan karena tak menginginkan mereka berdua dalam satu tempat. Hal ini dilakukan untuk mematuhi peraturan agama yang mengatur tentang hubungan lelaki dan perempuan bukan mahram.

"Tadi gimana Naj?? Paman dan Bibi saya??" tanya Izyan sembari memakai sarung tangan motor.

"Em, mereka baik kok. Ngomong-ngomong, tapi kenapa Pak eh Mas Izyan belum memperkenalkan saya ke ibu serta adik Mas??" Heran Najma sembari memakai helm.

"Maaf Naj." Izyan sedikit menundukan kepala lalu tersenyum tipis. "Kalau pernyataan saya kali ini, membuatmu tak nyaman. Sebenarnya, ibu dan adik saya menentang pernikahan kita. Karena, mereka khawatir. Ketika saya menikah denganmu. Saya akan berubah. Bahkan, ibu lebih menginginkan adik saya sebaiknya menikah lebih dulu. Namun, saya tetaplah Izyan yang tidak bisa mereka setir dengan egois. Saya akan tetap menikahimu."

Wajah Najma yang sebelumnya memperlihatkan semringah, sekarang memasang wajah datar. Bahkan, sebelah sudut bibirnya sampai terangkat.

"Ternyata, malapetaka itu sudah terlihat di mata. Mereka maut bagi saya. Saya sudah tahu ujian rumah tangga kita kelak sebesar apa. Hahah, karena Anda sudah menunjukan kisi-kisinya! Kalau jelas-jelas mereka tak menyetujui, kenapa Anda tetap keukeh ingin melamar saya?? Konyol!!"

Merasa Najma mulai kesal. Izyan memberanikan diri menatap wajahnya. "Saya berjanji padamu Naj. Saya akan berusaha menjadi imam yang baik untukmu," ujar Izyan berusaha meyakinkan.

"Saya merasa ragu dengan pernikahan ini!" Najma pun menyalakan stater motor. Berniat akan pulang.

"Saya tahu bahwa ini berat. Namun, alangkah baiknya kita hadapi sama-sama susah senangnya ya Naj ... Saya telah menjadikanmu tujuan sejak lama .... Saya benar-benar mencintai sekaligus menginginkanmu Naj ...." Izyan mulai khawatir jika Najma akan membatalkan pernikahan mereka.

"Jalani saja sendiri! Saya tidak mau mental saya tertekan menghadapi keluarga Anda yang begitu toxic. Hidup saya ini menyenangkan. Saya tidak mau menderita gara-gara menikah dengan Anda!" Tegas Najma yang berbicara sekaligus berfikir menggunakan logika.

"Saya akan bangun rumah untuk kita tinggal Naj. Sehingga tempat kita tinggal terpisah dengan mereka Naj." Izyan terus berusaha meyakinkan.

Najma diam. Justru, ia memutar stang motor untuk menuju ke jalan raya. Tak memedulikan panggilan serta ucapan Izyan yang masih mengusahakan kepercayaannya.

"Tidak ada wanita yang ingin hidup menderita. Terutama menderita karena makan hati! Jika ibu serta adikku seegois itu. Apakah tak ada wanita satupun yang bersedia menikah denganku?? Dan apakah aku akan menjadi lajang seumur hidup??" gumam Izyan menatap kepergian Najma dari hadapannya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dinikahi Pria Kutu Buku   Bab 46 Tak Dihiraukan

    "Kalian harus menikah! Sudahlah Mas Izyan! Tak perlu ada pembelaan lagi! Sudah jelas-jelas ada bukti di depan mata!" Tegas Kepala RW."Apa-apaan sih Pak! Saya itu tak kenal perempuan itu! Saya seumur hidup hanya menggauli Najma!" Lalu berganti menatap Tasya. "Heh kamu, tolonglah jangan rusak rumah tangga saya! Lagi pula, sebelumnya kita tak saling kenal! Kamu ini jahat sekali!" Izyan yang tak terima, terus saja berbicara. Tasya diam sembari memainkan jari jemarinya yang mengeluarkan keringat dingin."Oh, apakah Ayah dari anakmu tak mau bertanggung jawab?? Makanya, kau memfitnah saya agar menutupi kelakuan bejatmu itu? Iya?!" Izyan menggelengkan kepala. "Hatimu benar-benar busuk! Dengan teganya kamu menghancurkan rumah tangga orang lain serta mengusik ketenangan kami! Kamu benar-benar jahat!""Sudah cukup-cukup!!" Kepala RT yang kesal dengan ini sampai menggebrek meja. "Mas Izyan, tolong tanggung jawan atas kehamilan Mbak Tasya! Kami lebih percaya bukti dari pada omongan Anda!""Kalia

  • Dinikahi Pria Kutu Buku   Bab 45 Jangan-Jangan

    Wajah yang tampan itu, tampak lelah sekaligus bermata sayu. Memikirkan semua ini sampai membuatnya tak nafsu makan. Ia yang merasa memiliki keterbatasan dalam berfikir, rela bangun waktu dini hari untuk meminta solusi atas jawaban ini semua. Duduk mengahadap Tuhan yang tak terlihat. Namun, bisa melihat apapun meskipun itu hal tersembunyi.Menengadahkan tangan, meminta maaf, meminta keinginan, serta terutama meminta keutuhan rumah tangganya. Diiringi tangisan, Izyan terus berdoa agar diberikan jalan keluar atas semua ini. Selama setengah jam lamanya, digunakan untuk berdoa. Mengusap wajah, lalu berdiri dari duduknya.Terbilang tangannya sudah sembuh. Jadi, tak usah lagi memakai arm sling. Kedua tangan Izyan sudah bebas bisa melakukan apa saja. Ya dia memang bahagia sekaligus bersyukur dengan ini. Namun, disatu sisi, masalah rumah tangga yang menerpa begitu besar.Sungguh. Ia tak pernah mengkhianati Najma. Bahkan, dengan perempuan itu saja, tak kenal. Karena, bagaimana mungkin ia akan b

  • Dinikahi Pria Kutu Buku   Bab 44 Siapakah?

    Najma diantar ke kamar. Sedangkan Izyan menghadap Pak Thariq. Duduk di ruang keluarga. Izyan yang merasa tak bersalah berani melakukan kontak mata."Jelaskan Izyan!" Tegas Pal Thariq."Saya tak kenal perempuan itu Pak! Bahkan, baru pertama kali saya lihat dia!" Bela Izyan."Terus? Kenapa dia bisa mengaku bahwa sedang hamil anakmu dan menunjukan fotomu sekamar bersamanya?"Posisi mereka seperti seorang seorang Polisi yang sedang mengintrogasi tawanan."Demi Allah Pak! Saya tak melakukan itu! Kalaupun ada foto itu, saya yakin itu hanya editan! Saya mencintai Najma dan saya sudah berjanji akan setia! Saya tak ada keinginan sedikitpun untuk berkhianat! Saya benar-benar tak kenal perempuan itu Pak!" Izyan masih berusaha menjelaskan agar Ayah mertuanya percaya."Mana ponselmu!"Izyan memberikan bahkan, langsung membukakan kunci sandi.Pak Thariq membelakan mata. Lalu menunjukan layar yang memperlihatkan chat dari nomor yang tak disimpan."Baca Yan!"Izyan membaca dengan gumaman, "Mas tolong

  • Dinikahi Pria Kutu Buku   Bab 43 Tuduhan

    "Mbak Najma. Kedatangan saya ke sini karena memberitahukan soal ini ...."Perempuan yang kemarin menatap dari jarak beberapa meter Najma dan Izyan di depan rumah. Tiba-tiba datang ketika Najma baru pulang kerja. Menyodorkan amplop cokelat kecil. Tentu, langsung Najma terima. Mengeluarkan apa yang di dalamnya. Menautkan kedua alis. Karena, ketika baru memperlihatkan kop surat, tertulis nama rumah sakit. Melebarkan surat yang terlipat itu. Membaca satu persatu kata yang ada di dalamnya."Surat keterangan hamil?" Kedua mata Najma terbelalak. "Maksudnya apa? Kamu siapa? Kok bisa-bisanya datang menunjukan surat ini? Kita sebelumnya tidak kenal loh .... Saya hanya tahu kamu tetangga saya!"Tiba-tiba, perempuan itu menundukan kepala. Air matanya mengalir. Sekaligus diiringi isak tangis."Jelaskan!! Apa yang sebenarnya terjadi!!" Najma memegang kedua bahu wanita itu. Bahkan, sampai memaju-mundurkan karena tak kunjung menjawab. Justru, semakin mengeraskan tangisan."Saya .... Hamil anak Mas I

  • Dinikahi Pria Kutu Buku   Bab 42 Khawatir

    "Naj. Bagaimana kelanjutan pembahasan pembangunan perpustakaan gratis depan rumah kita kelak? Kamu masih bersedia kerjasama kan?" Najma yang sedang melahap sosis bakar pun menoleh. Lalu menjawab, "Ya aku mau Mas. Itu hal yang baik. Ngomong-ngomong, soal progress rumah udah kayak apa?""Nih. Aku dikirimin sama Pak Mandor." Izyan menunjukan foto rumah mereka.Terlihat bangunan bata yang masih terlihat bahannya. Belum dihaluskan menggunakan semen. Namun, sudah bisa digunakan untuk berteduh. Terbilang sudah dipasang atap. "Sekitar berapa bulan lagi Mas?""Kata Pak Mandor bisa sebulan lebih lagi. Karena belum buat dapur, kamar mandi, dan masih ada beberapa ruangan belum dibuat. Naj. Sebentar lagi kita akan tinggal di sana."Dengan penuh nikmat, Najma mengunyah sosis yang tinggal setengah itu. Ketika hari libur tiba, mereka keluar rumah untuk menikmati waktu berdua. Kali ini, mereka berada di taman wisata Gunung Pancar. Sebelum ke sini, tentu Najma membeli jajanan pinggir jalan. "Mas Izy

  • Dinikahi Pria Kutu Buku   Bab 41 Baikan

    "Pak! Pak Izyan! Pak!"Panggil seorang mahasiswi sembari menyeimbangkan langkah kaki Izyan yang lebar."Ada apa?" tanya Izyan dengan suara datar."Pak Izyan kenapa tidak lagi balas chat dan telepon saya?""Ada apa memangnya?"Haura memainkan jari jemari yang mengeluarkan keringat dingin. "Saya butuh Pak Izyan .... Saya di rumah kesepian .... Hati saya sakit Pak .... Mental saya tertekan memendam luka ini sendirian .... Sedangkan, Ayah saya tak peduli. Saya pernah mengadu kepadanya namun, saya yang dimarahi ....""Haura. Sembuhkanlah lukamu dengan caramu sendiri.""T ... tapi, t ... tapi kan Pak Izyan pernah bilang sama saya mau bantu saya kan? Termasuk membantu masalah saya? Sa ... saya benar-benar butuh bantuan Pak Izyan ... Saya butuh teman bercerita Pak ..." Haura menundukan kepala. "Saya rasa, hanya Pak Izyan yang mampu mendengarkan saya ketika dunia ini membungkam. Hanya Pak Izyan yang mau mengulurkan tangan untuk membantu saya ketika dunia menendang saya. Dan hanya Pak Izyan ya

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status