Tatapan Ilona menghunus tajam ke arah Reinhard yang menampilkan ekspresi puas. Deru napas mereka masih memburu dengan tubuh penuh keringat. Wanita itu tak berhenti mengumpat Reinhard dalam hati. Bisa-bisanya lelaki itu malah memutar keadaan dan memanfaatkan situasi dengan begitu mudah.
Ilona langsung bersingkut mundur setelah Reinhard menyingkir dari tubuhnya. Wanita itu menarik selimut yang berserakan di bawah kakinya dan menyelimuti tubuhnya sampai leher. Tatapannya berlabuh pada pakaiannya yang bertebaran di lantai. Padahal ia ingin mengenakan pakaiannya kembali, tetapi dirinya malas bergerak di sana.Ilona benar-benar kewalahan meladeni Reinhard yang tidak memberinya jeda untuk bernapas sama sekali. Bahkan, wanita itu sendiri tidak mengetahui tanggal berapa sekarang. Ilona hanya ingin mengerjai lelaki itu untuk melampiaskan kekesalannya. Namun, malah dirinya yang rugi sendiri.“Kenapa? Bukannya kamu sudah tahu apa konsekuensi bermain-main denganku?“Aku akan tetap menceraikanmu, kamu tidak perlu khawatir. Anggap saja yang kita lakukan barusan hanya sebatas perpisahan saja. Lagi pula tadi aku tidak memaksamu, ‘kan?” tutur Reinhard yang telah kembali berbaring di samping Ilona dan menyelimuti tubuhnya. Tanpa menjawab, Ilona langsung mengubah posisinya membelakangi Reinhard. Dalam hati ia menyumpahi dirinya sendiri yang mendadak lemah dan terbuai oleh sentuhan lelaki itu. Seharusnya hal-hal seperti ini tidak boleh terjadi lagi di antara mereka. Namun, bukannya mencegah, ia malah pasrah begitu saja. Dada Ilona naik turun, ia masih mengatur deru napasnya yang memburu. Cengkeramannya wanita itu pada selimut yang membalut tubuhnya semakin erat. Sekarang Ilona baru menyesali kepasrahan yang dirinya lakukan tadi. Ilona merasa otaknya tidak dapat berfungsi dengan baik belakangan ini. Tak ingin terus berkubang dengan penyesalan yang tidak ada habisnya, Ilona memutuskan langsung tidur. Berharap ketika dirinya
“Aku tidak percaya! Kamu hanya membual dan mengelabuiku!” seru Ilona yang masih terisak-isak. Ia tidak akan tertipu semudah itu dengan kalimat yang Reinhard ucapkan. Lelaki itu sangat manipulatif dan selalu mencari keuntungan sendiri dalam keadaan apa pun. “Tandatangani surat itu dulu! Buktikan kata-katamu kalau kamu memang akan menceraikan aku!” sambung Ilona dengan suara yang sudah mulai serak. Sekarang penampilannya sudah sangat kacau dan menyedihkan. Namun, wanita itu tidak peduli. Ilona hanya ingin semuanya selesai secepatnya. Perih yang Ilona rasakan semakin terasa. Bukan hanya di tangannya saja, tetapi pada telapak kakinya juga. Sepertinya ia tak sengaja menginjak serpihan dari botol parfum itu. Tubuhnya yang memang sudah lemah semakin sulit ditegakkan karena nyeri yang terasa di mana-mana. Namun, Ilona harus tetap berpura-pura kuat di hadapan Reinhard. Seluruh luka di tangan dan kakinya itu belum seberapa jika dibandingkan dengan sesak yang memb
Ilona membuka koper kecil yang baru saja diantarkan oleh seseorang ke rumah milik Reinhard ini. Isinya adalah sejumlah uang yang dirinya dapatkan dari tabungannya dan meminjam dari pihak bank. Lebih tepatnya Romeo lah yang membantu Ilona mendapatkan pinjaman tersebut entah dengan jaminan apa. Ilona sudah meyakinkan diri jika hari ini juga ia akan kembali mendesak Reinhard untuk menandatangani surat gugatan cerainya. Sebelumnya lelaki itu masih bisa menolak karena ia tidak menyertakan pembayaran atas utang ibu tirinya ini. Sekarang Reinhard sudah tidak memiliki alasan menahannya lebih lama lagi. Wanita muda itu sudah menunggu kepulangan Reinhard sejak tadi. Namun, hingga detik ini Reinhard tak kunjung muncul. Entah ke mana lelaki itu sebenarnya. Tetapi, Ilona akan tetap berusaha menunggu hingga Reinhard sudah pulang. Sebab, ia tak bisa menunggu lebih lama lagi untuk menyelesaikan semuanya. “Kenapa ini malah terasa berat ya?” gumam Ilona seraya memejamkan
Ilona yang sedari tadi terus menerus meronta mulai kehabisan tenaga. Pemberontakan yang wanita itu lakukan semakin berkurang. Melihat Ilona sudah terlihat tak berdaya, Reinhard langsung bangkit dan meraih kembali berkas surat gugatan cerai yang ia temukan tadi. Bunyi robekan keras terdengar bersamaan dengan gerakan Reinhard yang mulai merobek kertas tersebut menjadi beberapa bagian. Ilona terbelalak lebar melihat apa yang Reinhard lakukan. Sontak saja ia langsung bangkit dan berusaha meraih berkas tersebut. “Apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu malah merobek surat ini?!” seru Ilona dengan suara nyaring. Wanita itu menatap nanar surat gugatan cerainya yang kini sudah hancur menjadi bagian kecil dan berserakan di lantai. Ia kalah cepat untuk menyelamatkan surat tersebut dari keganasan Reinhard. Tanpa memedulikan tubuhnya yang lemas dan penampilannya yang sangat berantakan, Ilona bangkit dari ranjang dan menghampiri Reinhard. Telapak tangannya nyaris mendara
Ilona spontan menghentikan pemberontakannya setelah mendengar pertanyaan Reinhard. Tubuhnya membeku selama beberapa saat. Bahkan, membalas tatapan lelaki di hadapannya itu saja ia tidak berani. Hanya untuk membalas pertanyaan seperti itu saja dirinya perlu berpikir terlebih dahulu. Ilona benar-benar tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya ini. Jika sebelumnya pertanyaan seperti ini sangat mudah dirinya jawab dengan kata ‘tidak’ atau penyangkalan apa pun itu. Namun, sekarang dirinya malah bingung harus memberi jawaban seperti apa. Padahal sudah jelas ia tidak mencintai Reinhard, ‘kan?Wanita itu melirik Reinhard sekilas yang terlihat menunggu jawabannya. Sebelum lelaki itu berpikir macam-macam, ia langsung berdeham pelan. “Mencintaimu? Apa kamu sedang mabuk? Untuk apa kamu bertanya seperti itu? Aku yakin kamu sendiri sudah tahu jawabannya.”“Aku tidak mencintaimu, itu terlalu mustahil. Pertanyaanmu sangat konyol. Bagaimana bisa aku mencinta
Ilona spontan mematikan teleponnya dan menghapus air mata yang membasahi wajahnya ketika tak sengaja mendengar bunyi kunci yang diputar. Sebelum pintu terbuka, wanita itu buru-buru merapikan wajahnya yang terlihat luar biasa menyedihkan. Ia tidak menyangka Reinhard akan kembali membuka kamarnya secepat ini. Ilona dan Reinhard bertemu pandang selama beberapa saat ketika Reinhard membuka pintu kamar tersebut. Namun, Ilona yang masih dalam suasana hati tidak baik langsung membuang muka dan melangkah memasuki toilet yang ada di hadapannya. Ia tidak peduli dengan apa pun yang akan Reinhard lakukan di kamarnya. Wanita muda itu memutuskan untuk membersihkan diri, berharap perasaan campur aduk yang dirinya rasakan sekarang. Cukup lama Ilona berada di dalam toilet padahal urusannya sudah selesai sejak tadi. Ia malas bertemu Reinhard lagi. Siapa tahu saja lelaki itu masih berada di kamarnya saat ini. “Ternyata dia hanya membawakan sarapan untukku? Romantis sekali