geng aku lagi agak ga enak body 🥲 satu bab dulu ya. Kalian jaga kesehatan
Ella sudah keluar dari rumah sakit. Sekarang dia berada di kamarnya ketika Lily datang sendirian.Ella langsung berdiri dan menatap Lily yang duduk di kursi roda.“Bagaimana kondisimu? Maaf tidak menjengukmu ke rumah sakit karena kondisiku tidak memungkinkan untuk pergi ke rumah sakit,” kata Lily.“Tidak apa-apa, Nona. Saya juga sudah lebih baik,” balas Ella.“Baiklah, aku hanya mau memastikan kondisimu saja,” ucap Lily. Dia hendak memutar roda untuk meninggalkan kamar Ella, tetapi gerakannya terhenti karena Ella memanggilnya lagi.“Hanya itu?” tanya Ella.Lily mengerutkan kening.“Saya sampai hampir keguguran karena Hera, apa tidak ada keadilan untuk saya?” tanyanya kemudian.Kening Lily semakin berkerut samar saat menatap Ella. “Lalu, apa yang kamu inginkan?”Senyum samar terbit di wajah Ella. “Saya mau Hera dipecat.”Lily sangat terkejut. “Permintaanmu sangat keterlaluan. Kesalahan Hera tidak sefatal itu, kenapa kamu memintanya agar dipecat?”“Dia sudah mendorong saya sampai hampir
Sore Hari. Bibi Jess datang menemui Lily di rumah dan meninggalkan Ella sendirian di rumah sakit. “Bagaimana kondisi Ella?” tanya Lily saat Bibi Jess menghadap padanya. “Ella mengalami pendarahan, tapi tak sampai membuatnya keguguran karena ditangani tepat waktu, Nona,” jawab Bibi Jess sedikit menunduk di hadapan Lily. Lily mengembuskan napas kasar. “Aku sudah meminta penjelasan dari Hera, dan apa pun alasannya, bertengkar memang bukan perbuatan baik.” Bibi Jess diam dengan kepala sedikit tertunduk, jadi Lily kembali bicara, “Ella juga salah, Bi. Apalagi kalau Bibi tahu apa yang Ella katakan pada Hera.” Bibi Jess mengangkat pandangan pada Lily, ekspresi wajahnya menunjukkan rasa penasaran. “Memangnya, apa yang Ella katakan?” Lily menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab, “Ella bertanya, apa Hera pernah ditiduri suamiku. Siapa yang tidak marah dituduh seperti itu?” Bibi Jess membulatkan bola mata lebar lalu detik berikutnya kepalanya tertunduk dalam. “Maafkan ucapan El
Lily dan Arsen menghabiskan waktu semalaman bersama, berbagi kehangatan di kamar utama. Hingga paginya saat bangun, Lily tidak mendapati Arsen di sampingnya. Lily tidak membawa ponsel, dia bingung harus melakukan apa. “Haruskah aku turun?” gumam Lily. Dia menjulurkan kakinya ke bawah. Di saat itu pintu kamar terbuka dan Arsen muncul dari baliknya. Lily kaget setengah mati, tapi dia bisa dengan cepat menutupi ekspresi wajahnya. “Dari mana?” rengeknya manja pada Arsen. “Aku ke bawah sebentar,” balas Arsen. Dia mendekat ke Lily kemudian bertanya,” Apa mau pergi ke kamar mandi?” Lily mengangguk, dia tertawa karena Arsen langsung meraih tubuhnya. Pria itu menggendongnya menuju kamar mandi. “Aku merepotkan bukan?” tanya Lily. “Jangan berpikir begitu.” Arsen menatap Lily yang berada di gendongannya, lantas mencium bibir istrinya itu sekilas. "Direpotkanmu seumur hidup pun aku tidak akan pernah keberatan,”imbuhnya. Satu jam kemudian. Lily turun bersama Arsen untuk
Pesta usai, semua orang pulang kecuali Risha dan Adhitama yang memutuskan untuk menginap di tempat Arsen. Seolah tahu bahwa putri dan menantunya membutuhkan waktu bersama. Risha dengan senang hati menjaga Audrey. Saat semua penghuni sudah masuk ke kamar masing-masing, Arsen dan Lily masih tampak terjaga. Lily memeluk erat Arsen, dia tak hentinya mengucapkan terima kasih ke suaminya itu. Sebenarnya masih ada sedikit ganjalan di hati Lily. Kenapa Arsen sama sekali tidak memberinya hadiah. Lily tersenyum. Dia menepis pikirannya itu. “Hadiah terbaik adalah bisa bersama Arsen, berada di pelukannya seperti ini,” gumam Lily di dalam hati. Arsen menciumi puncak kepala Lily, kemudian menatap wajah istrinya itu. “Apa kamu tidak mau memberi hadiah spesial untukku?” tanya Lily nakal. Pada akhirnya dia tak tahan juga untuk tidak bertanya. Lily meraba dada Arsen dengan wajah menggoda. Arsen memulas seringai. Dia bangun dari ranjang lalu berjalan memutari ranjang hingga berdiri di sampin
Dini tak peduli dan pergi dari kamar Bibi Jess. Dia kesal sampai mengepalkan tangan di sisi badan. Saat sudah hampir sampai di ruang tengah, Dini melihat Lily keluar bersama Arsen. Sahabatnya itu tersenyum, hingga Dini mengatur napasnya agar tenang. “Kamu cantik sekali,” puji Lily. “Iya kan?” tanyanya ke Arsen. “Tetap saja lebih cantik dirimu.” Pipi Lily merona merah mendengar jawaban Arsen. Dia mencebikkan bibir kemudian menatap kembali pada Dini. Lily menyadari ada yang salah, senyuman Dini sangat aneh, dan mata gadis itu seperti menyimpan kesedihan. Lily menepuk punggung tangan Arsen lalu mendongak memandang suaminya itu. “Apa kamu bisa mengecek Audrey untukku, aku ingin memberikan sesuatu yang sudah aku siapkan untuk Dini,” pinta Lily. Arsen mengangguk lantas berjalan pergi. Sedangkan Dini bingung dengan maksud ucapan Lily. “Ayo ke kamarku dulu,” kata Lily. “Ada apa?” Dini mendorong kursi roda Lily. “Aku punya hadiah untukmu,” balas Lily dengan santai. Di kamar Lily mem
Ella masih duduk dan menatap ke arah mobil pengantar kue itu berhenti, hingga Bibi Jess datang dan membuatnya kaget.“Apa tugasmu sudah selesai? Kenapa malah duduk di sini?”Ella berdiri lalu menepuk apron di pahanya. “Mama tega sekali, aku sedang hamil jadi cepat lelah, aku hanya duduk sebentar di sini dan Mama sudah menghardik seolah-olah aku sepanjang hari ongkang-ongkang kaki.”Ella sengaja membuang napas kasar di depan Bibi Jess kemudian pergi.Bibi Jess hanya bisa menggelengkan kepala.“Semoga dia tidak membuat masalah,” gumamnya.**Sore hariDini datang dan langsung dipersilahkan masuk oleh pelayan yang ada di depan.Tanpa sengaja Dini berpapasan dengan Ella. Akan tetapi saat dia menyapa seraya tersenyum ramah, tak ada balasan yang diterimanya dari Ella.Dini sedikit terkejut, hingga keningnya berkerut samar.‘Mungkin pelayan itu terlalu lelah bekerja.’ Pikir Dini di dalam hati.Dini menuju kamar Lily lalu mengetuk pintu. Saat terbuka, Dini kaget melihat Lily menyuruhnya buru-