Beranda / Romansa / Dinikahi Suami Majikan / 5. Siapa gadis cantik ini?

Share

5. Siapa gadis cantik ini?

last update Terakhir Diperbarui: 2021-04-08 14:13:13

Laili terdiam sepanjang perjalanan, sehabis tersedak tadi. Untung saja dia selalu membawa bekal minum, sehingga tenggorokannya tidak terlalu sakit karena harus batuk lama. Ekor matanya melirik Arya yang sepertinya sedang mengulum senyum.

"Jam berapa pulang hari ini?"

"Jam sebelas."

"Kok cepat?"

"Ujian Nasional."

"Pulang nanti naik apa? sepeda Doni belum saya betulkan."

"Naik pesawat."

"Ha ha ha ... "

"Kamu lucu juga. Sudah jangan marah, saya hanya bercanda. Kita menikah setelah kamu lulus saja."

"Kalau saya tidak mau?"

"Harus mau!"

Laili memutar bola mata malasnya, lelaki berumur di sampingnya ini benar-benar mengesalkan. Jika saja bukan majikan yang sudah berbuat banyak padanya sedari ia Sekolah Dasar, tentulah ia tidak mau dikawinkan dalam usia muda. Masih banyak yang ingin ia lakukan, seperti kuliah, bekerja, menikmati hasil jerih payah dari bekerja. Namun, sepertinya itu impian yang sia-sia, mengingat tidak lama lagi, mau tidak mau, ia harus menikah dengan lelaki dewasa bernama Arya Jovan.

"Laili," panggil Arya. Namun, Laili masih asik melamun.

"Laili," panggilnya lagi. Namun, tetap saja Laili tak sadar dari lamunannya.

"Laili, kita sudah sampai. Kamu mau turun, apa ikut saya ke kantor?" suara Arya sedikit tegas, membuat Laili tersentak dari lamunannya.

"Eh, iya. Maaf, Tuan. Saya pamit." Laili menunduk malu, pasti sedari tadi majikannya memperhatikan dirinya yang tengah melamun.

"Laili, tunggu!" Arya menahan tas Laili, hingga tubuh Laili ikut tertahan. Pintu mobil sudah terbuka dan kaki kiri Laili sudah turun. Laili menoleh, "ada apa, Tuan?" keningnya berkerut. 

"Ini uang untuk ongkos ya. Sisanya buat kamu saja," ucap Arya sambil memberikan dua lembar uang berwarna merah pada Laili.

"Terimakasih, Tuan. Saya pamit," ucap Laili sambil menerima uang pemberian Arya. Ia turun sambil tersenyum, karena ongkos yang diberikan Arya bisa untuk sepuluh hari.

Baru saja menutup pintu mobil majikannya, Laili kaget dengan tatapan beberapa siswi yang menatap aneh dirinya. Laili mencoba biasa saja, tidak mau peduli. Sudah biasa ia diperlakukan seperti ini oleh penduduk sekolah. Hanya Suci dan Diana yang baik serta mau berteman dengannya. Namun, telinganya menjadi panas, saat lelaki bernama Danu menyindirnya dengan kalimat tajam, "ga dapat yang muda, dia pilih jadi simpanan aki-aki. Ha ha ha ..." tawa Danu dan ketiga temannya yang ikut bersama Danu.

"Hei, Danu! Apa maksud kamu?" balas Laili tidak terima dengan ledekan Danu. Semua mata kini tertuju pada Laili yang sudah memerah wajahnya menahan amarah. Arya belum membawa pergi mobilnya, ia masih di situ dan memperhatikan Laili bersama teman lelakinya yang sedang berdebat.

"Pacaran sama gue, baru dipegang tangannya aja, udah ceramah kayak Mama Dedeh. Eh, sekalinya putus, langsung jadi sugar baby," ledek Danu yang diikuti anggukan serta tawa teman-temannya.

"Apa itu sugar baby?" tanya Laili dengan kening berkerut.

"Ha ha ha ... pura-pura gak tahu lo. Sugar baby itu, bobok bareng aki-aki. Ha ha ha ..."

"Ada apa ya?" suara berat Arya menyela keduanya, membuat Laili dan juga Danu terkejut. Bahkan Danu kini mundur beberapa langkah dengan wajah pucat tak berani menatap wajah Arya yang tegas namun tampan.

"Kamu bilang apa tadi sama Laili?" tanya Arya masih dengan nada suara datar.

"Bukan apa-apa, Om," jawab Danu sambil hendak berbalik badan meninggalkan Laili yang kini sudah bercucuran air mata.

"Dengar ya, anak kecil! Laili itu calon istri saya. Jadi jaga bicaramu!" 

"Apa?!" kali ini, Laili ikut terperangah dengan ucapan majikannya barusan dan itu terdengar oleh semua siswa dan guru yang kebetulan ada di sana. Laili sudah tidak punya muka lagi, ia memilih meninggalkan Arya dan juga Danu dengan sejuta kesal.

Sepanjang menyelesaikan soal ujian, pikiran Laili tidak tenang. Apalagi saat jam istrirahat pertama tadi, kasak-kusuk siswi terdengar jelas mencibir dirinya. Untung saja, beberapa hari lagi, ia selesai bersekolah. Sehingga ia tidak perlu terlalu lama mendengar cibiran teman-temannya.

Drrt

Drrt

Ponselnya bergetar, namun ia abaikan. Fokusnya kini pada soal mata pelajaran Matematika yang tersisa sebelas nomor lagi belum ia kerjakan. Sambil mengusap peluh dan menarik nafas panjang. Laili berusaha kembali berkonsentrasi, meskipun saat ini, ekor matanya menangkap Danu yang kini juga meliriknya.

Hari yang melelahkan bagi Laili, ia turun dari ojek online dengan langkah lemas, tidak bersemangat seperti biasanya. Setelah membuka sepatu, lalu menyimpannya di rak sepatu, Laili pun masuk ke dalam rumah melalui pintu samping. Sudah ada Bik Kokom yang sedang menyuapi Dira buah alpukat yang sedikit dihaluskan.

"Assalamualaykum," sapa Laili saat masuk rumah.

"Wa'alaykumussalam. Eh, Teteh Laili udah pulang," sahut Anes yang kebetulan berada tak jauh dari Bik Kokom.

"Ada tamu ya, De?"

"Iya, teman mama. Bawa baju pengantin," terang Anes sambil terus menyisir boneka barbienya. Laili terdiam, benarkah hari yang paling tidak ia inginkan semakin dekat. 

"Laili, sini deh!" suara Ririn memanggilnya dengan cukup keras.

"I-iya, Nya," sahut Laili gugup.

"Pilih yang simple bajunya ya," bisik Bu Kokom sambil mencolek pipi Laili yang kini bersemu merah.

"Apaan sih, Bibik," elak Laili dengan langkah lebar menuju ruang tamu. Ada dua orang wanita cantik yang kini ikut tersenyum padanya. Di dekat tamu majikannya duduk, ada dua koper besar, yang entah apa isinya.

"Kenalkan, ini Laili. Calon maduku," suara Ririn terdengar riang memperkenalkan Laili pada tamunya. Laili hanya bisa mengangguk sambil tersenyum tipis.

"Cantik ya," puji tamu Ririn yang memakai kerudung.

"Cepat pakaikan baju yang cocok untuknya, aku ingin lihat!" titah Ririn tak sabar pada dua orang temannya. Laili hanya bisa pasrah mencoba satu per satu pakaian yang diberikan padanya. Ririn akan menggeleng saat baju yang dipakai oleh Laili terlihat kurang pas. Terus saja begitu hingga Laili berganti pakaian sampai enam kali. Jujur, ia sangat lelah hari ini. Ingin sekali buru-buru rebahan di atas ranjangnya. Namun, apalah daya jika sang majikan sudah memberikan perintah. Maka, ia tidak akan bisa menolak.

"Kalau yang ini bagaimana, Say?" 

Ririn menoleh dan betapa takjubnya ia, saat melihat Laili memakai kebaya brukat putih panjang, sampai menyentuh lantai, dipadu padankan dengan rok batik yang motifnya sangat cantik.

Ceklek

Ririn memotret Laili yang tampak anggun dan semakin cantik. Kemudian foto itu ia kirimkan pada Arya suaminya.

"Siapa gadis cantik ini?" Arya mengerutkan keningnya.

****


Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Enisensi Klara
Arya sampai ga kenal
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Dinikahi Suami Majikan   49. Ekstrapart Malam Pertama Laili dan Arya

    Arya membaringkan pelan tubuh Laili di atas ranjang baru miliknya yang berukuran tidak terlalu besar. Lelaki itu sangat ingin menunaikan kewajibannya malam ini, tapi juga sangat gugup. Arya khawatir Laili merasa kaget sekaligus kesakitan. Apa yang harus ia lakukan nanti jika hal itu benar terjadi? Dengan tangan gemetar dan sesekali melirik pintu, Arya memiringkaan wajah Laili agar mendekat padanya. Detak jantung istri mudanya itu bahkan terdengar begitu jelas ke dalam indera pendengarannya. Pertanda Laili dan dirinya sama-sama gugup. “Kita harus belajar mencintai mulai hari ini,” bisik Arya tepat di depan bibir Laili. Embusan napas keduanya seakan berlomba bagaikan habis berlari jauh. Pelan dan hati-hati, Arya mendekatkan bibirnya ke bibir Laili yang masih tertutup rapat bagaikan dilem. Dikecupnya tipis, lalu dirasakannya tubuh istri mudanya yang sedikit terlonjak kaget. “Tak apa. Jangan takut. Ayo sini, lihat wajah saya,” bisik Arya mesra dengan

  • Dinikahi Suami Majikan   48. Ekstrapart

    Pesta pernikahan Laili dan Arya berlangsung meriah. Banyak sanak-saudara berkumpul dan banyak juga teman sejawat. Ya, setelah dua bulan Laili melahirkan bayi kembarnya secara normal, Arya memberikan pesat pernikahan meriah untuk Laili. Berikut dengan status sebagai istri yang sah secara agama dan negara.Senyum lebar Laili terus saja mengembang di atas pelaminan sana. Dengan gaun pernikahan putih modern ala boneka, Laili tampil sangat cantik. Bahkan sang suami tak bisa berpaling dari melirik istri mudanya yang sangat cantik. Tak lupa dua bayi kembar mereka ikut berada di dalam keranjang bayi dihias begitu cantik, berdampingan dengan kursi pengantin.Banyak ucapan selamat, serta pujian yang tamu berikan pada Laili dan Arya. Tak elak lagi, Arya menjadi bulan-bulanan teman-teman seumurannya karena berhasil mendapatkan daun muda yang sangat cantik. Suasana meriah, mewah, serta ramah, begitu mengesankan bagi siapa saja yang menghadiri pernikahan Laili dan Arya. Banyak makan

  • Dinikahi Suami Majikan   47. Hadiah dari Arya

    Acara peresmian toko akseseoris Laili berjalan dengan lancar, walaupun hanya berlangsung selama satu jam. Bayi Maura dan Maira yang masih sangat kecil membuat Arya dan Laili tak mau berlama-lama di sana. Setelah potong pita dan makan cake bentuk jepitan rambut, mereka semua kembali ke rumah dengan hati senang. Laili bahkan tak henti melirik suaminya dengan tatapan penuh sukur.Mimpi apa ia kemarin, sehingga mendapat kejutan yang sangat istimewa dari suaminya. Kapan suaminya menyiapkannya? Padahal suaminya tak pernah lembur di luar semenjak ia melahirkan."Pa, terimakasih," ucapnya dengan mata kembali berkaca-kaca."Bunda sukakan?""Anes juga suka, Pa. Sukaa ... banget," potong Anes dengan seringai lebar. Di tangannya ia sedang memilin kunciran rambut motif hello kity."Kalau Bunda repot urus dedek bayi kembar, biar Anes yang di toko ya," ujar Anes dengan polosnya."He he he ... Mau ngapain Anes di toko?""M

  • Dinikahi Suami Majikan   46. Laili Melahirkan

    "Pa, mau BAB ini!" rintih Laili yang kini sudah berbaring gelisah di brangkar kamar bersalin."Tahan, Sayang. Memang seperti itu, sabar ya." Arya berusaha menenangkan dengan mengusap rambut Laili dengan lembut."Uuh ... Pa, ini mau cepirit beneran!" Laili gelagapan dengan rasa mulas yang mirip seperti mulas ingin BAB."Pa." Keringat bercucuran dengan deras, membasahi kening dan lehernya, padahal ruangan bersalin memiliki pesnin pendingin ruangan yang cukup baik."Eeeemm ....""Jangan ngeden ya, Mbak. Masih pembukaan enam, sabar ya. Empat pembukaan lagi," terang suster sambil tersenyum."Sus, ini bukan mules mau lahiran kayaknya. Saya mau BAB beneran, Sus. Tolong! Masa saya BAB di sini? Pa, uuh ... Mules, Pa. Mau BAB beneran, Pa," rengek Laili kimi dengan derai air mata."Ssst ... Jangan buang tenaganya! Sabar, tahan sedikit lagi.""Papa sabar,sabar terus. Sini Papa aja yang gantiin, ih ... Orang sakit beneran ini. Pokokny

  • Dinikahi Suami Majikan   45. Ririn Koma

    Arya masih terus memandangi wajah istrinya yang pucat pasi dengan luka di kening. Sudah tiga jam berlalu dan Laili belum sadar juga. Untunglah luka Laili tidak terlalu parah, hanya saja sepertinya Laili syok berat dengan kecelakaan yang menimpa dirinya dan juga Ririn. Kandungan Laili juga sudah di cek, kedua janinnya aman walau tadi sempat ada benguran cukup hebat.Keduanya ditabrak oleh motor yang dikemudikan oleh orang mabuk. Motor lelaki besar, menghantam kedua wanita itu hingga terpental. Jika Laili terpental ke trotoar, maka Ririn terpental hingga menubruk tiang listrik yang ada di seberang, dengan kondisi sekarang kritis. Pelaku penabrakan sudah digelandang ke kantor polisi dterdekat untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya yang lalai, hingga mengakibatkan nyawa orang lain hampir melayang."Pa.""Ya Allah, alhamdulillah, Bunda udah sadar." Arya lega melihat Laili membuka mata."Haus, Pa," rengek Laili dan sigap Arya mengambilkan minum untuk istrin

  • Dinikahi Suami Majikan   44. Kecelakaan

    Sehari pulang dari rumah sakit, Laili sudah benar-benar berdamai dengan suaminya dan sangat menikmati perannya sebagai istri dari Arya Jovan, apalagi saat pagi hari seperti ini. Entah dari mana datangnya, ataukah bawaan hamil semata. Untuk pertama kalinya, Laili memakaikan suaminya pakaian dalam, kaus, dan juga celana panjang, tak lupa memasang gesper sebagai pelengkap ketampanan pria dewasa.Mirip saat Laili memakaikan Anes baju, begitulah yang ia lakukan pada suaminya. Arya tak sedikit pun menolak, lelaki itu malah tertawa-tawa saat yang dilakukan Laili, menurutnya sangat konyol tapi mengasikkan. Yang lebih menggelikan lagi adalah, Arya dipakaikan minyak telon lengkap dengan bedak tabur. Mulai dari perut, dada, punggung, hingga leher. Sehingga harum Arya seperti harumnya Dira. Apa Arya protes? Tidak. Ia lebih mengikuti maunya Laili, dari pada istrinya stres dan berakibat fatal pada kandungannya."Dah, selesai," kata Laili sembari menepuk tangannya yang penuh de

  • Dinikahi Suami Majikan   43. Arya Meminta Maaf

    Laili tidak banyak bersuara pagi ini. Dia masih merasa takut dengan suaminya. Sedangkan Arya sudah bersikap biasa saja dan dia tidak paham jika sang istri masih ketakutan dengan dirinya. Arya keluar dari kamar mandi dan mendapati kemeja kerja dan celana bahan warna hitam sudah ada di atas ranjang. Namun tidak ada istrinya di sana. Biasanya, Laili selalu bertanya, mau pakai kemeja apa hari ini. Namun pagi ini, Laili belum bicara apapun sejak bangun tidur.Arya memakai baju kerjanya dengan cepat, lalu berjalan keluar kamar, menghampiri Doni, Anes, dan juga Laili yang sudah siap di meja makan. Arya mengambil posisi di sebelah Doni, karena Laili memilih duduk di sebelah Anes. Biasanya, Laili selalu duduk di sampingnya."Ayo dimakan," katanya sambil tersenyum tipis penuh paksaan. Anes dan Doni menyendok sendiri sarapannya, setelah mereka selesai, baru Laili menyendokkan nasi untuk Arya dan juga untuknya. Doni memperhatikan Papa dan Bunda tirinya bergantian. Mulut Laili tert

  • Dinikahi Suami Majikan   42. Arya marah pada Laili

    "Assalamualaykum. Permisi, Nyonya," tegur Laili yang sudah berdiri di depan pintu. Alex dan Ririn melepas ciumannya, lalu terbelalak melihat Laili yang tergugu di depan pintu, dengan membawa tas pakaian."Wa'laykumussalam. Mari masuk Laili," ajak Alex, Laili menurut. Kakinya melangkah pelan masuk ke dalam kamar isolasi Dira."Dira bagaimana kabarnya, Nya?""Gak perlu kamu tahu! Mau apa kemari?" Laili terdiam saat Ririn masih saja bicara ketus padanya."Mau antar pakaian ganti Nyonya. Bau ketek nanti kalau gak ganti baju," terang Laili sambil menyerahkan tas jinjing berisi pakaian Ririn."Sudah selesaikan? Udah sana pergi!" usir Ririn."Iya, saya juga mau pergi. Gak mungkin saya mau gangguin yang pacaran," sahut Laili membuat Alex tertawa."Laili, kamu jangan bingung ya, saya memang akan menikahi Ririn setelah perceraiannya dengan Arya selesai. Kamu dengan Arya, aman. Saya pun dengan Ririn, aman. Begitukan, Sayang?"

  • Dinikahi Suami Majikan   41. Kesempatan dalam kesempitan

    Ririn menangis tersedu, saat Dira jatuh, kemudian pingsan. Berselang sepuluh menit, Dira sadar, kemudian Dira mengalami muntah-muntah dengan suhu tubuh kembali naik. Bayi itu kejang, hingga tiga kali. Membuat Laili ikut menangis sekaligus lemas. Ia tak sampai hati melihat Dira yang terbujur kaku di atas brangkar dengan jarum infus di punggung tangannya. Dira mengalami pendarahan dalam otaknya.Jangankan Laili, Arya pun ikut meneteskan air mata. Sungguh kasihan Dira jika memiliki ibu bertabiat tak baik seperti Ririn. Tidak, ini bukan Ririn, Arya bahkan tak mengenali sosok wanita yang pernah menjadi istrinya ini."Semua gara-gara kalian," lirih Ririn sambil menatap tajam Laili serta Arya."Apa maksudmu?" tanya Arya dengan suara tak suka."Seandainya wanita pelakor ini tak ikut-ikutan menggendong Dira, tentu anakku tak jadi seperti ini, hiks.""Sampai kapan Nyonya akan menyalahkan saya? Apa menunggu ada anggota keluarga yang merenggang nyawa? Se

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status