Home / Romansa / Dinikahi Suami Majikan / 6. OTEWE Pengantin Baru

Share

6. OTEWE Pengantin Baru

last update Last Updated: 2021-04-08 14:14:41

Pembacaku sayang, sebelum baca, follow dulu akun saya, ya. Simpan cerita ini di reading list kalian. 

Terimakasih.

Ikan mujaer di dalam kali

Para reader selamat membaca Laili

****

"Saya terima nikah dan kawinnya, Laili binti Ahmad Jaelani dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan perhiasan emas, dibayar tunai."

Laili melirik lelaki tampan yang memakai baju koko lengkap dengan peci, yang kini duduk persis di sampingnya. Setelah prosesi ijab kabul dan juga memakaikan cincin di jari manisnya, Laili dan Arya kini duduk di kursi yang berdampingan. Tak banyak tamu yang hadir, hanya keluarga Arya, keluarga Ririn yang tadinya sempat menolak. Juga ada Suci dan Diana, teman sekolah Laili yang hadir di sana. 

Acara dilangsungkan tepat dua hari setelah pengumuman kelulusan sekolah. Laili kini memasrahkan kepada Tuhan, apa yang akan terjadi ke depannya. Karena bagaimana pun menjadi istri kedua itu tidaklah mudah, meski ada restu dari istri pertama, tetapi tetap saja sang pria bukanlah miliknya semata. Laili harus belajar menumbuhkan rasa cinta di hatinya untuk Arya Jovan, lelaki yang biasa ia panggil Tuan, kini harus ia panggil Mas.

"Lihat saja kalau mau lihat, jangan dilirik begitu," ujar Arya sambil berbisik. Ucapan yang tentu saja membuat Laili bersemu merah sekaligus kesal tak terkira. Pasti suami tuanya ini akan menjadi orang yang selalu mengganggunya.

"Sudah halal, diapain aja boleh," lanjut Arya lagi membuat Laili terbahak.

"Ha ha ha ...,"

"Tertawalah, maka kamu jadi terlihat cantik," bisik Arya lagi hingga membuat semburat merah hadir lagi di kedua pipi Laili.

Dari kejauhan, Ririn meneteskan air mata melihat pemandangan manis di depannya. Ia tak paham dengan perasaannya saat ini, saat suaminya menolak untuk poligami pada Laili, dialah yang setiap hari merayu, bahkan meracuni pikiran suaminya agar mau menjadikan Laili istri kedua. 

Begitu hari yang dinanti tiba, hatinya menjadi sakit karena cemburu. Suaminya selalu saja berbisik pada madunya di depan sana, ada rasa penasaran sekaligus iri. Namun, semua telah menjadi keputusannya. Paling tidak, ia bisa memantau Laili dan mengaturnya. Jika suaminya berselingkuh atau menikah dengan wanita lain, pasti ia akan lebih repot.

Cepat Ririn menghapus air matanya, saat langkah kaki suaminya kini mendekat menghampirinya. Dira yang baru saja mengempeng ASI-nya sudah dibawa bibik ke kamar, begitu juga Anes yang sudah tertidur saat asik bermain dengan para saudaranya.

"Kenapa nangis?" tanya Arya pada Ririn.

"Cemburu."

"Lho, bukannya ini semua maunya Mama. Masa cemburu." Arya kini sudah menggengam jemari sang istri, menghapus air mata yang kini semakin deras membasahi kedua pipi Ririn.

Laili memandangnya sambil tersenyum tipis. Apakah ia cemburu? Tidak, ia tidak akan pernah cemburu melihat kebersamaan dan kemesraan Arya dengan Ririn. Karena ia sudah terbiasa dengan pemandangan itu. Jadi, ia tidak akan cemburu dan tidak boleh ada cemburu. Ia pun yakin, Arya menikahinya karena kasihan semata, bukan karena cinta.

"Laili, kami pulang dulu ya," pamit Diana dan Suci bersamaan. Keduanya memeluk erat Laili.

"Danu tidak kamu undang, Li?" goda Suci.

"Malees. Maaf ya gengs, Arya Jovan sang pemilik hotel, lebih berharga dari pada seorang Danu, yang buat bayar pipis di WC umum saja, masih minta sama mamanya." Ketiganya terbahak dengan keras, hingga beberapa orang di sekitar Laili ikut memperhatikan, tak terkecuali Arya dan Ririn.

"Satu lagi yang pasti." Lanjut Suci.

"Apa tuh?" Laili dan Diana penasaran.

"Punya Danu, bak biji salak. Sedangkan suami lo, biji mangga. Ha ha ha ha...." 

Puk

Puk

Puk

Laili memukul gemas Suci dengan sekuat tenaga. Wajahnya merona dan itu berhasil membuat Arya di ujung sana mengulum senyum.

Setelah satu per satu tamu pulang, rumah kembali seperti sedia kala. Ada dua orang yang dibayar oleh Ririn untuk membantunya membereskan rumah. Laili pun sudah berganti pakaian dengan pakaian santainya. Yaitu celana bahan katun panjang dipadupadankan dengan kaus yang sudah lusuh warnanya. Kaus yang selalu ia pakai jika ingin tidur. 

Laili membantu menyapu rumah dan merapikan perabotan. Ia juga mengangkat piring-piring kotor yang masih tertinggal di halaman rumah.

"Non Laili, dipanggil Tuan," seru Bik Kokom dari depan pintu. Laili mengangguk, lalu berjalan masul ke dalam rumah. Sebelumnya ia sudah mencuci dulu tangannya, lalu bergegas naik ke lantai dua.

Tuk

Tuk

"Permisi, Tuan-Nyonya. Ini Laili," ujar Laili di depan pintu kamar majikannya.

Kreek

Arya membuka pintu kamarnya, ia sudah berganti pakaian dengan yang lebih santai juga. Lelaki itu tersenyum tipis pada Laili, sambil menarik masuk istri keduanya itu ke dalam kamarnya.

"Ada apa, Tuan?" tanya Laili.

"Laili, mohon maaf sebelumnya. Saya mau minta izin, meskipun kini suami saya sudah menjadi suami kamu juga, tetapi Mas Arya setiap malam akan tidur dengan saya. Bagaimana?"

"Siap, Nyonya. Tak masalah," jawab Laili penuh keyakinan. Justru ia merasa lega karena tidak harus tidur seranjang dengan suami tuanya.

"Kamu tidak keberatan?" kali ini Arya yang bersuara, membuat Ririn dan Laili menoleh ke arahnya. Arya menatap Laili dengam intens, bahkan tanpa berkedip. Membuat dirinya salah tingkah.

"Mm...b-begini Tuan. Eh, Mas. Nyonya bila malam suka bangun buang air kecil, jika Mas tidur bersama saya, nanti yang membantu Nyonya siapa. Jadi saya tidak keberatan," terang Laili sambil tersenyum kepada dua orang dewasa di depannya. Raut wajah Ririn seketika melunak, bahkan garis lengkung bibirnya naik ke atas. Hatinya tenang, saat merasa benar telah memilih Laili jadi madunya. Ia tidak akan takut ditinggalkan oleh Arya.

"Kalau tidak ada lagi yang mau dibicarakan, saya pamit ya, Nyonya. Saya mau bantu bibik di bawah."

"Ok, kamu boleh pergi. Terimakasih atas pengertian kamu Laili. Tidak salah saya memilih kamu jadi istri kedua Mas Arya. Semoga kita selalu akur ya," ujar Ririn dengan senyum mekar.

"Kamar tamu kini menjadi kamar kamu ya. Jadi, mulai malam ini, kamu tidur di sana," ujar Ririn memberitahu.

"Baik, Nya. Terimakasih." Laili mengangguk paham, lalu berjalan keluar dari kamar majikannya.

Ia pun melanjutkan membantu pekerjaan bibik di bawah. Padahal sudah dilarang, tetapi Laili tetap mengerjakannya. Hingga malam tiba tanpa terasa. 

Laili melaksakan sholat isya di kamar barunya, ia melipat mukena baru yang dijadikan mahar dari suaminya. Mukena sutera yang sangat bagus. Laili betah berlama-lama memakainya.

"Laili," panggil Arya yang kini sudah masuk ke dalam kamarnya.

"Eh, Tuan. A-ada apa? Apa Nyonya perlu bantuan?"

Arya berjalan mendekat pada Laili yang masih mengenakan mukena. Lelaki itu ikut duduk di samping Laili. "Maaf, saya belum bisa mengimami kamu sholat ya?" ujar Arya membuat hati Laili berdesir.

"I-iya, Tuan. Tidak apa-apa," jawab Laili kikuk.

"Laili," panggil Arya dengan suara sedikit bergetar.

"Ya."

"Saya mau mencium kamu, boleh?"

*****

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Kirana Pramono
hemmmmhhh wes suwi ...jablay
goodnovel comment avatar
Enisensi Klara
Hah minta ciuman ...
goodnovel comment avatar
Mommi B'four
dasar juorok si arya sudah makan ga sikat gigi lagi..😄😄😄
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Dinikahi Suami Majikan   49. Ekstrapart Malam Pertama Laili dan Arya

    Arya membaringkan pelan tubuh Laili di atas ranjang baru miliknya yang berukuran tidak terlalu besar. Lelaki itu sangat ingin menunaikan kewajibannya malam ini, tapi juga sangat gugup. Arya khawatir Laili merasa kaget sekaligus kesakitan. Apa yang harus ia lakukan nanti jika hal itu benar terjadi? Dengan tangan gemetar dan sesekali melirik pintu, Arya memiringkaan wajah Laili agar mendekat padanya. Detak jantung istri mudanya itu bahkan terdengar begitu jelas ke dalam indera pendengarannya. Pertanda Laili dan dirinya sama-sama gugup. “Kita harus belajar mencintai mulai hari ini,” bisik Arya tepat di depan bibir Laili. Embusan napas keduanya seakan berlomba bagaikan habis berlari jauh. Pelan dan hati-hati, Arya mendekatkan bibirnya ke bibir Laili yang masih tertutup rapat bagaikan dilem. Dikecupnya tipis, lalu dirasakannya tubuh istri mudanya yang sedikit terlonjak kaget. “Tak apa. Jangan takut. Ayo sini, lihat wajah saya,” bisik Arya mesra dengan

  • Dinikahi Suami Majikan   48. Ekstrapart

    Pesta pernikahan Laili dan Arya berlangsung meriah. Banyak sanak-saudara berkumpul dan banyak juga teman sejawat. Ya, setelah dua bulan Laili melahirkan bayi kembarnya secara normal, Arya memberikan pesat pernikahan meriah untuk Laili. Berikut dengan status sebagai istri yang sah secara agama dan negara.Senyum lebar Laili terus saja mengembang di atas pelaminan sana. Dengan gaun pernikahan putih modern ala boneka, Laili tampil sangat cantik. Bahkan sang suami tak bisa berpaling dari melirik istri mudanya yang sangat cantik. Tak lupa dua bayi kembar mereka ikut berada di dalam keranjang bayi dihias begitu cantik, berdampingan dengan kursi pengantin.Banyak ucapan selamat, serta pujian yang tamu berikan pada Laili dan Arya. Tak elak lagi, Arya menjadi bulan-bulanan teman-teman seumurannya karena berhasil mendapatkan daun muda yang sangat cantik. Suasana meriah, mewah, serta ramah, begitu mengesankan bagi siapa saja yang menghadiri pernikahan Laili dan Arya. Banyak makan

  • Dinikahi Suami Majikan   47. Hadiah dari Arya

    Acara peresmian toko akseseoris Laili berjalan dengan lancar, walaupun hanya berlangsung selama satu jam. Bayi Maura dan Maira yang masih sangat kecil membuat Arya dan Laili tak mau berlama-lama di sana. Setelah potong pita dan makan cake bentuk jepitan rambut, mereka semua kembali ke rumah dengan hati senang. Laili bahkan tak henti melirik suaminya dengan tatapan penuh sukur.Mimpi apa ia kemarin, sehingga mendapat kejutan yang sangat istimewa dari suaminya. Kapan suaminya menyiapkannya? Padahal suaminya tak pernah lembur di luar semenjak ia melahirkan."Pa, terimakasih," ucapnya dengan mata kembali berkaca-kaca."Bunda sukakan?""Anes juga suka, Pa. Sukaa ... banget," potong Anes dengan seringai lebar. Di tangannya ia sedang memilin kunciran rambut motif hello kity."Kalau Bunda repot urus dedek bayi kembar, biar Anes yang di toko ya," ujar Anes dengan polosnya."He he he ... Mau ngapain Anes di toko?""M

  • Dinikahi Suami Majikan   46. Laili Melahirkan

    "Pa, mau BAB ini!" rintih Laili yang kini sudah berbaring gelisah di brangkar kamar bersalin."Tahan, Sayang. Memang seperti itu, sabar ya." Arya berusaha menenangkan dengan mengusap rambut Laili dengan lembut."Uuh ... Pa, ini mau cepirit beneran!" Laili gelagapan dengan rasa mulas yang mirip seperti mulas ingin BAB."Pa." Keringat bercucuran dengan deras, membasahi kening dan lehernya, padahal ruangan bersalin memiliki pesnin pendingin ruangan yang cukup baik."Eeeemm ....""Jangan ngeden ya, Mbak. Masih pembukaan enam, sabar ya. Empat pembukaan lagi," terang suster sambil tersenyum."Sus, ini bukan mules mau lahiran kayaknya. Saya mau BAB beneran, Sus. Tolong! Masa saya BAB di sini? Pa, uuh ... Mules, Pa. Mau BAB beneran, Pa," rengek Laili kimi dengan derai air mata."Ssst ... Jangan buang tenaganya! Sabar, tahan sedikit lagi.""Papa sabar,sabar terus. Sini Papa aja yang gantiin, ih ... Orang sakit beneran ini. Pokokny

  • Dinikahi Suami Majikan   45. Ririn Koma

    Arya masih terus memandangi wajah istrinya yang pucat pasi dengan luka di kening. Sudah tiga jam berlalu dan Laili belum sadar juga. Untunglah luka Laili tidak terlalu parah, hanya saja sepertinya Laili syok berat dengan kecelakaan yang menimpa dirinya dan juga Ririn. Kandungan Laili juga sudah di cek, kedua janinnya aman walau tadi sempat ada benguran cukup hebat.Keduanya ditabrak oleh motor yang dikemudikan oleh orang mabuk. Motor lelaki besar, menghantam kedua wanita itu hingga terpental. Jika Laili terpental ke trotoar, maka Ririn terpental hingga menubruk tiang listrik yang ada di seberang, dengan kondisi sekarang kritis. Pelaku penabrakan sudah digelandang ke kantor polisi dterdekat untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya yang lalai, hingga mengakibatkan nyawa orang lain hampir melayang."Pa.""Ya Allah, alhamdulillah, Bunda udah sadar." Arya lega melihat Laili membuka mata."Haus, Pa," rengek Laili dan sigap Arya mengambilkan minum untuk istrin

  • Dinikahi Suami Majikan   44. Kecelakaan

    Sehari pulang dari rumah sakit, Laili sudah benar-benar berdamai dengan suaminya dan sangat menikmati perannya sebagai istri dari Arya Jovan, apalagi saat pagi hari seperti ini. Entah dari mana datangnya, ataukah bawaan hamil semata. Untuk pertama kalinya, Laili memakaikan suaminya pakaian dalam, kaus, dan juga celana panjang, tak lupa memasang gesper sebagai pelengkap ketampanan pria dewasa.Mirip saat Laili memakaikan Anes baju, begitulah yang ia lakukan pada suaminya. Arya tak sedikit pun menolak, lelaki itu malah tertawa-tawa saat yang dilakukan Laili, menurutnya sangat konyol tapi mengasikkan. Yang lebih menggelikan lagi adalah, Arya dipakaikan minyak telon lengkap dengan bedak tabur. Mulai dari perut, dada, punggung, hingga leher. Sehingga harum Arya seperti harumnya Dira. Apa Arya protes? Tidak. Ia lebih mengikuti maunya Laili, dari pada istrinya stres dan berakibat fatal pada kandungannya."Dah, selesai," kata Laili sembari menepuk tangannya yang penuh de

  • Dinikahi Suami Majikan   43. Arya Meminta Maaf

    Laili tidak banyak bersuara pagi ini. Dia masih merasa takut dengan suaminya. Sedangkan Arya sudah bersikap biasa saja dan dia tidak paham jika sang istri masih ketakutan dengan dirinya. Arya keluar dari kamar mandi dan mendapati kemeja kerja dan celana bahan warna hitam sudah ada di atas ranjang. Namun tidak ada istrinya di sana. Biasanya, Laili selalu bertanya, mau pakai kemeja apa hari ini. Namun pagi ini, Laili belum bicara apapun sejak bangun tidur.Arya memakai baju kerjanya dengan cepat, lalu berjalan keluar kamar, menghampiri Doni, Anes, dan juga Laili yang sudah siap di meja makan. Arya mengambil posisi di sebelah Doni, karena Laili memilih duduk di sebelah Anes. Biasanya, Laili selalu duduk di sampingnya."Ayo dimakan," katanya sambil tersenyum tipis penuh paksaan. Anes dan Doni menyendok sendiri sarapannya, setelah mereka selesai, baru Laili menyendokkan nasi untuk Arya dan juga untuknya. Doni memperhatikan Papa dan Bunda tirinya bergantian. Mulut Laili tert

  • Dinikahi Suami Majikan   42. Arya marah pada Laili

    "Assalamualaykum. Permisi, Nyonya," tegur Laili yang sudah berdiri di depan pintu. Alex dan Ririn melepas ciumannya, lalu terbelalak melihat Laili yang tergugu di depan pintu, dengan membawa tas pakaian."Wa'laykumussalam. Mari masuk Laili," ajak Alex, Laili menurut. Kakinya melangkah pelan masuk ke dalam kamar isolasi Dira."Dira bagaimana kabarnya, Nya?""Gak perlu kamu tahu! Mau apa kemari?" Laili terdiam saat Ririn masih saja bicara ketus padanya."Mau antar pakaian ganti Nyonya. Bau ketek nanti kalau gak ganti baju," terang Laili sambil menyerahkan tas jinjing berisi pakaian Ririn."Sudah selesaikan? Udah sana pergi!" usir Ririn."Iya, saya juga mau pergi. Gak mungkin saya mau gangguin yang pacaran," sahut Laili membuat Alex tertawa."Laili, kamu jangan bingung ya, saya memang akan menikahi Ririn setelah perceraiannya dengan Arya selesai. Kamu dengan Arya, aman. Saya pun dengan Ririn, aman. Begitukan, Sayang?"

  • Dinikahi Suami Majikan   41. Kesempatan dalam kesempitan

    Ririn menangis tersedu, saat Dira jatuh, kemudian pingsan. Berselang sepuluh menit, Dira sadar, kemudian Dira mengalami muntah-muntah dengan suhu tubuh kembali naik. Bayi itu kejang, hingga tiga kali. Membuat Laili ikut menangis sekaligus lemas. Ia tak sampai hati melihat Dira yang terbujur kaku di atas brangkar dengan jarum infus di punggung tangannya. Dira mengalami pendarahan dalam otaknya.Jangankan Laili, Arya pun ikut meneteskan air mata. Sungguh kasihan Dira jika memiliki ibu bertabiat tak baik seperti Ririn. Tidak, ini bukan Ririn, Arya bahkan tak mengenali sosok wanita yang pernah menjadi istrinya ini."Semua gara-gara kalian," lirih Ririn sambil menatap tajam Laili serta Arya."Apa maksudmu?" tanya Arya dengan suara tak suka."Seandainya wanita pelakor ini tak ikut-ikutan menggendong Dira, tentu anakku tak jadi seperti ini, hiks.""Sampai kapan Nyonya akan menyalahkan saya? Apa menunggu ada anggota keluarga yang merenggang nyawa? Se

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status