Share

Berperang Dengan Isi Kepalanya

Dua hari ini, aku kehilangan Akang. Iya maksudnya dia lebih sering itikaf di masjid, sampai larut malam. Kadang dini hari baru pulang, setelah itu tidur tanpa bisa aku ganggu.

Sebelumnya dia sudah bilang kalau dia mau mencari jawaban yang terbaik, tolong kasih saya waktu.

Tapi melihatnya berpikir sendirian itu menyakitkan sekali, sepertinya dia gak kunjung mencari jawaban? Bagaimana kalau akhirnya kita menghabiskan waktu seperti ini terus kalau pada akhirnya Akang tetap pergi?

Seperti kata ibu, aku harus berkorban kalau mau mendapatkan sesuatu yang lebih besar, toh Akang juga bukan untuk bersenang-senang. Aku harus membantunya berpikir bahwa meninggalkan aku adalah pilihan yang terbaik.

Ini sudah hampir jam enam pagi, setelah sholat subuh dia belum juga kembali ke kamar. Aku juga udah selesai sholat subuh, dan mengheningkan cipta di sisi kasur.

Sedih awalnya, tapi aku gak boleh egois. Akang memang ditakdirkan pergi untuk kemaslahatan umat kenapa aku tahan-tahan?

Pintu sedikit terbuka
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status