Alhamdulilah, aku melihat penampilan suamiku yang luar biasa. Memakai jubah toga berwarna hitam dengan paduan list gold membuat dia kelihatan lebih ganteng.Salah satu impian aku banget, pengen bisa difoto bareng pasangan di hari wisudanya, dan ternyata impian itu terjadi dengan suami sendiri.Sedangkan kita, memakai baju berwarna hijau mint yang pas untuk tubuh kita masing-masing. Aku memasangkan baju untuk Zulaikha, MasyaAllah dia sangat cantik sekali. Ditambah jilbab anak kecil itu juga membuat pipi bakpaonya makin kelihatan.Sedangkan Zulfikar, dia kelihatan gagah banget seperti Abinya. Topi bayi itu sangat terlihat modis di kepala kecilnya.Aku bahagia banget hari ini.Kita berangkat pagi-pagi pukul enam, karena untuk menghindari macet. Beruntung ada Retno yang setia diajak berpergian ke mana pun, tanpa mengeluh. Di mobil, anak-anak kembali terlelap.Auditorium Andalus sudah di penuhi para wisudawan yang akan mengikuti prosesi Wisuda dan Penghargaan mahasiswa berprestasi lulusan
“Seseorang di uji menurut kadar agamanya. Kalau agamanya tipis (lemah), dia di uji dengan sesuai itu (ringan). Dan bila imannya kukuh, dia di uji sesuai itu (keras). Seorang diuji terus menerus sehingga dia berjalan di muka bumi bersih dari dosa-dosa.” (HR. Bukhari).Aku pernah dengar kajian ceramah dari salah satu ustadz, selagi Akang di Mesir, yaitu 'cobaan yang semakin berat akan senantiasa menimpa seorang mukmin yang shalih untuk meninggikan derajatnya dan agar ia semakin mendapatkan ganjaran yang besar' apa iya? Bisakah dalam hal ini, aku nego ya Allah? Aku mau jadi hamba yang biasa-biasa saja, jadi aku mohon ringankan ujian dalam rumah tangga kami.Bagaimana bisa Ya Allah, seberat ini ujian kami?Aku nangis, sambil mengejar Akang yang dibawa paksa oleh dua polisi itu, tangannya sudah diborgol sampai dia tidak bisa berontak sama sekali."Pak tunggu sebentar, izinkan saya berbicara sama suami saya dulu. Main ambil paksa aja, memangnya suami saya teroris? Baru terduga Pak!" Aku men
Situasi pondok mulai gaduh, para guru yang bermukim sebisa mungkin mengerahkan tenaga untuk menenangkan mereka. Saat ini, kebanyakan dari mereka adalah santri yang baru masuk,. otomatis rasa kepercayaan mereka terhadap guru baru itu juga seketika langsung memudar.Aku gak bisa membungkam mulut mereka dan ngasih ceramah bahwa ustadz Husein adalah orang yang baik, kalau dasarnya ragu ya ragu.Aku pasrah, dan sementara gak urus masalah santri-santri itu. Saat ini yang harus aku utamakan adalah pembuktian bahwa Akang tidak bersalah."Ustadzah, Retno, tolong ya tenangkan mereka. Beri saja sangsi kalau tidak mau tenang, saya mau telepon pengacara dulu.""Siap Mba Rey, Retno mode galak bakal membungkam mulut mereka!" sahut Retno padaku."Yang sabar ya Rey, cara Allah meninggikan derajat hambanya memang sangat pedih, tapi ingsyallah jika ujian ini terlewati, maka Allah akan semakin menyayangi kalian berdua."Sebelum aku masuk kamar, aku memeluk tubuh Aisyah dulu, karena kata-katanya mampu men
Selesai sholat tahajud, aku kembali menumpahkan tangisanku di atas sajadah ini. Tempat manusia mengadu segala kesusahannya ya hanya sama Allah, Maha penolong.Aku mengadu karena hampir tak kuat menerima cobaan ini, tapi kemudian aku ingat ayat Allah yang mengatakan bahwa setelah kesusahan pasti ada kemudahan.Allah yang memberi musibah, maka Allah lah yang pastinya akan memberikan jalan keluarnya juga. Aku mengadu bukan di tempat yang salah.**Tadi pagi, aku mendapat pesan dari Pak Lutfi bahwa beliau sudah on the way ke Bandung. Jadi, aku pun siap-siap untuk segera menemuinya di kantor polisi guna mencari keterangan lebih lanjut, kenapa bisa suamiku tertuduh kasus pelecehan seksual.Bismillahitawaqaltu'alallah, aku memiliki Allah dalam musibah ini, jadi jangan khawatir."Sudah mau berangkat Rey?"Ibu mertua mendatangi aku selagi aku merapikan jilbabku di depan kaca."Iya Bu, pengacara kita sudah otw dari Jakarta, jadi Reynata juga harus siap-siap. Doakan kami ya Bu," kataku kepadanya
Selang beberapa menit, aku melihat Akang digandeng oleh seorang polisi memasuki ruangan itu dengan wajah yang segar bugar....???Betah amat di kantor polisi, agak curiga saya jadinya kan?Langsung aja tanpa basa-basi, aku mengarah padanya, dan langsung memeluknya dengan erat. Lagi-lagi tangisku pecah di pelukan Akang."Saya kangen sama kamu!" Kalau situ kangen, terus aku apa? Udah mah ditinggal 3 tahun, baru ketemu eh dipisahin lagi!"Gak mungkin kan, Akang? Tuduhan itu pasti salah, iya kan?" tanya aku mencoba untuk meyakinkan diri lagi, dari mulut tertuduhnya secara langsung. "Tentu saja Ay, kamu kan tahu bagaimana saya? Ini semua hanya fitnah. Bagaimana anak-anak? Mereka mencari abinya tidak?" sahut dia, yang tangannya membelai lembut kepalaku."Ya mencari lah pasti, Rey bilang Akang jihad di jalan Allah.""MasyaAllah, itu benar. Saya memang sedang jihad, berperang melawan fitnah keji ini, terima kasih ya Ay!""Tapi kenapa wajah Akang, seger gitu? Habis mandi? Gak lesu, kayak waja
Aku duduk anteng aja di depan ruang interogasi, sampai gak sadar waktu sudah empat jam berlalu. Tapi Akang belum juga keluar.Aneh banget, di dalam pasti dikasih banyak pertanyaan deh sama polisinya, sampai memakan waktu selama ini, atau jangan-jangan, polisinya yang malah dapat siraman rohani dari Akang?Sambil nunggu, aku sambil mengangkat telepon dari seseorang karena ponselku berbunyi."Halo, ada apa Retno?""Mba di mana, sekarang?" Kenapa nada suaranya terdengar sangat panik, ada apa ini?"Mba ya masih di kantor polisi, suami Mba belum selesai ditanya-tanya tuh, ada apa memangnya? Zulfikar sama Zulaikha baik-baik aja kan?" Entah kenapa, pikiran aku langsung ke sana."Duh, mereka baik-baik aja Mba, bukan itu Retno telepon. Tapi, di luar gaduh banget, banyak orang tua santri yang tiba-tiba mau minta anaknya kembali. Kita masih tahan soalnya harus nunggu Rois Santri, Mba mending cepet pulang deh!" papar Retno yang membuat aku reflek memijat ujung kepalaku. Belum selesai masalah Aka
Sekembalinya aku ke pondok, memang benar seperti kata Retno tadi bahwasanya aku disuguhkan oleh pemandangan yang menakjubkan. Para orang tua itu memang lagi demo di depan rumah Akang dan meminta anaknya keluar dari pondok ini.Kabar itu cepat sekali tersebarnya, mana gak pakai filter lagi.Aku rasa, mereka dari orang tua santri yang baru mondok di sini, tahun ini. Karena kalau santri lama, mereka pasti tahu tabiat dari ustadz Husein, gak mungkin melakukan pelecehan seksual.Aku mengambil napas dalam-dalam sebelum keluar dari mobil untuk menghampiri mereka."Kamu pasti ya istri dari si ustadz mesum itu!" Apa katanya? Aku gak salah dengar? Kurang ajar banget dia mengganti titel orang soleh seperti Akang?"Jaga mulut anda ya Bu, suami saya bukan mesum! Dia amat menjaga pandangan matanya ke yang lain muhrim, gimana bisa anda menyebutnya mesum? Cepat tarik lagi kata-kata anda!" kataku sangat tegas ke mereka semua. Aku marah sekali, sampai suaraku gemetar."Ck! Aku gak bakal menarik ucapan
Kalau aku layani terus, bisa-bisa habis energi ini. Padahal, ada urusan yang harus aku selesaikan sekarang juga.Jadi, aku menyerah terhadap orang tua santri-santri itu, dan menyerahkannya ke Paman Muhlil.Aku saat ini lagi kepikiran tentang percakapan antara aku dan Pak Lutfi tadi, setelah dari ruang interogasi."Bu, CCTV yang memperlihatkan ustadz Husein itu benar-benar seperti nyata. Waktu pembunuhan sekitar pukul 23.15 malam waktu setempat, sedangkan pertama kali beliau terekam pada pukul 23.05. Lalu, kamera CCTV tidak merekam apa-apa lagi karena keadaan di sana tampak sepi. Sayangnya, pada pukul 23.40 ustadz Husein terlihat terekam dalam kamera CCTV lagi, lalu mereka menduga tersangka telah selesai dengan aksinya." "Terus, apa kata suami saya? Kenapa dia terakam dalam waktu yang cukup lama?""Beliau menyangkal dan berkata tidak diam di tempat itu dalam waktu yang lama."Kalau suamiku menyangkalnya, sudah pasti polisi meminta bukti untuk meyakinkan argumentasi itu."Jadi Bu, menu