"Nama panggilan lagi? Memangnya kamu mau dipanggil apa sama saya?""Apa aja deh, asalkan tidak kamu dan kamu gitu."Karena aku sudah memberikan hati aku sepenuhnya untuk Husein, maka aku mau satu tingkat lebih tinggi dari sekedar kamu. Aku merasa pengen memiliki nama panggilan yang lebih istimewa di mata dia, dan nama itu hanya khusus ditunjukkan untukku saja."Kalau Ayang, mau?""Boleh, tapi Mas cuma panggil Ayang ke aku ya, supaya orang-orang bilang Mas itu so sweet!" sahutku.Tapi Husein malah tertawa mendengar lelucon ku, padahal aslinya aku serius ini!"Kok malah ketawa, ya udah lah gak jadi!""Eh, jangan marah dong Ay, maaf, maaf. Saya cuma senang aja mendengar kamu manja sama saya," katanya mencoba menjelaskan maksud dari tertawanya tadi.Sedangkan aku udah gak menggubris hal itu, justru aku malah membuang muka ke arah jendela, dan ngedumel gak jelas di sana."Ay? Jangan marah, dosa loh membuang muka di hadapan suaminya. Sini lihat mana cantiknya?"Malah digombalin, kesemsem
"Ibu, apa kabarnya? Sehat?"Husein mendekat dan meraih tangan ibu, lalu menciumnya. Setelah itu mereka saling berpelukan dengan begitu erat dan penuh kerinduan. Tak lupa tangisan bombay juga mengiringi adegan itu.Aku juga sampai ikut terharu melihatnya. Soalnya aku sendiri gak bisa mengelak bahwa Husein adalah anak yang berbakti pada orang tuanya. Sekali pun ibunya kurang suka sama aku, tapi aku harus tahu diri bahwa keluarga mereka itu adalah keluarga cemara."Alhamdulillah, ibu bahagia melihat kalian kembali pulang dengan sehat, dan selamat. Jangan sampai kejadian ini terulang lagi ya Nak, pilih-pilih dalam berteman," ucap beliau ketika mendekat dan tak disangka memeluk tubuhku juga."Aamiin bu, aku dan Akang juga mau minta maaf karena sudah bikin bapak dan ibu khawatir.. maafkan kami ya," kataku penuh keharuan.Kapan lagi ye kan pelukan sama ibu mertua tercinta."Duh, ibu hanya berharap kalian baik-baik saja, pulang dengan selamat. Ketika melihat kalian di sini sekarang, ibu sudah
Husein menggiring aku dengan lembut sampai kami tiba di kamar.Rasanya lega, menghirup pewangi ruangan yang aku kenal semenjak dua bulan ini. Ada rasa kangen yang gak bisa diuraikan oleh kata-kata ketika menatap kamar ini. Rada gak nyangka aja, kita berdua bisa kembali dengan selamat dan berakhir di kamar ini lagi.Karena aku pikir, aku bakalan gak selamat setelah diculik dan disiksa oleh Reza.Beruntung Husein pintar dan memilih minta tolong Clara untuk meminta informasi di mana keberadaan aku, hahaha akhirnya nomor perempuan itu ada gunanya juga tersimpan di ponsel Husein.Tapi..Entah kenapa, kata-kata dari ibu masih saja terngiang di telinga aku. Kata-kata tentang rahim kering karena lama menunda kehamilan. Meskipun itu cuma mitos atau katanya orang doang, tapi kan namanya terdengar oleh pengantin baru, agak horor juga kan?Apalagi memang aku sengaja menunda kehamilan karena belum siap sama sekali menjadi seorang ibu.Baru saja aku menerima takdir sebagai seorang wanita yang sud
Di luar sana, banyak pasangan suami-istri yang bercerai hanya gara-gara keturunan. Seperti suaminya ingin segera memiliki anak, tapi sang istri gak kunjung hamil dan akhirnya memilih pergi untuk mencari wanita lain.Padahal, kemandulan itu tidak terjadi pada perempuan saja, seorang laki-laki pun bisa saja memiliki sel sperma yang tidak baik, hingga lemah untuk membuahi sel telur. Tapi kenapa, selalu saja wanita yang jadi patokan kenapa pasangan suami-istri itu belum juga diberi keturunan.Atau ada juga pasangan suami-istri yang santai dan menerima kapan saja Allah memberikan anak pada mereka, tetapi mertuanya selalu saja mendesak untuk segera diberikan cucu, hingga salah satunya ada yang menyerah dan tak tahan, akhirnya memilih berpisah.Bahkan ada juga pasangan yang sudah memiliki anak, namun jenis kelaminnya tak sesuai dengan keinginan keluarga besar, dan akhirnya dipaksa bercerai.Kejadian seperti itu sangat lazim terjadi hingga harus dibicarakan matang-matang oleh pasangan suami-i
Sehabis nge-drama bareng suami di kamar, aku pamit untuk pergi sebentar ke kobong nya Retno, buat ngasih hadiah baju yang udah kita persiapkan dari perjalanan tadi.Sebagai rasa ungkapan terima kasih dari aku karena Retno pernah menjadi teman baik yang menemani hari-hari aku ketika aku merasa gak betah ada di tempat ini. Sekaligus ngasih kabar bahwa aku dalam keadaan baik-baik aja."Assalamualaikum," ucapku sambil mengetuk pintu kamar santri milik mereka."Wassalamu'alaikum, masuk aja!""TARAAA!!! Surprise!" Aku mengangkat kantong belanjaan di depan mereka."Kak Reeeeyyyy!" Astaga, mereka yang lagi dalam keadaan suntuk itu, tiba-tiba langsung cerah dan satu persatu memeluk tubuhku."Kak Rey, apa kabarnya? Aku kangen!""Aku juga, kayanya Kak Reynata diculik orang ya?""Katanya Ustadz Husein juga masuk kantor polisi, terus gimana keadaannya sekarang?""Yang culik pasti si Mbak-mbak sinis itu kan, yang pernah dorong Asri sampai jatuh?"Mereka saling mengoceh mengutarakan isi hatinya ket
Setelah sholat isya dan semua kegiatan di ma'had selesai, aku dan Akang diajak untuk ikut makan malam bersama, di rumah ibu dan bapak. Kami belum sempat ketemu karena bapak mertuaku baru aja tiba dari kegiatan ceramahnya untuk menggantikan Akang Husein yang sementara cuti.Lantas, aku pun sedikit-sedikit membantu ibu menyiapkan semuanya sampai seluruh makanan tersaji cantik di atas meja makan.Lalu kami melangsungkan makan malam dengan hidmat."Alhamdulillahirobbilalamin, atas kuasa Allah kamu dan Rey bisa kembali pulang dengan selamat di pondok ini, Bapak turut bahagia. Pokoknya selama kalian tidak ada, pihak pondok selalu mengadakan istighosah bersama memanjat doa untuk keselamatan kalian. Alhamdulillah akhirnya doa itu berbuah manis," ungkap Bapak disela-sela makan malamnya."Terima kasih, Pak, Ibu, atas doa restu dan semangat dari kalian, akhirnya saya dan juga Rey bisa kembali ke sini dengan selamat, dan situ semua tak lain berkat doa dari kalian.""Bapak cuman bisa berdoa sama A
Awalnya dapat nasehat yang menenangkan, tapi akhirnya malah ditutup oleh ultimatum yang aneh dari ibu mertua.Untung saja aku sudah pernah berbicara ini sebelumnya sama Akang, jadi dia tidak perlu panjang lebar lagi mengingatkan aku untuk tidak usah mendengarkan apa yang diucapkan ibunya.karena sekali lagi, dia sudah tekankan bahwa memiliki anak itu terserah Allah saja, mau cepat atau lambat kami akan menerimanya dengan ikhlas."Duh cantiknya istriku, sini di samping saya." Aku tersenyum sambil merebahkan tubuhku ke dalam pelukannya. Menemani dia membaca kitab sebentar untuk bekal mengajarnya esok hari."Akang ganteng deh!""Uhm, makasih istriku!" Dia mencubit pipiku persis pasangan yang baru aja menikah. Gemes gimana gitu!Sekarang, aku juga bisa menikmati keindahan daru laki-laki ciptaan Tuhan dengan leluasa, karena melihat Husein hanya dengan kaos lengan pendek berwarna putih dan celana pendek yang saja sudah mampu membuat aku kesemsem sampai ulu hati. Sangat kontras dengan war
"Akang ih, nanti diliat orang!" Aku sangking kagetnya, secara spontan mendorong tubuhnya sedikit agar lebih menjauh."Kan sudah saya pastikan gak ada orang sayang! Sebentar, lipstik kamu berantakan tuh!" celoteh laki-laki berwajah tak berdosa itu. Spontan lah aku terbelalak, "hah?" Aku segera merapikan lipstik dari pantulan layar ponsel seperti apa kata Husein tadi."Sembarangan ih Akang, gak tau tempat!" Dia nyengir, setelah itu malah berjalan masuk lebih dulu ke dalam kelas.Sedangkan aku cuma bisa menggerutu di tempat semula sambil menetralkan kembali degup jantung."Bahaya dah dia!""Yang di luar segera masuk, pelajaran akan dimulai!" "Iya Ustadz!"Buru-buru aku juga masuk ke dalam kelasnya dia, dan duduk di bangku paling belakang sesuai pertama aku datang ke sini.Dia mulai menerangkan mata pelajaran yang dia baca tadi malam, bab perihal pembagian najis dalam islam."Ada tiga klasifikasi najis di dalam hukum fiqih islam, yakni 1. Mughalladhah (najis berat) : najis sentuhan d