Home / Rumah Tangga / Dinodai Adiknya, Dinikahi Kakaknya. / Bab 2. Jangan berpikir aku menyentuhmu.

Share

Bab 2. Jangan berpikir aku menyentuhmu.

Author: Tetesan air
last update Last Updated: 2023-09-25 23:26:49

Amira yang tak biasa meminum alkohol, lantas merasa kepalanya pusing. Dua gelas Wine sudah membuat kesadarannya hilang dan pandangannya buram.

"Om, aku ke kamar mandi dulu ya?" ucap Amira sambil memijat kening dengan jarinya.

Amira baru saja bangkit dari tempatnya, tiba-tiba tubuhnya terperosok hingga terjatuh di atas pangkuan pria itu.

"Ma...ma...maaf Om," ucap Amira dengan nada khas mabuk.

Ia berusaha bangkit, tetapi tenaganya tidak cukup untuk berdiri sendiri. Akhirnya pria itu membantunya bangkit lalu menuntunnya untuk duduk, seketika itu juga Amira tertidur pulas. Saat terbangun, ia sudah berada di tempat yang berbeda.

"Aw...." rintih Amira saat bangkit dari tidurnya sambil memijit keningnya yang masih terasa pusing.

"Kamu sudah bangun?"

Amira refleks memutar kepala, seorang pria duduk di sofa yang terletak di samping tempat tidur. Pria itu terlihat sedang memainkan ponsel dengan berpakaian rapi.

"Om, Om...."

"Jangan berpikir aku menyentuhmu," sela pria itu yang membuat Amira tidak melanjutkan kata-katanya.

"Jadi?" tanya Amira.

Pria itu bangkit dari sofa, melangkah menghampiri Amira yang duduk di atas tempat tidur. Ia meraih selembar kertas dari dalam dompet lalu menyodorkannya kepada Amira.

"Marc Alfaro Louis," ucap dalam hati Amira sambil membaca huruf yang tertulis di kertas.

Iya, pria itu bernama Marc Alfaro Louis, putra sulung dari keluarga Louis. Pemilik perusahaan terbesar di ibu kota, sahamnya ada di mana-mana bahkan sampai ke manca negara.

"Ini untuk apa Om?" tanya Amira dengan wajah bingung.

"Hubungi aku jika kamu membutuhkan ayah untuk anakmu," ucap pria itu yang langsung bangkit dari sisi ranjang.

Seketika mata Amira membulat, jantungnya berdegup kencang. Ia bingung kenapa pria itu mengetahui tentang kandungannya.

Setelah 10 menit terdiam Amira akhirnya tersadar, ia membuka selimut dari tubuhnya lalu beranjak dari tempat tidur bergegas mengejar Marc.

Namun sayang, pria yang bernama Marc itu sudah tidak terlihat lagi. Amira pun kembali ke kamar, ia menjatuhkan bokongnya di sisi ranjang sambil menatap fokus kartu nama yang ada di tangannya.

"Dari mana prai itu tahu tentang kehamilanku?" tanya Amira kepada dirinya sendiri.

"Mungkin kah aku yang mengatakannya sendiri?" lanjutnya.

"Ah...tidak mungkin, lupakan saja." Amira bergegas menuju kamar mandi.

Ia membersihkan tubuhnya lalu bergegas meninggalkan hotel. Sepanjang perjalanan menuju kost, Amira tidak berhenti menatap kartun nama Marc.

Akhirnya Amira meraih ponsel dari dalam tas, lalu menghubungi nomor yang tertulis di kartu nama.

"Om, ini aku A...."

"Jika kamu membutuhkan ayah untuk anakmu, kembali lah ke hotel," sahut dari seberang sana yang membuat Amira terdiam.

"Tapi Om..." Amira lagi-lagi terdiam karena Marc memutuskan sambungan teleponnya.

Rasa penasaran membuat Amira meminta sopir taksi mengantarnya kembali ke hotel. Setibanya di sana ia melihat Marc berdiri di depan kaca jendela, dengan  posisi kedua tangan di masukkan ke dalam saku celana, menghadap keramaian kota.

"Aku tahu kamu pasti datang," ucap Marc, masih dengan posisi menghadap ke luar.

"Om tahu dari mana tentang kandunganku?" tanya Amira tanpa basa-basi.

"Itu tidak penting, sekarang yang penting adalah! Ayah untuk anak yang ada dalam kandunganmu saat ini." Marc bicara sambil memutar tubuh kekarnya menghadap Amira yang berdiri jarak 4 meter darinya.

"Anak ini memiliki ayah," dalih Amira menutupi kemaluannya.

Marc tersenyum seribu arti, "Jika dia memiliki ayah! Untuk apa kamu kembali ke sini?"

Wajah Amira seketika berubah menjadi tegang, ia pun bingung untuk menjawab pertanyaan Marc.

"Kamu tidak perlu berbohong, aku sudah tahu semua tentang dirimu," lanjut Marc.

"Om tahu dari mana?" Amira lagi-lagi bertanya.

Marc melangkah menghampiri Amira, ia berdiri tepat di hadapan wanita cantik itu. Tubuh kekarnya sedikit menunduk untuk mendekatkan wajahnya ke wajah Amira.

"Jadilah istriku sampai anakmu lahir, setelah itu kamu bisa pergi dariku dengan membawa anakmu," ucapnya.

Kening Amira mengerut, ia benar-benar bingung dengan ucapan Marc. Untuk apa pria setampan dan sekaya Marc menjadikannya istri? Padahal  saat ini ia sedang mengandung anak dari pria lain. Bukankah di luaran sana banyak wanita dari  golongan atas hingga artis yang berlomba-lomba mendekati Marc dan berusaha untuk menjadi istrinya? Pertanyaan itulah yang seketika berputar-putar di kepala Amira.

"Bagiamana Amira?" tanya Marc karena tak ada jawaban.

Seketika Amira tersadar dari pikirannya, "Ha, i...i...iya Om?" ucapnya terbata-bata.

"Kalau begitu ikutlah denganku." Marc meraih tangan Amira, membawanya ke luar dari kamar melangkah menuju lift.

"Om, kita mau ke mana?" tanya Amira, ia berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Marc.

"Kembali ke rumah, bukankah kamu sudah setuju menjadi istriku?" jawan Marc sembari balik bertanya.

"Bu...bu...bukan begitu Om," bantah Amira.

Tentu Amira membantah! Ia mengatakan iya bukan untuk menyetujui permintaan Marc, tetapi hanya untuk merespon ucapan Marc.

"Tak usah jual mahal, kesempatan hanya datang satu kali," ucap Marc dengan wajah dingin.

Amira pun mulai berpikir, ia menutup mulut rapat-rapat dan mengikuti Marc hingga ke parkiran dan masuk ke dalam mobil.

"Apa kamu sudah tahu apa yang harus kamu lakukan?" tanya Marc setelah duduk di dalam mobil.

"Tidak Om," jawab Amira dengan polosnya.

"Yang pertama, jangan memanggilku Om. Yang kedua, jangan gugup saat ada yang bertanya tentang hubungan kita. Yang ketiga, katakan kalau kita sudah menikah 1 bulan yang lalu dan saat ini kamu sedang mengandung anakku," perintah Marc.

"Tapi Om, kita kan belum menikah." Amira dengan polosnya.

Marc memutar kepala, ditatapnya Amira dengan tatapan dingin, "Aku tidak mungkin menikah denganmu, tapi tenang saja! Aku akan memperlakukanmu layaknya seorang istri."

"Memperlakukan layaknya seorang istri?" tanya Amira untuk memperjelas.

Marc yang bisa membaca pikiran Amira, segera membuka mulut, "Aku tidak akan menyentuhmu walupun kita tidur di kamar yang sama. Tapi satu yang harus kamu ingat, kamu harus pergi setelah anak itu lahir dan membawanya sejauh mungkin dari kota ini." 

"Oh, kita hanya pura-pura suami istri, begitu Om?" tanya Amira sambil tersenyum paksa.

"Iya," jawab singkat Marc.

Mobil itupun seketika hening, namun sebelum tiba di kediaman Louis, Marc terlebih dahulu membawa Amira ke sebuah butik. Meminta wanita cantik itu untuk mengganti pakaiannya.

==============

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dinodai Adiknya, Dinikahi Kakaknya.   Bab 63. Tidak semudah itu Amira.

    Tepat pukul 7 malam, Marc dan Amira sudah meninggalkan kediaman Louis. Sepasang suami istri itu menuju sebuah gedung hotel bintang lima. Di mana malam ini resepsi pernikahan klien Marc, kebersamaannya satu hari ini dengan Amira membuat Marc lupa untuk menghadiri acara pernikahan kliennya itu."Mas, aku malu," ucap Amira setelah Marc menghentikan mobilnya diparkiran."Kenapa malu?" Tentu Marc bertanya demikian!"Aku belum pernah ke acara pernikahan sebesar ini, jadi aku merasa canggung Mas," jawab jujur Amira."Gak usah canggung, kan ada aku." Marc membuka pintu mobilnya, ia berjalan menuju pintu mobil Amira."Ayo," ajak Marc sambil menyodorkan tangannya.Amira tersenyum gugup, ia ragu untuk menyambut tangan Marc walupun status mereka suami istri."Ayo," desaknya yang langsung dituruti Amira.Keduanya berjalan menuju pintu utama gedung, dengan posisi bergandengan tangan. Jujur saja jantung Amira berdegup kencang, apalagi saat semua mata tertuju ke arah mereka."Selama datang Tuan Marc.

  • Dinodai Adiknya, Dinikahi Kakaknya.   Bab 62. Aku tidak peduli dengan masa lalumu.

    Tanpa terasa waktu berlalu begitu cepat, hari yang ditunggu kini telah tiba. Saat ini Amira sedang bersiap-siap untuk berangkat ke kantor pengadilan agama.Rencana perceraian itupun sudah diketahui seluruh penghuni kediaman Louis, tentu Caterina sangat bahagia. Bahkan ia sudah tidak sabar lagi agar segera ketuk palu.Amira meraih ponsel dari atas meja rias lalu menghubungi Marc. karena akhir-akhir ini Marc jarang kembali ke kediaman Louis, ia datang saat ada perlunya saja. Bisa dikatakan Marc dan Amira tidak pernah lagi satu kamar atau tidur bersama, hal itu karena permintaan Amira.Wanita cantik itu sengaja membuat jarak diantara mereka, itu semua ia lakukan agar cintanya kepada Marc tidak semakin mekar, yang akan mempersulitnya untuk berpisah dengan pria tampan itu."Mas di mana? Aku udah siap," ucap Amira setelah sambungan teleponnya terhubung."Aku masih di hotel, tapi aku sudah meminta pak Bagus untuk menjemputmu," sahut dari seberang sana."Baiklah." Amira memutuskan sambungan t

  • Dinodai Adiknya, Dinikahi Kakaknya.   Bab 61. Karena aku mencintaimu.

    Setibanya di hotel, Bagus membuka pintu tanpa mengetuknya terlebih dahulu. Sebab Marc sudah memberinya satu kunci."Silahkan masuk Nyonya," ucap Bagus dengan lembut dan sopan.Sementara di dalam ruangan tidak ada orang, namun dari arah kamar mandi terdengar suara air. Sudah bisa dipastikan jika Marc sedang membersihkan tubuhnya di dalam sana.Sambil menunggu Marc ke luar dari kamar mandi, Amira merapikan tempat tidur Marc yang sedikit berantakan, sedangkan Bagus sudah pergi dan menunggu di parkiran.Setelah 27 menit berlalu, akhirnya pintu kamar mandi terbuka. Amira refleks berteriak melihat Marc ke luar tanpa mengenakan handuk, pria tampan itu polos tanpa sehelai benang."Aoow...."Mendengar teriakan Amira, Marc pun ikut berteriak karena terkejut. Ia kembali ke kamar mandi untuk meraih handuk, lalu melilitkannya di pinggang untuk menutupi area kejantanannya."Kamu kenapa ada di sini?" tanya Marc setelah ke luar dari kamar mandi."Kita harus bicara Mas," jawab Amira."Kita bisa bicara

  • Dinodai Adiknya, Dinikahi Kakaknya.   Bab 60. Yang penting itu kamu Mas.

    "Aku dan Amira sudah saling mengenal, tapi kami tidak memiliki hubungan apapun. Hanya saja...." Marcell terdiam, ia tidak melanjutkan kata-katanya.Marc menyipitkan mata, "Hanya saja, apa?" desaknya."Hanya saja Amira langsung mengandung," jawab Marcell dengan nada bergetar.Marc refleks mengepalkan kelima jari tangannya, melayangkan satu pukulan di wajah tampan Marcell."Amira jelas-jelas hamil, tapi kamu masih mengatakan tidak ada hubungan diantara kalian," sentak Marc, bahkan seluruh tubuhnya gemetar karena emosi."Kakak harus dengar penjelasanku dulu," ucap Marcell dengan lembut.Walaupun sudut bibirnya sudah mengeluarkan cairan merah! Tapi Marcell tidak sedikitpun marah atau kesal kepada Marc."Semuanya sudah cukup jelas Marcell, tidak ada lagi yang perlu kamu jelaskan. Kamu laki-laki yang tidak bertanggungjawab, kamu seperti orang asing, jauh berbeda denganku dan almarhum papah." Marc benar-benar marah.Ia tak menyangka, pria bajingan yang sudah menghamili Amira adalah adiknya s

  • Dinodai Adiknya, Dinikahi Kakaknya.   Bab 59. Percayalah, sekali ini saja.

    Satu Minggu telah berlalu, kondisi Amira sudah semakin membaik hanya saja ia belum bisa banyak bergerak dan melakukan aktivitas. Semenjak kembali ke kediaman Louis, Amira tidak banyak bicara, sifatnya berubah 50 persen. Suara ketukan pintu menyadarkan wanita cantik itu dari khayalan, "Masuk.""Permisi Nyonya." Hanum menjulurkan kepala dari balik pintu, sambil membawa sebuah nampan di tangannya.Wanita paruh baya itu melangkah menghampiri Amira yang duduk di atas tempat tidur, ia menaruh nampan di atas meja kecil yang terletak di samping ranjang, lalu mendaratkan bokongnya di sisi tempat tidur."Nyonya makan dulu ya?" ucap Hanum dengan lembut, seraya membujuk."Aku belum lapar Bi," tolak Amira dengan ekspresi datar.Tentu dia tidak lapar, pikirannya sampai saat ini masih kacau balau. Apa yang ia perjuangkan satu persatu pergi meninggalkannya, ia rela menjual kehormatannya demi mendapatkan uang untuk biaya pengobatan Jordan, tapi Jordan justru meninggalkannya. Ia juga rela menikah diat

  • Dinodai Adiknya, Dinikahi Kakaknya.   Bab 58. Aku mencintainya

    "Bagaimana keadaan istriku Dok?" tanya Marc dengan nada khawatir.Sebelum membuka mulut, Dokter terlebih dahulu menghela napas. Bagaimana tidak? Bayi dalam kandungan Amira tidak bisa diselamatkan, wanita cantik itu harus segera dioperasi walaupun keadaannya saat ini belum sadarkan diri.Kepala Marc refleks tertunduk setelah mendengar ucapan dokter, ia mengeratkan gigi dan mengepalkan kelima jari panjangnya. Walupun bayi dalam kandungan Amira bukanlah anaknya! Tapi Marc merasa sedih dan kecewa.Begitu juga dengan Marcell, pria tampan itu mendaratkan bokongnya di atas kursi dengan kasar. Kesempatannya untuk memiliki keturunan kini musnah, Marcell benar-benar menyesal atas tindakannya. Jika dia tidak menarik tangan Amira, semua ini tidak akan terjadi.Berbeda dengan Karra dan Caterina, keduanya bersorak ria di dalam hati masing-masing. Sebelum mereka bertindak bayi malang itu sudah tiada, kini hanya menunggu giliran ibunya yaitu Amira."Ya sabar ya Marc." Karra mengelus lengan Marc, ia s

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status