Share

Bab 0005

Sena masih menggeram begitu kesal dan frustasi setelah menutup telepon dari Xander. Sena ingin berteriak, mengumpat, dan menangis lagi, tapi mendadak ia teringat kalau Hansel akan menjemputnya dan ia harus terlihat bahagia.

Cukup lama Sena menenangkan dirinya sebelum akhirnya ia memutuskan ke toilet untuk merapikan penampilannya agar lebih segar.

Sena yang sudah mengganti seragam pramuniaganya dengan baju santai itu pun melepas gelungan rambutnya dan rambutnya langsung tergerai bergelombang dengan indah.

Tidak lupa Sena juga memoles lagi make up tipisnya agar wajahnya tidak terlihat sembab. Dan setelah puas dengan penampilannya, Sena pun pergi ke sebuah toko kue di dalam mall untuk membeli kue tart.

"Ini kuenya, Nona."

"Terima kasih."

Sena tersenyum menatap kue tart kecil yang baru saja ia beli untuk Hansel.

Sena pun membawa kue itu dan melangkah keluar dari toko, tapi ia nampak berhenti di sebuah kaca yang terletak di perbatasan antara toko itu dengan toko lain untuk merapikan penampilannya sekali lagi dan Sena pun tersenyum puas.

Seberapa buruk pun harinya, ia tidak mau mengacaukan perayaan ulang tahun malam ini. Sena ingin memberikan kuenya dan mengajak Hansel makan malam bersama lalu berkencan seperti biasanya.

Sena pun begitu antusias menunggu Hansel di depan mall. Bukan tepat di depan mall, tapi Sena harus melangkah keluar sampai ke trotoar agar Hansel bisa langsung melihatnya nanti.

Tidak lama kemudian, Hansel pun datang dengan sepeda motornya dan Sena pun memberikan senyum hangatnya untuk sang kekasih.

"Sena!" Hansel langsung membuka helm teropongnya dan tersenyum sambil mengarahkan sepeda motornya dan menghentikannya di depan Sena.

Sena sendiri langsung mengulum senyumnya begitu melihat kekasihnya itu.

"Apa kau sudah lama menunggu, Sena?"

"Tidak, aku baru saja keluar."

"Ah, baiklah, maaf aku terlambat ya, tapi mengapa wajahmu sedikit sembab?"

Hansel mengulurkan tangannya menangkup sebelah pipi Sena dan membelainya. Sena pun sempat memejamkan mata sekilas merasakan hangatnya tangan Hansel di wajahnya.

"Aku tidak apa. Mungkin karena kemarin aku sakit jadi wajahku tidak segar," jawab Sena lembut.

"Tapi sekarang kau sudah sembuh kan, Sena? Maaf kemarin aku tidak bisa ke rumahmu karena aku masih bersama teman-temanku."

"Hmm, aku sudah sembuh, Hansel. Dan santai saja. Aku yang tidak bisa datang, tapi jangan sampai acaramu dengan teman-temanmu ikut berantakan. Sudahlah, ayo kita pergi!" ajak Sena.

"Hmm, ayo, ini helm untukmu!"

Hansel mengangguk lalu memberikan helm untuk Sena dan Sena pun segera memakainya.

Namun, Sena sedikit kesulitan saat ia akan naik ke sepeda motor karena masih ada rasa perih yang ia rasakan di bagian bawah tubuhnya dan rasa itu sangat tidak nyaman.

"Eh, ada apa, Sena? Apa sandaran kakinya belum terbuka? Ini sudah. Naiklah!"

"Ah, iya, aku akan naik."

Sena pun berpegangan pada bahu Hansel dan ia naik ke atas motor sambil meringis. Ia pun sempat menyamankan posisi duduknya sebelum ia meminta Hansel untuk jalan saja.

"Baiklah, aku jalan sekarang ya."

"Hmm." Sena mengangguk dan langsung memeluk kekasihnya dari belakang sambil menyandarkan pipinya ke punggung pria itu.

Sena pun merasakan betapa nyaman punggung kekasihnya yang entah sampai kapan bisa ia rasakan.

Apa nanti Hansel masih bisa menerimanya kalau tahu ia sudah tidak suci lagi? Padahal ia tidak pernah mau kalau Hansel menciumnya di bibir dan selama berpacaran, Hansel hanya pernah menciumnya di tangan dan pipinya.

Mendadak Sena melow sampai ia memeluk Hansel makin kencang saat motor mereka melaju kencang.

Tanpa Sena sadari, sebuah mobil masih mengikutinya sejak tadi. Henry dan Xander ada di dalam mobil itu dan Xander pun terus memicingkan matanya menatap kemesraan Sena dengan kekasihnya itu.

"Jadi pria itu yang bernama Hansel?"

"Benar. Namanya Hansel Prawira dan dia bekerja sebagai karyawan biasa di sebuah perusahaan manufaktur. Dia sudah menjalin hubungan dengan Sena selama dua tahun terakhir ini."

Xander tersenyum sinis mendengarnya. "Huh, jadi pria itu selalu membawa Sena ke mana pun dengan sepeda motornya itu?"

"Ck, dia benar-benar berbeda dengan kakaknya. Apa dia tidak bisa sedikit menggunakan otaknya? Untuk apa wajah cantik dan tubuh yang indah kalau tidak dimanfaatkan? Cukup sedikit bersolek saja, dia pasti bisa mendapatkan pria yang lebih baik daripada kekasihnya itu," imbuh Xander sambil mengembuskan napas panjangnya.

"Tapi baiklah! Daripada dia menjadi brengsek seperti kakaknya, lebih baik dia menjadi bodoh seperti sekarang," seru Xander lagi.

Xander pun terdiam sejenak dan terus menatap bagaimana Sena memeluk kekasihnya itu dengan begitu hangat, benar-benar sikap yang berbeda dengan sikap yang ditunjukkan oleh wanita itu pada Xander kemarin dan hari ini. Dan tanpa sadar, Xander pun mendengus kesal.

Hansel dan Sena sendiri akhirnya tiba di sebuah depot langganan mereka, depot yang menjual bubur dan mie rebus.Depot ini menjadi tempat makan wajib bagi mereka kalau ada salah satu dari mereka yang berulang tahun.

"Aku rindu sekali mie rebus di sini. Ayo kita pesan!" seru Hansel antusias.

"Jangan lupa pesan yang pakai telur. Kau harus makan telur karena kau sedang berulang tahun," sahut Sena sama antusiasnya.

"Haha, tapi kemarin aku sudah makan telur, Sena."

"Tidak apa, makan telur lagi sangat sehat untukmu. Ayo pesan lagi!"

"Baiklah!" Hansel pun mengangguk dan langsung memesan beberapa menu murah meriah di depot itu, sedangkan Sena langsung saja membuka kue tartnya.

"Ta-raaa, aku membelikan kue tart untukmu!"

"Astaga, Sena! Kukira apa yang kau bawa sejak tadi. Mengapa kau begitu repot, Sayang?"

"Aku sama sekali tidak repot, ayo kita pinjam korek dulu dan menyalakan lilinnya!"

Dengan cepat mereka pun menyalakan lilinnya dan berdoa bersama sebelum akhirnya Hansel meniup lilinnya.

"Selamat ulang tahun, Hansel! Maaf, perayaannya terlambat satu hari."

Sena pun berdiri dari kursinya lalu menghampiri Hansel yang sedang duduk di hadapannya dan mendaratkan bibirnya ke pipi Hansel. Cup!

"Terima kasih, Sena!" Mereka pun berpelukan sejenak sambil memejamkan mata sebelum tiba-tiba suara derap langkah sepatu terdengar mendekati mereka.

Sontak mereka sama-sama membuka matanya dan sontak menoleh. Sena pun langsung membelalak menatap siapa yang sedang berdiri di sana.

"Rupanya sedang ada pesta di sini? Mengapa kau tidak mengundangku, Sena Sayang?" sapa Xander provokatif.

Sebenarnya bukan niat Xander mengganggu dua orang yang sedang bermesraan, tapi ia tidak tahan lagi duduk di mobil dan hanya menjadi penonton, karena itu, ia pun akhirnya keluar untuk membuat kejutan lagi untuk Sena.

Sena sendiri yang menatap Xander sudah diam seribu bahasa, sedangkan Hansel yang belum tahu apa-apa malah masih mengernyit.

"Eh, kau siapa? Apa kau mengenal kami? Kau tadi memanggil Sena apa? Apa kau mengenalnya, Sena?" tanya Hansel dengan polosnya sambil mendongak menatap Sena yang masih berdiri di sampingnya.

Xander yang mendengar pertanyaan itu hanya tersenyum sinis sambil memasukkan kedua tangan ke kantong celananya dan menatap Sena, menunggu wanita itu menjawabnya.

Namun alih-alih menjawab, Sena malah tetap diam dan menatap Xander dengan tidak percaya. Apa pria itu hantu? Atau apa pun itu, mengapa pria itu ada di mana-mana?

Seketika Sena kembali sesak napas, tapi ia sama sekali tidak menjawab apa pun. Sampai akhirnya Xander pun menyeringai dan mengalihkan tatapannya ke arah Hansel.

"Karena Sena diam saja, maka biarkan aku yang memperkenalkan diriku. Namaku adalah Alexander Sagala. Dan aku adalah selingkuhan dari Sena kekasihmu itu!"

**

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status