Share

Bab 0006

Suara lantang Xander membuat Sena dan Hansel seketika membelalak bersamaan.

"Apa? Siapa yang kau maksud?" tanya Hansel terbata. Hansel yang masih duduk di kursinya pun mendongak menatap Sena. "Sebenarnya ada apa ini, Sena?"

Namun, Sena hanya menggeleng. "Jangan dengarkan dia, Hansel! Dia pria gila. Aku juga tidak mengenalnya. Ayo lebih baik kita pergi saja dari sini!"

"Eh, tapi mienya ...."

"Tunggu dulu!" Sena pun langsung mengeluarkan uang dari dompetnya yang ia tahu pasti lebih untuk membayar pesanan mienya. "Aku mau membayar, Bu! Akan kuletakkan di sini saja uangnya! Terima kasih!" teriak Sena.

"Ayo Hansel, kita pergi saja!" ajak Sena lagi sambil menggandeng tangan Hansel.

"Eh, tapi Sena ... sebenarnya ada apa ini?" tanya Hansel lagi sambil tetap mengikuti Sena.

Mereka pun melewati Xander begitu saja dan Xander hanya menyeringai sebelum ia pun mengekor di belakang Sena.

Hansel dan Sena pun akhirnya keluar dari depot dan Sena mengajak Hansel untuk pulang saja, tapi Hansel malah melepaskan gandengan tangan Sena.

"Tunggu, Sena!"

"Tunggu apa lagi, Hansel? Ayo kita pulang saja!"

"Tidak! Aku harus tahu apa maunya pria tadi," seru Hansel yang kukuh ingin kembali ke dalam depot, namun Xander yang dicari olehnya mendadak sudah keluar dan berdiri di hadapan Hansel sekarang.

"Kau mencariku, Hansel?" tanya Xander dengan santai.

Hansel pun mengembuskan napas kesalnya menatap Xander. Tentu saja kalau dilihat secara fisik, Hansel tidak ada apa-apanya.

Pria yang berdiri di hadapannya ini sangat tampan dan gagah, bahkan jas yang dipakainya menunjukkan betapa hebat pria itu. Sedangkan Hansel hanya memakai kemeja biasa yang sama sekali tidak sebanding, tapi tetap saja Hansel harus mempertahankan kekasihnya.

"Hansel, sudah, kita pulang saja!" Sena masih berusaha memeluk dan menarik lengan Hansel, namun Hansel menepisnya sambil tetap menatap Xander.

"Ya, aku mencarimu! Siapa kau dan apa yang kau mau? Mengapa kau mengaku-ngaku sebagai selingkuhan Sena?" tantang Hansel tiba-tiba.

Xander pun memicingkan mata menatap Hansel yang ternyata cukup punya keberanian juga menantangnya seperti ini.

"Aku mengaku-ngaku? Aku ini memang selingkuhannya Sena. Kalau kau tidak percaya, tanyakan saja pada Sena sendiri."

"Tidak! Itu tidak benar! Aku tidak pernah selingkuh," sembur Sena begitu saja begitu mendengar ucapan Xander. "Dan kau pergilah dari hadapanku, Pria Gila!" Sena menunjuk ke arah Xander dengan penuh emosi.

Hansel sendiri yang mendengarnya pun memutuskan untuk percaya pada Sena. "Kau dengar kan? Sena bilang dia tidak pernah selingkuh dan aku percaya padanya. Sena tidak mungkin selingkuh dariku. Kami sudah bersama selama dua tahun dan dia tidak mungkin mengkhianatiku," tegas Hansel dengan gagah berani.

Namun, ekspresi wajah Xander nampak biasa saja, malahan ia menatap Sena sedikit lebih lama sebelum ia kembali menyeringai.

"Kau begitu percaya ya pada Sena?" tanya Xander lagi dengan tatapan bengisnya.

Jantung Sena pun mulai berdebar kencang saat ini. Jangan sampai pria itu mengatakan apa pun pada Hansel. Sena tidak akan sudi kalau pria itu sampai membongkar semuanya.

Dengan liar, Sena pun akhirnya menghambur ke arah Xander dan mendorongnya keras-keras sampai Xander yang tidak siap pun sedikit terhuyung. Sungguh, ini mengejutkan sekali saat Sena berani menyerangnya seperti ini.

"Apa yang kau lakukan, Sena?" bentak Xander yang begitu terkejut.

"Pergi kau dari sini! Aku tidak mengenalmu dan aku juga tidak punya hubungan apa pun denganmu, jadi jangan mengusik hubunganku dengan Hansel!" balas Sena sambil menatap Xander dengan kobaran api di matanya.

Xander kembali terkejut. Tentu saja ia sangat terkejut karena belum pernah ada yang berani melawannya seperti ini. Tapi Xander bukan orang yang bisa dilawan karena sekali orang itu melawan, maka Xander tidak akan memberinya ampun.

Xander pun tertawa kesal dan malah melirik Hansel. "Kau lihat sendiri kan, Hansel? Betapa Sena takut kebohongannya terbongkar?"

"Sekarang apa yang kau katakan lagi, Brengsek?" pekik Sena lagi sambil melotot marah.

Namun, Xander mengabaikan Sena dan melanjutkan ucapannya. "Sena takut kau mengetahui kalau aku adalah selingkuhannya, bahkan kami juga sudah tidur bersama dan aku merasa buruk untukmu, Hansel, karena aku sudah mengambil keperawanan kekasihmu," seloroh Xander dengan entengnya.

Seketika Sena langsung menahan napas mendengarnya, tubuhnya gemetar dan merinding sekaligus dan ia pun tidak tahu lagi apa yang harus ia katakan. Sedangkan Hansel sendiri langsung mematung mendengarnya.

Untuk sesaat, Hansel hanya tetap mematung sebelum ia mendapatkan kesadarannya kembali dan ia pun menoleh menatap Sena.

"Apa? Kau tidur dengannya, Sena? Dan apa? Dia mengambil keperawanan apa? Kau ... apa itu benar, Sena?"

Sena sudah menggeleng dengan air mata yang sudah berucucuran. "Jangan dengarkan dia, Hansel! Jangan dengarkan dia!" lirih Sena.

Hansel yang masih syok pun terlihat makin syok melihat ekspresi Sena.

"Mengapa? Mengapa kau menangis, Sena? Kalau itu tidak benar, bukankah seharusnya kau tinggal membantahnya saja? Tapi mengapa kau malah menangis dan tidak membantahnya, Sena? Mengapa?"

Sena hanya terus menggeleng. "Kumohon percayalah padaku, Hansel! Ini tidak seperti yang kau pikir."

Sena berusaha mendekati Hansel dan menyentuh lengannya, namun Hansel mengangkat kedua tangannya menghindari Sena.

"Jangan, Sena! Jangan!" Hansel pun perlahan melangkah mundur. "Aku ... aku tidak tahu harus bersikap seperti apa sekarang, tapi ... biarkan aku sendiri dulu," seru Hansel yang perlahan mundur menjauhi Sena.

"Hansel ... tidak, Hansel!" seru Sena yang terus melangkah mendekat.

"Tidak! Kau ... kau bisa pulang sendiri kan, Sena? Aku ... aku tidak akan mengantarmu."

"Hansel, jangan tinggalkan aku! Aku mau ikut denganmu, Hansel!" Sena masih mengikuti Hansel sampai ke sepeda motornya, namun Hansel tidak mau Sena ikut dengannya.

"Biarkan aku pulang sendiri, Sena! Biarkan aku pulang sendiri dan terima kasih atas hadiah ulang tahunnya," seru Hansel dengan sakit hati yang terlihat jelas sebelum ia langsung melajukan motornya pergi meninggalkan Sena.

Dan Sena pun hanya bisa berteriak lirih dengan air mata yang kembali bercucuran. "Hansel, jangan tinggalkan aku, Hansel!"

Xander pun lagi-lagi menyeringai puas melihat betapa frustasinya ekspresi Sena saat ini.

"Jadi dia mendapatkan hadiah yang sangat pahit di hari ulang tahunnya ya? Kasihan sekali!" seru Xander tanpa perasaan.

Sena yang mendengar suara itu pun langsung menoleh dan menatap Xander dengan tajam. Sena pun kembali menyerang Xander dan mendorongnya keras sampai Xander kembali terkejut.

"Sial, apa yang kau lakukan?" pekik Xander tidak terima.

"Puas kau, Pria Brengsek, hah? Puas kau? Dasar brengsek! Dasar tidak punya hati!"

Mendadak Sena terus memukuli dada dan bahu Xander, apa pun yang bisa Sena raih akan ia pukuli dan Xander pun akhirnya murka.

Dengan cepat, Xander menangkap kedua tangan Sena dan menggenggamnya sekaligus sambil menatap wanita itu lekat-lekat.

"Jangan kelewatan, Sena!" geram Xander dengan nada yang mengintimidasi.

"Memangnya kenapa kalau aku kelewatan, hah? Apa lagi yang mau kau lakukan padaku? Kau sudah mengambil semua yang aku punya, kehormatanku, pekerjaanku, kekasihku, lalu apa? Sekalian saja kau membunuhku agar aku tidak perlu merasakan kehilangan lagi! Dasar pria brengsek!" teriak Sena begitu kesal.

"Mengapa kau berpikir aku mau membunuhmu, Sena? Aku tidak mau kau mati karena kau harus membawa kakakmu dulu kepadaku."

"Aku sudah bilang aku tidak tahu di mana dia berada! Kalau kau saja bisa terus menemukan aku dan melakukan semua ini padaku, mengapa kau tidak menyuruh anak buahmu mencarinya sampai ke ujung dunia, hah? Mengapa kau harus mengganggu hidupku? Aku sungguh tidak ada hubungannya dengan Giana!"

Xander terdiam sejenak dan terlihat berpikir keras sebelum ia menjawabnya.

"Benar juga, aku bisa meminta anak buahku mencarinya ke ujung dunia, Sena. Tapi setelah kupikirkan lagi, kalau aku bisa mendapatkan keduanya, mengapa aku harus memilih salah satunya, hah? Salahkan saja takdir yang membuatmu menjadi adiknya Giana!"

**
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Iis Biis
sampe nangis bacanya, kasihan sekali Sena
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status