Share

Dinodai Sebelum Malam Pertama
Dinodai Sebelum Malam Pertama
Author: Piemar

1. Melarikan diri

Author: Piemar
last update Last Updated: 2022-12-18 21:29:18

Bugh!

Seorang gadis dalam balutan khimar hitam terjatuh, sehingga menyebabkan bunyi debam sesaat setelah salah satu kakinya tergelincir di area paving block yang bolong.

"Arrgh...."

Dia meringis kesakitan sebab merasakan jika area pergelangan kakinya seperti terkilir. Dia berusaha tetap bangkit dan mengabaikan rasa sakit tersebut.

Sesekali, Mariyam Nuha menoleh ke belakang memastikan tiga lelaki yang mengejarnya itu sudah tak terlihat batang hidungnya. Nuha kini hanya mampu melihat matahari yang bergantung rendah di balik pagar semak-semak berwarna kuning. Tak peduli malam sudah mengambil alih senja, gadis itu terus saja berlari seperti orang tidak waras. Dia berlari begitu cepat, hingga beberapa kali menabrak apa saja yang dilewatinya.

Mendadak tubuhnya mengeras seperti beton, sama sekali tak merasa sakit. Yang terpenting, dirinya bisa melarikan diri dari tempat itu dan menyelamatkan diri.

Dengan cekatan, Nuha kembali mengangkat gamis berwarna hitam miliknya tinggi-tinggi. Nafasnya sampai tersengal-sengal kala menerobos beberapa lelaki yang berusaha mencegatnya untuk yang kedua kalinya. Hanya saja ... Nuha merasa pengejar kali ini berbeda. Tidak seperti tiga teman kampusnya, pengejarnya kini berpakaian serba hitam.

Mereka bahkan terang-terangan merentangkan dua tangan mereka untuk menyergap Nuha dalam sekali tangkap.

'Sialan, berani main keroyokan,' maki Nuha dalam hati.

“Mau ke mana kau, wahai, gadis alim?” ucap salah satu lelaki berambut sedikit ikal.

“Kau tak akan bisa melarikan diri lagi. Ayolah! Menyerahlah!” seru lelaki berambut lurus di sebelahnya. Seringai tipis bahkan terbit di wajahnya.

Namun, gadis itu sama sekali tak gentar. Saat terdesak, kekuatan seseorang bisa menjadi berkali lipat dan hal tersebut terjadi padanya.

Nuha segera meraih sesuatu dalam saku gamisnya--apapun itu yang bisa digunakan untuk senjata melawan mereka.

Sayangnya, pepper spray yang selalu dibawanya telah habis dipakai untuk melumpuhkam tiga teman kampusnya sebelumnya. Jadi, Nuha kini tidak punya senjata lagi. Gadis itu merasa limbung apa yang harus dia lakukan saat kondisi terjepit seperti itu.

'Allahu robbi, tolong aku. Selamatkan aku dari orang-orang jahat seperti mereka,' batinnya meminta pertolongan pada yang kuasa.

Seolah menjawab doa Nuha, sebuah ide pun mencuat. Gadis itu berhenti sejenak, berpura-pura menyerah dengan mengangkat ke dua tangannya ke atas kepala.

“Aku nyerah,” ucapnya dengan nafas yang ngos-ngosan akibat pelariannya tadi. Dadanya tampak naik turun. Meskipun tertutup oleh penutup kepala yang panjang, tetap saja dua orang lelaki mesum tersebut bisa melihat lekuk tubuh gadis itu dengan pikiran kotornya.

Mereka saling pandang dengan seringai culas.

Saat itulah, Nuha langsung mendekati mereka lalu menginjak kaki lelaki berambut ikal dan menyemprot lelaki berambut lurus dengan parfum.

Beruntung, Nuha menemukan parfum miliknya hadiah dari sahabatnya.

Sekuat tenaga, dia mendorong mereka yang sudah kehilangan fokus dan berlari dari mereka sejauh mungkin, hingga akhirnya tiba di gerbang utama taman kota yang tampak sepi tersebut.

Di sana, tampak seorang lelaki paruh baya dengan surai keperak-perakkan berdiri statis dengan ke dua tangan masuk ke dalam saku jasnya.

'Ya Allah, pertolongan tiba,' batin Nuha penuh kelegaan.

Perlahan, didekatinya bapak tua tersebut dengan nafas masih memburu.

“Pak, tolong saya dikejar oleh orang jahat,” ucap Nuha yang kini merasa letih. Ia bahkan merasakan pasokan oksigen dalam paru-parunya menipis.

Hanya saja, lelaki tua itu menatap Nuha justru dengan tatapan yang tak bisa ditafsirkannya.

Belum sempat memproses situasi, tangan Nuha telah dikunci ke belakang, sehingga gadis itu tak bisa melawan kembali.

“Lepaskan!” pekik Nuha berusaha memberontak. Dia baru saja keluar dari kandang buaya dan tak mau kembali masuk kekandang singa.

Sayangnya, kekuatan lelaki tua itu tak bisa diremehkan. Gerakan Nuha seolah gerakan angin yang menggoyangkan dedauan belaka baginya.

“Tolong! Tolong!” pekik Nuha kembali.

Mulutnya pun langsung dibungkam, sedangkan kedua tangannya semakin dicengkram dengan satu tangan kekar.

Tak menyerah, Nuha menggerakan kakinya berusaha menginjak kaki lelaki tersebut. Sayangnya, semua terbaca oleh lawannya.

Seketika, Nuha mendengar kekehan dari lima orang lelaki yang ia rasa adalah mahasiswa di kampusnya. Mereka berjalan menghampiri Nuha yang masih terlihat memberontak meskipun dalam gerakan yang lemah.

Tanpa disadari, air mata pun luruh di pipi putih gadis itu. Nuha merasa hidupnya akan berakhir malam itu juga.

Terlebih, salah satu pemuda dengan wajah familiar mendekati Nuha dengan bersedekap tangan di dada.

“Bagaimana perasaanmu saat ini Mariyam Nuha?” katanya dengan senyum kemenangan.

Nuha hanya menatap nyalang pemuda brengsek di hadapannya itu.

“Wow! Santapan yang lain dari biasanya! Biasanya, Bos Daniel memilih gadis yang bergaun tipis. Lihatlah, sekarang, dia memilih gadis yang berbaju gamis!” kata temannya dengan tawa mengejek.

Mendengar kata-kata yang menjijikan tersebut, Nuha bergidik ngeri. Spontan dia merapatkan kakinya karena takut dia benar-benar dihabisi oleh mereka.

“Lihatlah! Mana Nuha yang berani? Teriak-teriak! Berorasi! Ayo tangkap pelaku pelecehan seksual!” seru Daniel Dash dengan menyingkirkan tangan lelaki tua dan mencengkram wajah Nuha tanpa ampun.

“Aku tidak akan memaafkanmu, Daniel Dash! Sekarang atau nanti, kejahatanmu akan terungkap! Mungkin, tidak olehku tetapi kejahatan akan menemukan jalan sendiri. Seperti kau menyembunyikan bangkai, baunya tetap menguar dan akan tetap ditemukan,” balas Nuha dengan lantang meski bibirnya terasa kelu karena cengkramannya begitu keras.

Mendengar itu, Daniel murka.

Plak!

Tangannya menyambar pipi gadis itu sekuat tenaga.

Wajah Nuha seketika memerah, sudut bibirnya juga berdarah.

Meski demikian, gadis itu tetap tegar dan tak menampakkan kelemahannya sedikit pun di hadapan para lelaki mesum itu.

Di sisi lain, teman-teman Daniel terlonjak kaget melihat Daniel yang begitu murka. Mereka tidak menyangka jika Daniel benar-benar menampar Nuha, seperti menampar seorang lelaki.

Ia bahkan langsung mengambil sapu tangan yang sudah diberi obat bius dan membekap Nuha, hingga tak sadarkan diri.

“Bawa dia ke villa sekarang!” titah Daniel pada lelaki tua yang ternyata adalah pengawalnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Pie Mar
makasih sudah mampir novel ini on going ya, update rutin insyaallah
goodnovel comment avatar
Barnas Uyeh58
Baca dulu sampai selesai baru kelihatan endingnya, ini kayaknya novel on going
goodnovel comment avatar
Yulia Lia
kasih cerpen ajah lebih detil .
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Dinodai Sebelum Malam Pertama   Extra part

    Setahun kemudian,Yusuf dan Farah kini sudah tinggal terpisah dari keluarganya masing-masing. Sebagai seorang suami yang bertanggung jawab, Yusuf membangun sebuah rumah mewah untuk istrinya. Tak kalah mewah dengan rumah keluarga istrinya.Karena Yusuf seorang yang paham agama sehingga ia meyakini bahwa ia harus memberikan yang terbaik untuk istrinya. Bahkan ia memberikan nafkah terbaik, lebih baik dari apa yang istrinya dapatkan dari ayahnya. Yusuf bekerja keras di perusahaan sang ayah. Ia juga menjadi dosen di salah satu perguruan tinggi swasta di akhir pekan untuk mengamalkan ilmunya dalam ilmu Quran dan hadist. Selain itu, pemuda tampan itu membuat buku dan banyak melakukan seminar dan workshop sebagai seorang penulis dan pendidik.Malam itu, Yusuf pulang terlambat ke rumah. Tepat pukul sembilan malam, ia baru saja memarkirkan kendaraan SUV miliknya di halaman rumahnya yang sangat asri.Rumah itu dibangun di atas lahan hektaran. Pemuda yang visioner itu ingin kelak memiliki banyak

  • Dinodai Sebelum Malam Pertama   Bab 95 (happy ending)

    Perlahan, Yusuf pun melepas jilbab Farah dan tersenyum menatapnya. Tangannya dengan lembut melepas ikatan rambut Farah hingga membuat rambutnya terburai. Rambutnya yang hitam nan panjang mencuri atensinya.Tanpa sàdar, Yusuf merengkuh sejumput rambutnya yang halus kemudian menciumnya seraya memejamkan matanya. Farah menatap suaminya dengan tatapan penuh damba. Pemuda tampan itu kita sudah menjadi miliknya seutuhnya.“Yusuf, aku mau mandi,” ucap Farah dengan gugup. Berdekatan dengan Yusuf sungguh membuat tubuhnya panas dingin. Ia butuh waktu untuk beradaptasi dengan suaminya.“Tentu, Sayang,” jawab Yusuf sembari berdiri. Pemuda tampan itu berjalan menuju lemari dan mengambil handuk. Kemudian ia menoleh ke arah Farah yang masih sibuk merapikan aksesoris pengàntin. “Sayang, ini handuknya. Aku taruh di atas nakas.”Dipanggil dengan sebutan sayang, Farah semakin salah tingkah. Ia lantas berpikir nama panggilan untuk suaminya. “Yusuf, aku harus memanggilmu apa? Hum, meskipun kita seumuran, k

  • Dinodai Sebelum Malam Pertama   Bab 94

    Sebulan berlalu. Persiapan pernikahan Farah dan Yusuf sudah rampung. Hari bahagia yang dinantikan itu telah tiba. Setelah melewati berbagai macam ujian dan rintangan dalam kisah cinta mereka, akhirnya, Farah dan Yusuf bisa bersanding di sebuah tempat yang sakral dan suci.Pagi itu, pukul 09.00 WIB Farah dan Yusuf akan melangsungkan akad walimah yang diadakan di ballroom salah satu hotel bintang lima milik sang ayah. Di pelaminan, Yusuf dan sang ayah—Attar serta pamannya sudah bergabung dengan keluarga inti pihak perempuan; Darren Dash, Jonathan Dash yang kini sudah duduk di kursi roda, Naufal Alatas, Daniel Dash, penghulu, dan saksi. Di tempat yang berbeda Farah ditemani sang ibu dan keluarga perempuannya menunggu detik demi detik acara yang sakral itu dimulai. Pernikahan diadakan secara syariat di mana pihak lelaki dan perempuan dipisah.Suara microphone mulai menggema. Seorang MC mulai mengarahkan acara hingga tibalah waktunya Yusuf mengucapkan kalimat ijab qabul dengan lantang. Set

  • Dinodai Sebelum Malam Pertama   Bab 93

    Darren mendapat telepon dari asistennya yang mengatakan bahwa putrinya mengendarakan mobil mewahnya dengan sangat cepat menuju pantai. Ia terkejut mendengarnya dan langsung berniat menyusul putrinya. Ia memiliki firasat buruk. Semenjak pagi ia merasa tak enak hati. Ia terus memikirkan putrinya.Tak biasanya putrinya pergi bepergian jauh tanpa mengabarinya. Terdengar aneh bukan!Darren Dash semakin tersulut emosi saat ia berada di jalan menuju pantai yang biasa putrinya kunjungi, ia melihat mobil Yusuf berada di depannya. Tak lain tak bukan, pemuda itu juga terlihat akan pergi ke pantai. Bahkan ia melajukan kendaraannya dengan sangat cepat. Sisi lain, Darren Dash memilih memelankan laju kendaraannya karena ingin tahu apa yang mereka lakukan di pantai berduaan. Tak bisa dibiarkan! Farah sudah keterlaluan.Darren berzikir untuk mengendalikan emosinya. Ia pun melihat mobil milik Yusuf sudah terparkir di area parkir yang luas area pantai. Pria dewasa itu terus melangkahkan kakinya, berjal

  • Dinodai Sebelum Malam Pertama   Bab 92

    Setelah kejadian kecelakaan tadi, Yusuf tergesa-gesa mengejar kembali Farah meskipun kendaraannya ketinggalan jauh. Pemuda itu hanya mengkhawatirkan kondisi gadis itu yang tengah kalut. Kabar tentang cerita masa lalu ke dua orang tuanya sungguh melukai batinnya. Saat ini gadis bermanik hazel itu belum menerima fakta mengejutkan itu.“Argh! Farah jangan bertindak bodoh!” geram Yusuf usai membanting ponselnya hingga terbanting ke atas kursi. Beruntung, ponsel itu tidak jatuh ke kolong kursi mobil.Nomor telepon Farah tidaklah aktif. Yusuf hanya bisa menghela nafas berat mengingat karakter Farah yang memang keras kepala.“Allah, lindungilah Farah. Amin,” gumam Yusuf tak henti-hentinya berzikir. Yusuf mengedarkan pandangannya mencari mobil putih milik Farah. Sial, di jalan yang dilewatinya ada banyak mobil putih namun bukan mobil Farah barang tentu. Mobil Farah termasuk mobil mewah.Yusuf pun menepikan mobilnya menuju pom bensin terdekat. Ia akan mengisi bahan bakar terlebih dahulu untuk

  • Dinodai Sebelum Malam Pertama   Bab 91

    Semua orang yang berada di cafe panik saat melihat adegan yang terjadi di antara Farah dan Elia.Tanpa belas kasih, Elia mengambil cangkir kopi dari nampan—yang dibawa pelayan kemudian menumpahkannya pada wajah Farah dengan gerakan yang sangat cepat.Namun, sebuah pertolongan datang. Dengan gerakan yang lihai dan gesit, sosok pemuda tampan maju, berusaha melindungi Farah. Ia memeluk Farah. Meski tidak benar-benar memeluk karena ke dua tangannya tidak menyentuh tubuh gadis itu.Farah hanya memejamkan matanya reflek saat air cipratan itu mengenai pipinya. Namun saat ia membelakan matanya, ia tersentak kaget, karena Yusuf berada di sana melindunginya dari aksi keji Elia. Kini punggung Yusuf yang terkena cipratan kopi yang panas itu.“Yusuf,” imbuh Farah dengan berurai air mata. Entahlah, perasaan Farah berkecamuk. Cerita dari bibir Elia tentang ayahnya dan menatap Yusuf yang selalu saja menjadi garda terdepan dalam menolongnya, membuat lelehan air mata terus menerus menetes.Tatapan Yusuf

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status