Share

2. Terenggut paksa

Author: Piemar
last update Last Updated: 2022-12-18 21:54:20

Samar-samar temaram lampu tidur terlihat kala Nuha membuka mata.

Gadis itu baru saja sadar dari pengaruh obat bius. Sontak, dia mengecek tubuhnya saat ini. Tangan dan kakinya terikat tambang yang kuat. Tak ada tanda-tanda tubuhnya disentuh oleh para penjahat mesum tadi.

Nuha sedikit bernafas lega. "Allah, makasih," lirihnya.

Dia masih aman. Mereka tidak melakukan sesuatu yang buruk pada tubuhnya atau mungkin ... belum? Yang jelas, ia merasa bersyukur.

Nuha lantas mengedarkan pandangannya untuk mencari jalan keluar dari ruangan yang mirip bentuk kamar tersebut. Diperhatikannya sekeliling ruangan. Tidak ada banyak barang di kamar yang sangat luas tersebut, kecuali ranjang king size, lemari pakaian, dan sofa.

Nuha terus mencari celah. Pertama, dia harus mencari benda tajam yang bisa memotong tali tambang. Sayang, untuk sekedar beringsut saja, dia mengalami kesulitan.

'Daniel memang benar-benar psycho,' batinnya mengumpat menyadari diri yang terikat, seperti binatang.

Nuha kembali menangkap pemandangan terali besi di jendela.

Seketika ide muncul di kepalanya. Dia akan menggesek tali di kakinya terlebih dahulu, lalu tangannya. Berhasil, ikatan tersebut pun terlepas! Nuha segera melepas lakban yang menyumpal mulutnya.

Rasanya, gadis itu ingin menangis dan tertawa di saat yang sama. Dia sangat senang karena bisa terlepas dari jerat yang menyakitkan. Di sisi lain, Nuha tak tahu apakah ia mampu keluar dari tempat terkutuk tersebut sebelum dieksekusi oleh para lelaki mesum tadi.

Dengan jantung yang berdegup kencang, kini Nuha mendekat ke arah pintu kamar.

Ditempelkan telinganya ke daun pintu, berusaha mendengar apakah Daniel dan kawan-kawannya masih berada di sana atau tidak? Sebab, hanya itu satu-satunya jalan keluar. Jendela ruangan itu dipasang terali besi yang kokoh.

Sunyi.

Tak terdengar suara apapun selain jarum jam yang berdenting berasal dari jam klasik berbahan kayu jati di ruang tengah.

Untuk beberapa saat Nuha bernafas lega, tapi ....

Cekrek! Terdengar suara knop pintu digerakkan, tampaknya seseorang masuk.

Nuha diam menganga saat sosok menjulang tinggi merangsek masuk ke dalam kamar. Lelaki itu berjalan dengan sedikit sempoyongan. Nuha tersentak melihat kedatangannya dan dia spontan langsung menyasar pintu yang dibuka oleh lelaki itu.

Nuha berpikir jika lelaki itu tengah dalam kondisi mabuk, sehingga mungkin sebentar lagi dia akan ambruk. Dia akan menggunakan kesempatan itu dengan secepat kilat, berlari menuju pintu.

Satu detik

Dua detik

Tiga detik

Nuha berlari dan berhasil menuju pintu keluar. Namun, saat kakinya mengayun lebih jauh sebuah tangan kekar berhasil menarik Nuha dari belakang, hingga dia kembali masuk ke dalam kamar. Pintu kamar pun tertutup dengan sempurna.

Nuha tampak syok.

Bagaimana bisa pemuda itu menyeretnya dengan mudah, sedangkan dia seperti dalam kondisi setengah sadar? “Lepas!”

Nuha berteriak sembari berusaha berlari kembali.

Sia-sia saja yang dilakukannya. Tubuh ramping itu diseret sekarang diseret dengan mudahnya.

“Diamlah, Sayang!” lirih pemuda itu.

Dibekapnya mulut Nuha agar tak bersuara.

Gadis itu meronta berusaha menggerakan tubuhnya untuk terlepas. Dia bahkan menggigit lengannya, sehingga pemuda tersebut spontan melepaskan tangannya.

“Kau kenapa Tania?” ucapnya dengan membuang nafas kasar, "kenapa kau menolakku?"

Nuha bisa mendengar suara pemuda itu menyebutkan nama seorang perempuan.

Namun, ia tak peduli. Gadis itu hanya ingin segera terbebas dari cengkramannya.

Hanya saja, tindakan Nuha justru membuat pemuda itu terlihat marah. Dia pun mendekati Nuha yang tengah berusaha mengambil sesuatu serupa senjata untuk menyelamatkan dirinya dari pemuda asing di hadapannya.

Nuha menarik kap lampu guci lalu memecahkannya gucinya dan mengacungkannya pada pemuda yang menghalangi langkahnya.

“Jangan dekat-dekat!” Dalam cahaya temaram yang hanya berasal dari luar jendela yang menelusup, pemuda itu akhirnya memilih diam sejenak untuk menormalkan pikirannya. Dia hanya minum satu sloki tequila dan tentu saja tidak akan membuatnya mabuk. Namun anehnya, satu sloki tersebut berhasil membuatnya melayang. Tubuhnya terasa panas dan gerah sekali.

Pria itu pun melonggarkan dasinya lalu melemparnya ke sembarang arah.

“Gerah sekali,” gumamnya lalu membuka satu per satu kancing kemejanya sehingga membuat mata Nuha seakan loncat dari tempatnya. Pemuda itu mengabaikan teriakan Nuha yang mungkin terdengar pengang di telinganya. Tak peduli dia terus mendekatinya.

“Kubilang jangan mendekat!” pekiknya lagi. Prang! Karena ketakutan luar biasa, Nuha memukul kepalanya dengan kap lampu hingga dia ambruk ke lantai karpet.

“Astagfirullah, apa dia mati? Apa aku sudah membunuhnya?”

Nuha panik dengan tangan yang gemetar. Terlihat di ujung kap lampu tersebut ada darah yang menetes.

“Aku telah membunuhnya. Bagaimana ini?” gumamnya dengan wajah pucat.

Karena menyadari tak punya banyak waktu dan harus segera keluar dari sana, Nuha sampai tak sadar melakukan itu. Dia sebenarnya tak ingin mempedulikan pemuda yang tersungkur ke lantai tersebut. Namun, rasa kemanusiaan membuat Nuha tak tega.

Setidaknya, dia harus memastikan bahwa pemuda tersebut masih hidup.

Nuha pun menundukan tubuhnya dan mengecek nafasnya. Hanya saja, nasib Nuha tak beruntung.

Pemuda itu mendadak sadar dan langsung menarik Nuha, bahkan melemparnya ke atas ranjang dengan kasar. "Lepaskan!" Nuha memberontak, meronta, dan menendang ke segala arah.

Hal tersebut tampaknya membangkit emosi sang pemuda. Ditamparnya Nuha, hingga tak sadarkan diri. “Sorry, Tania, kenapa kau menolakku? Bukankah sebentar lagi kita akan menikah?" racaunya sembari mengukung gadis itu.

"Hei, apa kau tak gerah memakai jubah seperti ini?” tanyanya lagi, lalu melucuti semua pakaiannya dan menggagahi wanita yang dipikirnya adalah sang tunangan.

Nuha sempat tersadar saat pria itu melakukan aksi bejatnya. Dia kembali meronta, tetapi usahanya sia-sia di bawah kekarnya tubuh pemuda tersebut. Kini, hanya ada air mata yang terus membanjiri pipi Nuha. Sebuah bencana telah terjadi dalam hidupnya dalam waktu yang teramat singkat.

Dia takkan sanggup menghadapi hari esok. Bagaimana calon suaminya tahu jika dia kini sudah ternoda?

"Maaf...." lirih Nuha pedih sembari memeluk tubuhnya sendiri. Kepala gadis itutenggelam di antara lututnya yang ditekuk. Tangisannya terus meruah, hingga dia akhirnya tak sadarkan diri.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
meranti Saipul
BG blh nitip lapak ya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Dinodai Sebelum Malam Pertama   Extra part

    Setahun kemudian,Yusuf dan Farah kini sudah tinggal terpisah dari keluarganya masing-masing. Sebagai seorang suami yang bertanggung jawab, Yusuf membangun sebuah rumah mewah untuk istrinya. Tak kalah mewah dengan rumah keluarga istrinya.Karena Yusuf seorang yang paham agama sehingga ia meyakini bahwa ia harus memberikan yang terbaik untuk istrinya. Bahkan ia memberikan nafkah terbaik, lebih baik dari apa yang istrinya dapatkan dari ayahnya. Yusuf bekerja keras di perusahaan sang ayah. Ia juga menjadi dosen di salah satu perguruan tinggi swasta di akhir pekan untuk mengamalkan ilmunya dalam ilmu Quran dan hadist. Selain itu, pemuda tampan itu membuat buku dan banyak melakukan seminar dan workshop sebagai seorang penulis dan pendidik.Malam itu, Yusuf pulang terlambat ke rumah. Tepat pukul sembilan malam, ia baru saja memarkirkan kendaraan SUV miliknya di halaman rumahnya yang sangat asri.Rumah itu dibangun di atas lahan hektaran. Pemuda yang visioner itu ingin kelak memiliki banyak

  • Dinodai Sebelum Malam Pertama   Bab 95 (happy ending)

    Perlahan, Yusuf pun melepas jilbab Farah dan tersenyum menatapnya. Tangannya dengan lembut melepas ikatan rambut Farah hingga membuat rambutnya terburai. Rambutnya yang hitam nan panjang mencuri atensinya.Tanpa sàdar, Yusuf merengkuh sejumput rambutnya yang halus kemudian menciumnya seraya memejamkan matanya. Farah menatap suaminya dengan tatapan penuh damba. Pemuda tampan itu kita sudah menjadi miliknya seutuhnya.“Yusuf, aku mau mandi,” ucap Farah dengan gugup. Berdekatan dengan Yusuf sungguh membuat tubuhnya panas dingin. Ia butuh waktu untuk beradaptasi dengan suaminya.“Tentu, Sayang,” jawab Yusuf sembari berdiri. Pemuda tampan itu berjalan menuju lemari dan mengambil handuk. Kemudian ia menoleh ke arah Farah yang masih sibuk merapikan aksesoris pengàntin. “Sayang, ini handuknya. Aku taruh di atas nakas.”Dipanggil dengan sebutan sayang, Farah semakin salah tingkah. Ia lantas berpikir nama panggilan untuk suaminya. “Yusuf, aku harus memanggilmu apa? Hum, meskipun kita seumuran, k

  • Dinodai Sebelum Malam Pertama   Bab 94

    Sebulan berlalu. Persiapan pernikahan Farah dan Yusuf sudah rampung. Hari bahagia yang dinantikan itu telah tiba. Setelah melewati berbagai macam ujian dan rintangan dalam kisah cinta mereka, akhirnya, Farah dan Yusuf bisa bersanding di sebuah tempat yang sakral dan suci.Pagi itu, pukul 09.00 WIB Farah dan Yusuf akan melangsungkan akad walimah yang diadakan di ballroom salah satu hotel bintang lima milik sang ayah. Di pelaminan, Yusuf dan sang ayah—Attar serta pamannya sudah bergabung dengan keluarga inti pihak perempuan; Darren Dash, Jonathan Dash yang kini sudah duduk di kursi roda, Naufal Alatas, Daniel Dash, penghulu, dan saksi. Di tempat yang berbeda Farah ditemani sang ibu dan keluarga perempuannya menunggu detik demi detik acara yang sakral itu dimulai. Pernikahan diadakan secara syariat di mana pihak lelaki dan perempuan dipisah.Suara microphone mulai menggema. Seorang MC mulai mengarahkan acara hingga tibalah waktunya Yusuf mengucapkan kalimat ijab qabul dengan lantang. Set

  • Dinodai Sebelum Malam Pertama   Bab 93

    Darren mendapat telepon dari asistennya yang mengatakan bahwa putrinya mengendarakan mobil mewahnya dengan sangat cepat menuju pantai. Ia terkejut mendengarnya dan langsung berniat menyusul putrinya. Ia memiliki firasat buruk. Semenjak pagi ia merasa tak enak hati. Ia terus memikirkan putrinya.Tak biasanya putrinya pergi bepergian jauh tanpa mengabarinya. Terdengar aneh bukan!Darren Dash semakin tersulut emosi saat ia berada di jalan menuju pantai yang biasa putrinya kunjungi, ia melihat mobil Yusuf berada di depannya. Tak lain tak bukan, pemuda itu juga terlihat akan pergi ke pantai. Bahkan ia melajukan kendaraannya dengan sangat cepat. Sisi lain, Darren Dash memilih memelankan laju kendaraannya karena ingin tahu apa yang mereka lakukan di pantai berduaan. Tak bisa dibiarkan! Farah sudah keterlaluan.Darren berzikir untuk mengendalikan emosinya. Ia pun melihat mobil milik Yusuf sudah terparkir di area parkir yang luas area pantai. Pria dewasa itu terus melangkahkan kakinya, berjal

  • Dinodai Sebelum Malam Pertama   Bab 92

    Setelah kejadian kecelakaan tadi, Yusuf tergesa-gesa mengejar kembali Farah meskipun kendaraannya ketinggalan jauh. Pemuda itu hanya mengkhawatirkan kondisi gadis itu yang tengah kalut. Kabar tentang cerita masa lalu ke dua orang tuanya sungguh melukai batinnya. Saat ini gadis bermanik hazel itu belum menerima fakta mengejutkan itu.“Argh! Farah jangan bertindak bodoh!” geram Yusuf usai membanting ponselnya hingga terbanting ke atas kursi. Beruntung, ponsel itu tidak jatuh ke kolong kursi mobil.Nomor telepon Farah tidaklah aktif. Yusuf hanya bisa menghela nafas berat mengingat karakter Farah yang memang keras kepala.“Allah, lindungilah Farah. Amin,” gumam Yusuf tak henti-hentinya berzikir. Yusuf mengedarkan pandangannya mencari mobil putih milik Farah. Sial, di jalan yang dilewatinya ada banyak mobil putih namun bukan mobil Farah barang tentu. Mobil Farah termasuk mobil mewah.Yusuf pun menepikan mobilnya menuju pom bensin terdekat. Ia akan mengisi bahan bakar terlebih dahulu untuk

  • Dinodai Sebelum Malam Pertama   Bab 91

    Semua orang yang berada di cafe panik saat melihat adegan yang terjadi di antara Farah dan Elia.Tanpa belas kasih, Elia mengambil cangkir kopi dari nampan—yang dibawa pelayan kemudian menumpahkannya pada wajah Farah dengan gerakan yang sangat cepat.Namun, sebuah pertolongan datang. Dengan gerakan yang lihai dan gesit, sosok pemuda tampan maju, berusaha melindungi Farah. Ia memeluk Farah. Meski tidak benar-benar memeluk karena ke dua tangannya tidak menyentuh tubuh gadis itu.Farah hanya memejamkan matanya reflek saat air cipratan itu mengenai pipinya. Namun saat ia membelakan matanya, ia tersentak kaget, karena Yusuf berada di sana melindunginya dari aksi keji Elia. Kini punggung Yusuf yang terkena cipratan kopi yang panas itu.“Yusuf,” imbuh Farah dengan berurai air mata. Entahlah, perasaan Farah berkecamuk. Cerita dari bibir Elia tentang ayahnya dan menatap Yusuf yang selalu saja menjadi garda terdepan dalam menolongnya, membuat lelehan air mata terus menerus menetes.Tatapan Yusuf

  • Dinodai Sebelum Malam Pertama   Bab 90

    Di sebuah ruang keluarga bernuansa mewah, terlihat sepasang suami dan istri yang sedang duduk berdua sembari menikmati tontonan chanel luar negeri—yang tengah menampilkan sebuah destinasi wisata di Eropa.“Mas, indah sekali ya? Aku pengen jalan-jalan lagi sekeluarga. Berkeliling Eropa dan menikmati musim semi yang indah di sana.”Nuha mengungkapkan keinginannya saat tatapannya tertuju pada colosseum Roma yang berdiri pongah.Darren hanya mengangguk pelan. Meskipun raganya berada di sana, namun pikiran Darren terseret pada memori-memori kelam nan buruk yang seringkali menghantuinya.“Mas, ini salad buah yang diminta,” ucap Nuha pada suaminya ketika ART menaruh semangkuk salad untuk menemani waktu rehat mereka. Darren pun melirik pada mangkuk salad kemudian ia berusaha mengambilnya.PrangTiba-tiba saja Darren menjatuhkan mangkuk salad buah itu. Namun dengan sigap, ART sudah langsung membereskan kekacauan yang ada. “Mas, kenapa?”Nuha terkejut saat melihat suaminya yang tampak syok dan

  • Dinodai Sebelum Malam Pertama   Bab 89

    Dua orang wanita cantik berbeda usia sedang mengobrol di sebuah cafe. Suasana terasa tegang saat wanita berusia kepala lima itu mulai bercerita. Sebetulnya, wanita itu enggan bertemu dengannya setelah apa yang terjadi. Namun karena gadis muda itu bersikukuh akhirnya mau tak mau ia pun mengiyakan permintàan.Di sinilah mereka berada. Sebuah rooftop yang terletak di lantai dua sebuah kafe kopi yang berada tak jauh dari rumah sakit di mana gadis itu bertugas.Mereka adalah Farah dan Maesarah. “Jadi … Om Attar itu mantan tunangannya ibuku?”Farah pun menimpali cerita yang baru saja ibunya Yusuf katakan. Gadis bermanik hazel itu bertanya sekedar untuk mengkonfirmasi.Malam itu, Farah tak sengaja mendengar percakapan yang terjadi di antara ibunya dan tantenya. Namun percakapan itu hanya sekilas sehingga ia dilanda penasaran.Jika Farah bertanya pada mereka, ia yakin mereka tidak akan memberikan jawaban apapun yang memuaskan hatinya.Oleh karena itu, Farah berinisiatif bertanya langsung pad

  • Dinodai Sebelum Malam Pertama   Bab 88

    “Mas kenapa sih? Bete begitu!” beo Daniel pada sang kakak yang sedari tadi terlihat tidak fokus dalam bekerja. Daniel Dash sengaja datang ke kantor kakaknya, membawa sejumlah kontrak kerja hingga menjelaskan laporan soal saham perusahaan. Namun Darren Dash hanya terdiam dengan tatapan yang kosong mirip orang kesambet setan.Lama kelamaan Daniel mulai jenuh melihat respon kakaknya—yang seakan tidak menghargai usaha dirinya. Padahal ia sangat sibuk. Namun demi menyampaikan amanat perusahaan ia mengunjungi kantor pusat PT Jonathan Dash Group. “Mas Darren aku pamit pulang! Lain kali saja aku melapor,” ucap Daniel Dash kemudian membereskan berkas penting perusahaan dan memasukannya kembali ke dalam tas miliknya.“Tunggu! Apa? Kau bahas apa tadi? Sorry, Mas lagi banyak pikiran, jadi gak fokus,” imbuh Darren mengklarifikasi. Seharusnya, Darren juga bisa menahan diri untuk tidak melamun saat jam kerja. Namun siang itu seperti siang sebelumnya, ia masih kepikiran soal omongan Attar dan sikap

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status