Share

2. Terenggut paksa

Samar-samar temaram lampu tidur terlihat kala Nuha membuka mata.

Gadis itu baru saja sadar dari pengaruh obat bius. Sontak, dia mengecek tubuhnya saat ini. Tangan dan kakinya terikat tambang yang kuat. Tak ada tanda-tanda tubuhnya disentuh oleh para penjahat mesum tadi.

Nuha sedikit bernafas lega. "Allah, makasih," lirihnya.

Dia masih aman. Mereka tidak melakukan sesuatu yang buruk pada tubuhnya atau mungkin ... belum? Yang jelas, ia merasa bersyukur.

Nuha lantas mengedarkan pandangannya untuk mencari jalan keluar dari ruangan yang mirip bentuk kamar tersebut. Diperhatikannya sekeliling ruangan. Tidak ada banyak barang di kamar yang sangat luas tersebut, kecuali ranjang king size, lemari pakaian, dan sofa.

Nuha terus mencari celah. Pertama, dia harus mencari benda tajam yang bisa memotong tali tambang. Sayang, untuk sekedar beringsut saja, dia mengalami kesulitan.

'Daniel memang benar-benar psycho,' batinnya mengumpat menyadari diri yang terikat, seperti binatang.

Nuha kembali menangkap pemandangan terali besi di jendela.

Seketika ide muncul di kepalanya. Dia akan menggesek tali di kakinya terlebih dahulu, lalu tangannya. Berhasil, ikatan tersebut pun terlepas! Nuha segera melepas lakban yang menyumpal mulutnya.

Rasanya, gadis itu ingin menangis dan tertawa di saat yang sama. Dia sangat senang karena bisa terlepas dari jerat yang menyakitkan. Di sisi lain, Nuha tak tahu apakah ia mampu keluar dari tempat terkutuk tersebut sebelum dieksekusi oleh para lelaki mesum tadi.

Dengan jantung yang berdegup kencang, kini Nuha mendekat ke arah pintu kamar.

Ditempelkan telinganya ke daun pintu, berusaha mendengar apakah Daniel dan kawan-kawannya masih berada di sana atau tidak? Sebab, hanya itu satu-satunya jalan keluar. Jendela ruangan itu dipasang terali besi yang kokoh.

Sunyi.

Tak terdengar suara apapun selain jarum jam yang berdenting berasal dari jam klasik berbahan kayu jati di ruang tengah.

Untuk beberapa saat Nuha bernafas lega, tapi ....

Cekrek! Terdengar suara knop pintu digerakkan, tampaknya seseorang masuk.

Nuha diam menganga saat sosok menjulang tinggi merangsek masuk ke dalam kamar. Lelaki itu berjalan dengan sedikit sempoyongan. Nuha tersentak melihat kedatangannya dan dia spontan langsung menyasar pintu yang dibuka oleh lelaki itu.

Nuha berpikir jika lelaki itu tengah dalam kondisi mabuk, sehingga mungkin sebentar lagi dia akan ambruk. Dia akan menggunakan kesempatan itu dengan secepat kilat, berlari menuju pintu.

Satu detik

Dua detik

Tiga detik

Nuha berlari dan berhasil menuju pintu keluar. Namun, saat kakinya mengayun lebih jauh sebuah tangan kekar berhasil menarik Nuha dari belakang, hingga dia kembali masuk ke dalam kamar. Pintu kamar pun tertutup dengan sempurna.

Nuha tampak syok.

Bagaimana bisa pemuda itu menyeretnya dengan mudah, sedangkan dia seperti dalam kondisi setengah sadar? “Lepas!”

Nuha berteriak sembari berusaha berlari kembali.

Sia-sia saja yang dilakukannya. Tubuh ramping itu diseret sekarang diseret dengan mudahnya.

“Diamlah, Sayang!” lirih pemuda itu.

Dibekapnya mulut Nuha agar tak bersuara.

Gadis itu meronta berusaha menggerakan tubuhnya untuk terlepas. Dia bahkan menggigit lengannya, sehingga pemuda tersebut spontan melepaskan tangannya.

“Kau kenapa Tania?” ucapnya dengan membuang nafas kasar, "kenapa kau menolakku?"

Nuha bisa mendengar suara pemuda itu menyebutkan nama seorang perempuan.

Namun, ia tak peduli. Gadis itu hanya ingin segera terbebas dari cengkramannya.

Hanya saja, tindakan Nuha justru membuat pemuda itu terlihat marah. Dia pun mendekati Nuha yang tengah berusaha mengambil sesuatu serupa senjata untuk menyelamatkan dirinya dari pemuda asing di hadapannya.

Nuha menarik kap lampu guci lalu memecahkannya gucinya dan mengacungkannya pada pemuda yang menghalangi langkahnya.

“Jangan dekat-dekat!” Dalam cahaya temaram yang hanya berasal dari luar jendela yang menelusup, pemuda itu akhirnya memilih diam sejenak untuk menormalkan pikirannya. Dia hanya minum satu sloki tequila dan tentu saja tidak akan membuatnya mabuk. Namun anehnya, satu sloki tersebut berhasil membuatnya melayang. Tubuhnya terasa panas dan gerah sekali.

Pria itu pun melonggarkan dasinya lalu melemparnya ke sembarang arah.

“Gerah sekali,” gumamnya lalu membuka satu per satu kancing kemejanya sehingga membuat mata Nuha seakan loncat dari tempatnya. Pemuda itu mengabaikan teriakan Nuha yang mungkin terdengar pengang di telinganya. Tak peduli dia terus mendekatinya.

“Kubilang jangan mendekat!” pekiknya lagi. Prang! Karena ketakutan luar biasa, Nuha memukul kepalanya dengan kap lampu hingga dia ambruk ke lantai karpet.

“Astagfirullah, apa dia mati? Apa aku sudah membunuhnya?”

Nuha panik dengan tangan yang gemetar. Terlihat di ujung kap lampu tersebut ada darah yang menetes.

“Aku telah membunuhnya. Bagaimana ini?” gumamnya dengan wajah pucat.

Karena menyadari tak punya banyak waktu dan harus segera keluar dari sana, Nuha sampai tak sadar melakukan itu. Dia sebenarnya tak ingin mempedulikan pemuda yang tersungkur ke lantai tersebut. Namun, rasa kemanusiaan membuat Nuha tak tega.

Setidaknya, dia harus memastikan bahwa pemuda tersebut masih hidup.

Nuha pun menundukan tubuhnya dan mengecek nafasnya. Hanya saja, nasib Nuha tak beruntung.

Pemuda itu mendadak sadar dan langsung menarik Nuha, bahkan melemparnya ke atas ranjang dengan kasar. "Lepaskan!" Nuha memberontak, meronta, dan menendang ke segala arah.

Hal tersebut tampaknya membangkit emosi sang pemuda. Ditamparnya Nuha, hingga tak sadarkan diri. “Sorry, Tania, kenapa kau menolakku? Bukankah sebentar lagi kita akan menikah?" racaunya sembari mengukung gadis itu.

"Hei, apa kau tak gerah memakai jubah seperti ini?” tanyanya lagi, lalu melucuti semua pakaiannya dan menggagahi wanita yang dipikirnya adalah sang tunangan.

Nuha sempat tersadar saat pria itu melakukan aksi bejatnya. Dia kembali meronta, tetapi usahanya sia-sia di bawah kekarnya tubuh pemuda tersebut. Kini, hanya ada air mata yang terus membanjiri pipi Nuha. Sebuah bencana telah terjadi dalam hidupnya dalam waktu yang teramat singkat.

Dia takkan sanggup menghadapi hari esok. Bagaimana calon suaminya tahu jika dia kini sudah ternoda?

"Maaf...." lirih Nuha pedih sembari memeluk tubuhnya sendiri. Kepala gadis itutenggelam di antara lututnya yang ditekuk. Tangisannya terus meruah, hingga dia akhirnya tak sadarkan diri.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
meranti Saipul
BG blh nitip lapak ya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status