Share

3. Terluka

Author: Piemar
last update Last Updated: 2022-12-18 22:43:39

“Arrgh, kenapa kepalaku sakit sekali?” gumam Darren Dash--pemuda yang semalam telah meniduri Nuha. Dia pun menyentuh area pelipisnya yang terasa berdenyut sakit. Hanya saja, kepalanya seperti mau pecah setiap berusaha mengingat kejadian semalam.

Darren menggerakkan tubuhnya dan baru sadar jika dia tidak berpakaian sama sekali. Dia sontak mengerutkan keningnya dan mendengus kesal karena masih belum bisa mengingat kejadian semalam.

Hanya saja, pemuda itu bisa merasakan hawa dingin yang berasal dari penyejuk ruangan, serta bagian sensitifnya terasa ngilu.

Darren sontak meraih celana boxernya yang tergeletak begitu saja di atas nakas, lalu memakainya.

Dia pun berdiri dan menarik tirai di jendela untuk melihat pemandangan sekitar villa yang begitu indah saat pagi hari.

Villa tersebut ialah villa milik keluarganya yang berlokasi di daerah Puncak dan menjadi salah satu tempat favoritnya di kala suntuk.

Hanya saja, pandangannya terusik kala menemukan siluet seorang gadis yang meringkuk di bawah lantai dengan posisi setengah tubuhnya tertutup selimut. Darren pun terlonjak kaget melihat penampakannya. Seketika ingatan tadi malam pun mulai muncul satu per satu.

“Tolong! Jangan lakukan ini padaku! Sakit!” Suara lirih seorang gadis yang dia perkosa terngiang di telinganya, tetapi Darren justru meraup wajahnya dengan kasar.

“Astaga!” serunya saat ingatannya bermunculan. “Aku telah menghancurkan seorang gadis.”

Dia mengepalkan tangannya dan ingin memukul tembok.

“Daniel sialan!” geramnya, “Awas kau! Akan kuhabisi kau!”

Dia berjalan dengan perasaan yang luar biasa takut menuju Nuha yang tak sadarkan diri. Pemuda itu sungguh penasaran siapakah gadis yang dia perkosa?

Dengan seksama, Darren memperhatikan gadis yang wajahnya tertutup dengan helaian rambut yang hitam legam itu. Bahunya yang polos terlihat putih sedikit kebiru-biruan seperti luka lebam.

Tanpa sadar, pemuda itu menggeleng pelan.

Dalam kondisi tidak sadar, Darren tampaknya bukan hanya sudah merenggut kehormatannya, tetapi juga menganiayanya.

Gemetar, tangannya terulur untuk menyingkirkan helai demi helai rambut yang menutupi wajah cantik Nuha.

“Astaga! Anak ini?” serunya dengan keterkejutan luar biasa hingga dia merasa sesak. Beberapa hari yang lalu dia sempat melihat Nuha yang tengah melakukan aksi demo di depan kampusnya.

Flashback on

"Kami hanya minta pelaku di-DO dari kampus segera. Sekarang juga! Kami tidak berniat melakukan persekusi pada pelaku. Kami berpihak pada korban dan tidak ingin korban malah menjadi victim blaming. Tegakkan keadilan! Hukum harus adil! Tidak ada istilah hukum tajam ke bawah dan tumpul ke atas! AllahuAkbar!” pekik Nuha.

Gadis berbaju gamis dan memakai kerudung lebar mirip mukena itu berdiri di barisan terdepan sebuah gedung rektorat sayap timur dengan memegang toa tanpa gentar. Tak tampak sedikitpun rasa gugup ataupun malu mengutarakan apa yang bermukim di kepalanya. Dia merasa terpanggil untuk menyuarakan sebentuk keadilan. “Setuju!” Teriakan para mahasiswa dan mahasiswi mengudara dan meraungkan gema semangat 45. Mereka adalah para demonstran berasal dari gabungan organisasi BEM maupun UKM ROHIS kampus yang mengatasnamakan diri sebagai aliansi mahasiswa/mahasiswi yang peduli pada kasus asusila yang terjadi di lingkungan kampus. Tak peduli panas matahari begitu menyengat tetapi semangat mereka bukanlah logam besi yang berkarat. Semangat yang berkobar mirip api abadi yang berasal dari Api Biru Kawah Ijen. Satu visi dan misi membela kaum perempuan yang tertindas. Barikade aparat yang dipersenjatai bertugas menjaga ketat lingkungan kampus. Mereka siaga terhadap kemungkinan tindakan anarki yang secara tiba-tiba akibat adanya provokasi pihak yang tidak bertanggung jawab. Bukan tanpa alasan, demo yang terjadi seminggu lalu menjadi kisruh akibat ulah salah satu mahasiswa yang melempar batu pada salah satu dosen yang ditunjuk sebagai jubir untuk menghadapi demonstran mahasiswa. “Saya Mariyam Nuha berbicara mewakili para perempuan (mahasiswi) yang menjadi korban tindakan asusila memprotes kebijakan kampus yang masih belum melakukan tindakan sama sekali terhadap para pelaku, padahal jelas mereka sudah membuat kampus menjadi lingkungan tidak nyaman! Predator seks!” Nuha memaparkan maksud aksi demo dirinya. Kali ini, terdengar lebih lantang dan keras sebab tidak ada respon sama sekali dari pihak kampus. Mungkin lebih tepatnya, belum. Salah satu perwakilan sivitas akademika, seorang rektor berkacamata hitam langsung memanggil Nuha dan beberapa teman mahasiswa untuk melakukan semacam negosiasi dalam upaya mencari solusi mengenai kasus yang menimpa beberapa mahasiswi, korban pelecehan seksual dan pencabulan.

Sang rektor Adi Gunawidjaya bahkan berjanji akan segera mengusut kasus tersebut dengan melibatkan pihak kepolisian dan memecat tidak hormat oknum dosen atau mahasiswa yang terbukti melakukan penyimpangan dan pelanggaran. Nuha pun keluar dari ruang rektorat dengan tersenyum penuh kemenangan. Lalu, dia mengumumkan keputusan tersebut pada teman-temannya. Untuk sesaat, Nuha melakukan selebrasi yang tak sengaja direkam demonstran lain, hingga akhirnya viral. Masyarakat begitu salut karena gadis itu tampak lugas dan punya nyali untuk menyeruakan pendapat di depan salah satu kampus ternama itu. Sebelumnya, tidak ada yang pernah berani memprotes kebijakan kampus, apapun yang terjadi di dalamnya. Berani buka suara maka berani membayar dengan resiko yang tak terduga. Sialnya, Nuha tidak mengetahui ihwal tersebut. Dari kejauhan, seorang pemuda yang tengah terjebak di dalam mobil yang macet tengah memerhatikan Nuha. Darren tak sengaja melewati jalan tersebut dan melihat aksi demo yang terjadi, hingga membuat jalanan lumpuh, tak bergerak. “Pak, saya tidak habis pikir lihat anak itu. Padahal, dia perempuan tetapi dia punya nyali yang besar, suka ikut demo,” ucap seorang supir pada tuannya. “Dulu demo BBM di depan kantor bupati saja, saya ketakutan.” Darren mengangguk. “Saya suka anak itu! Dia berani menyuarakan aspirasi. Jarang yang memiliki keberanian seperti itu. Meskipun memang cukup berbahaya untuk seorang perempuan,” sahut sang majikan, menurunkan kaca jendela untuk melihat dengan jelas gadis yang berorasi tadi. “Dia muda dan cantik, Pak. No debate. Dibungkus pula pasti terjaga,” kata supir dengan terkekeh pelan memergoki tuannya yang berusaha mencari tahu gadis itu. Flashback off

Nuha membelalakan matanya dan menangkap sosok pemuda yang merenggut kesuciannya tengah menatapnya tanpa berkedip.

Air matanya sepertinya sudah habis. Yang tersisa, hanyalah luka tubuh dan luka hati yang teramat sakit.

Tak pernah terlintas takdir buruk menimpanya. Kehilangan mahkota bagi seorang perempuan ialah aib.

Apakah Nuha akan siap menghadapi dunia setelah apa yang dilewatinya malam tadi? Bagaimana dia menghadapi calon suaminya? Apakah dia akan menerima Nuha? Rencana pernikahan hanya tinggal hitungan hari.

Nuha tak berkata apa-apa. Dia bangun dan bicara dengan matanya yang menyala. Bibirnya terkunci rapat. Dia menarik selimut dengan tangan yang gemetar.

“Maaf …” lirih Darren yang diserbu rasa bersalah. Dia bingung harus berkata apa.

Pemuda itu sendiri tidak sepenuhnya dalam kondisi sadar saat kejadian semalam.

Menyadari keterdiaman Nuha, ia pun berdehem menormalkan suara. “Kau bisa berpakaian dulu! Aku akan tunggu di luar. Kita bisa bicara,” ucap Darren mencoba tenang.

Tak butuh waktu lama, pemuda itu berdiri dan langsung memakai pakaian. Hanya saja, tatapannya kosong kala keluar kamar dan duduk di ruang tamu. "Sial. Apa yang harus kulakukan?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dinodai Sebelum Malam Pertama   Extra part

    Setahun kemudian,Yusuf dan Farah kini sudah tinggal terpisah dari keluarganya masing-masing. Sebagai seorang suami yang bertanggung jawab, Yusuf membangun sebuah rumah mewah untuk istrinya. Tak kalah mewah dengan rumah keluarga istrinya.Karena Yusuf seorang yang paham agama sehingga ia meyakini bahwa ia harus memberikan yang terbaik untuk istrinya. Bahkan ia memberikan nafkah terbaik, lebih baik dari apa yang istrinya dapatkan dari ayahnya. Yusuf bekerja keras di perusahaan sang ayah. Ia juga menjadi dosen di salah satu perguruan tinggi swasta di akhir pekan untuk mengamalkan ilmunya dalam ilmu Quran dan hadist. Selain itu, pemuda tampan itu membuat buku dan banyak melakukan seminar dan workshop sebagai seorang penulis dan pendidik.Malam itu, Yusuf pulang terlambat ke rumah. Tepat pukul sembilan malam, ia baru saja memarkirkan kendaraan SUV miliknya di halaman rumahnya yang sangat asri.Rumah itu dibangun di atas lahan hektaran. Pemuda yang visioner itu ingin kelak memiliki banyak

  • Dinodai Sebelum Malam Pertama   Bab 95 (happy ending)

    Perlahan, Yusuf pun melepas jilbab Farah dan tersenyum menatapnya. Tangannya dengan lembut melepas ikatan rambut Farah hingga membuat rambutnya terburai. Rambutnya yang hitam nan panjang mencuri atensinya.Tanpa sàdar, Yusuf merengkuh sejumput rambutnya yang halus kemudian menciumnya seraya memejamkan matanya. Farah menatap suaminya dengan tatapan penuh damba. Pemuda tampan itu kita sudah menjadi miliknya seutuhnya.“Yusuf, aku mau mandi,” ucap Farah dengan gugup. Berdekatan dengan Yusuf sungguh membuat tubuhnya panas dingin. Ia butuh waktu untuk beradaptasi dengan suaminya.“Tentu, Sayang,” jawab Yusuf sembari berdiri. Pemuda tampan itu berjalan menuju lemari dan mengambil handuk. Kemudian ia menoleh ke arah Farah yang masih sibuk merapikan aksesoris pengàntin. “Sayang, ini handuknya. Aku taruh di atas nakas.”Dipanggil dengan sebutan sayang, Farah semakin salah tingkah. Ia lantas berpikir nama panggilan untuk suaminya. “Yusuf, aku harus memanggilmu apa? Hum, meskipun kita seumuran, k

  • Dinodai Sebelum Malam Pertama   Bab 94

    Sebulan berlalu. Persiapan pernikahan Farah dan Yusuf sudah rampung. Hari bahagia yang dinantikan itu telah tiba. Setelah melewati berbagai macam ujian dan rintangan dalam kisah cinta mereka, akhirnya, Farah dan Yusuf bisa bersanding di sebuah tempat yang sakral dan suci.Pagi itu, pukul 09.00 WIB Farah dan Yusuf akan melangsungkan akad walimah yang diadakan di ballroom salah satu hotel bintang lima milik sang ayah. Di pelaminan, Yusuf dan sang ayah—Attar serta pamannya sudah bergabung dengan keluarga inti pihak perempuan; Darren Dash, Jonathan Dash yang kini sudah duduk di kursi roda, Naufal Alatas, Daniel Dash, penghulu, dan saksi. Di tempat yang berbeda Farah ditemani sang ibu dan keluarga perempuannya menunggu detik demi detik acara yang sakral itu dimulai. Pernikahan diadakan secara syariat di mana pihak lelaki dan perempuan dipisah.Suara microphone mulai menggema. Seorang MC mulai mengarahkan acara hingga tibalah waktunya Yusuf mengucapkan kalimat ijab qabul dengan lantang. Set

  • Dinodai Sebelum Malam Pertama   Bab 93

    Darren mendapat telepon dari asistennya yang mengatakan bahwa putrinya mengendarakan mobil mewahnya dengan sangat cepat menuju pantai. Ia terkejut mendengarnya dan langsung berniat menyusul putrinya. Ia memiliki firasat buruk. Semenjak pagi ia merasa tak enak hati. Ia terus memikirkan putrinya.Tak biasanya putrinya pergi bepergian jauh tanpa mengabarinya. Terdengar aneh bukan!Darren Dash semakin tersulut emosi saat ia berada di jalan menuju pantai yang biasa putrinya kunjungi, ia melihat mobil Yusuf berada di depannya. Tak lain tak bukan, pemuda itu juga terlihat akan pergi ke pantai. Bahkan ia melajukan kendaraannya dengan sangat cepat. Sisi lain, Darren Dash memilih memelankan laju kendaraannya karena ingin tahu apa yang mereka lakukan di pantai berduaan. Tak bisa dibiarkan! Farah sudah keterlaluan.Darren berzikir untuk mengendalikan emosinya. Ia pun melihat mobil milik Yusuf sudah terparkir di area parkir yang luas area pantai. Pria dewasa itu terus melangkahkan kakinya, berjal

  • Dinodai Sebelum Malam Pertama   Bab 92

    Setelah kejadian kecelakaan tadi, Yusuf tergesa-gesa mengejar kembali Farah meskipun kendaraannya ketinggalan jauh. Pemuda itu hanya mengkhawatirkan kondisi gadis itu yang tengah kalut. Kabar tentang cerita masa lalu ke dua orang tuanya sungguh melukai batinnya. Saat ini gadis bermanik hazel itu belum menerima fakta mengejutkan itu.“Argh! Farah jangan bertindak bodoh!” geram Yusuf usai membanting ponselnya hingga terbanting ke atas kursi. Beruntung, ponsel itu tidak jatuh ke kolong kursi mobil.Nomor telepon Farah tidaklah aktif. Yusuf hanya bisa menghela nafas berat mengingat karakter Farah yang memang keras kepala.“Allah, lindungilah Farah. Amin,” gumam Yusuf tak henti-hentinya berzikir. Yusuf mengedarkan pandangannya mencari mobil putih milik Farah. Sial, di jalan yang dilewatinya ada banyak mobil putih namun bukan mobil Farah barang tentu. Mobil Farah termasuk mobil mewah.Yusuf pun menepikan mobilnya menuju pom bensin terdekat. Ia akan mengisi bahan bakar terlebih dahulu untuk

  • Dinodai Sebelum Malam Pertama   Bab 91

    Semua orang yang berada di cafe panik saat melihat adegan yang terjadi di antara Farah dan Elia.Tanpa belas kasih, Elia mengambil cangkir kopi dari nampan—yang dibawa pelayan kemudian menumpahkannya pada wajah Farah dengan gerakan yang sangat cepat.Namun, sebuah pertolongan datang. Dengan gerakan yang lihai dan gesit, sosok pemuda tampan maju, berusaha melindungi Farah. Ia memeluk Farah. Meski tidak benar-benar memeluk karena ke dua tangannya tidak menyentuh tubuh gadis itu.Farah hanya memejamkan matanya reflek saat air cipratan itu mengenai pipinya. Namun saat ia membelakan matanya, ia tersentak kaget, karena Yusuf berada di sana melindunginya dari aksi keji Elia. Kini punggung Yusuf yang terkena cipratan kopi yang panas itu.“Yusuf,” imbuh Farah dengan berurai air mata. Entahlah, perasaan Farah berkecamuk. Cerita dari bibir Elia tentang ayahnya dan menatap Yusuf yang selalu saja menjadi garda terdepan dalam menolongnya, membuat lelehan air mata terus menerus menetes.Tatapan Yusuf

  • Dinodai Sebelum Malam Pertama   Bab 90

    Di sebuah ruang keluarga bernuansa mewah, terlihat sepasang suami dan istri yang sedang duduk berdua sembari menikmati tontonan chanel luar negeri—yang tengah menampilkan sebuah destinasi wisata di Eropa.“Mas, indah sekali ya? Aku pengen jalan-jalan lagi sekeluarga. Berkeliling Eropa dan menikmati musim semi yang indah di sana.”Nuha mengungkapkan keinginannya saat tatapannya tertuju pada colosseum Roma yang berdiri pongah.Darren hanya mengangguk pelan. Meskipun raganya berada di sana, namun pikiran Darren terseret pada memori-memori kelam nan buruk yang seringkali menghantuinya.“Mas, ini salad buah yang diminta,” ucap Nuha pada suaminya ketika ART menaruh semangkuk salad untuk menemani waktu rehat mereka. Darren pun melirik pada mangkuk salad kemudian ia berusaha mengambilnya.PrangTiba-tiba saja Darren menjatuhkan mangkuk salad buah itu. Namun dengan sigap, ART sudah langsung membereskan kekacauan yang ada. “Mas, kenapa?”Nuha terkejut saat melihat suaminya yang tampak syok dan

  • Dinodai Sebelum Malam Pertama   Bab 89

    Dua orang wanita cantik berbeda usia sedang mengobrol di sebuah cafe. Suasana terasa tegang saat wanita berusia kepala lima itu mulai bercerita. Sebetulnya, wanita itu enggan bertemu dengannya setelah apa yang terjadi. Namun karena gadis muda itu bersikukuh akhirnya mau tak mau ia pun mengiyakan permintàan.Di sinilah mereka berada. Sebuah rooftop yang terletak di lantai dua sebuah kafe kopi yang berada tak jauh dari rumah sakit di mana gadis itu bertugas.Mereka adalah Farah dan Maesarah. “Jadi … Om Attar itu mantan tunangannya ibuku?”Farah pun menimpali cerita yang baru saja ibunya Yusuf katakan. Gadis bermanik hazel itu bertanya sekedar untuk mengkonfirmasi.Malam itu, Farah tak sengaja mendengar percakapan yang terjadi di antara ibunya dan tantenya. Namun percakapan itu hanya sekilas sehingga ia dilanda penasaran.Jika Farah bertanya pada mereka, ia yakin mereka tidak akan memberikan jawaban apapun yang memuaskan hatinya.Oleh karena itu, Farah berinisiatif bertanya langsung pad

  • Dinodai Sebelum Malam Pertama   Bab 88

    “Mas kenapa sih? Bete begitu!” beo Daniel pada sang kakak yang sedari tadi terlihat tidak fokus dalam bekerja. Daniel Dash sengaja datang ke kantor kakaknya, membawa sejumlah kontrak kerja hingga menjelaskan laporan soal saham perusahaan. Namun Darren Dash hanya terdiam dengan tatapan yang kosong mirip orang kesambet setan.Lama kelamaan Daniel mulai jenuh melihat respon kakaknya—yang seakan tidak menghargai usaha dirinya. Padahal ia sangat sibuk. Namun demi menyampaikan amanat perusahaan ia mengunjungi kantor pusat PT Jonathan Dash Group. “Mas Darren aku pamit pulang! Lain kali saja aku melapor,” ucap Daniel Dash kemudian membereskan berkas penting perusahaan dan memasukannya kembali ke dalam tas miliknya.“Tunggu! Apa? Kau bahas apa tadi? Sorry, Mas lagi banyak pikiran, jadi gak fokus,” imbuh Darren mengklarifikasi. Seharusnya, Darren juga bisa menahan diri untuk tidak melamun saat jam kerja. Namun siang itu seperti siang sebelumnya, ia masih kepikiran soal omongan Attar dan sikap

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status